"Apa kabar, Lia?" tanya lelaki muda dengan santai melihat Camelia yang terkejut melihatnya. "Tidak di sangka kita bertemu lagi." lanjutnya sambil tersenyum.
Camelia yang masih terkejut hanya terpaku diam dengan matanya menatap tajam lelaki muda yang kini sedang berjalan kearahnya. Pandangan mata penuh kebencian dari Camelia tidak membuat lelaki itu terusik. Namun justru seolah tertantang untuk semakin mendekat kearah Camelia.
"Ternyata setelah 3 tahun tidak bertemu, kamu terlihat semakin cantik dan seksi." ucap lelaki muda itu dengan membelai pipi Camelia sambil tersenyum.
Dengan kasar Camelia menepis tangan lelaki tersebut. "Makasih atas pujiannya, pak Reynanda Wijaya yang terhormat." jawab Camelia dengan ketus sambil kakinya selangkah mundur dari hadapan lelaki muda yang tidak lain adalah CEO perusahaan. "Kedatangan saya kemari hanya ingin mengantarkan berkas dari pak Ilham. Dan saya rasa tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan disini. Saya permisi, Pak."
Tidak ingin berlama-lama di tempat tersebut, Camelia segera berbalik badan. Namun cengkeraman dari lelaki itu membuat Camelia tidak lagi melanjutkan langkahnya. "Setelah lama tidak bertemu. Aku ingin tahu, apakah kamu masih sama seperti dulu?" sarkas lelaki muda yang ternyata bernama Reynanda tersebut.
Camelia mengerutkan keningnya tidak mengerti arah pembicaraan Reynanda. "Apa maksud Bapak?" tanyanya.
Reynanda berjalan mengitari tubuh Camelia, dengan pandangan matanya melihat dari atas sampai kebawah. Dan hal itu semakin membuat Camelia tidak mengerti.
"Aku hanya penasaran selama tiga tahun ini apakah kamu masih melakukan pekerjaan yang sama?" tanya Reynanda dengan nada meremehkan kearah Camelia. "Pekerjaan lama kamu yang datang dari pelukan laki-laki satu ke pelukan laki-laki lain? Bahkan karena hal itu bukan, sampai-sampai kamu bisa hamil diluar nikah?" lanjutnya sambil tersenyum miring.
Dada Camelia seakan bergemuruh dan terasa panas mendengar ucapan Reynanda, tangannya mengepal kuat seolah bersiap untuk memberikan pukulan keras kearah mulut lelaki di depannya itu yang sudah terang-terangan menghinanya.
"Pak Reynand tidak perlu khawatir akan hal itu. Kalau pun saya masih seperti yang ada di dalam pikiran bapak. Tidak sepatutnya bapak merasa takut ataupun cemas, karena lelaki seperti bapak bukanlah target saya." justru ucapan itu yang keluar dari bibir mungil Camelia sambil tersenyum, sepertinya ucapan dari Reynanda tidak berpengaruh sama sekali bagi Camelia.
"Dan maaf, sepertinya tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan disini. Saya permisi, Pak Reynand." lanjutnya kemudian berbalik badan tanpa menunggu persetujuan dari Reynanda.
Setelah berada didepan ruangan CEO, Camelia menepuk dadanya beberapa kali untuk meringankan rasa sesak yang membuatnya ingin sekali menangis. 'Aku harus kuat. Dia hanyalah masa lalu yang tidak perlu untuk diingat. Sebaiknya besok aku segera menyerahkan surat pengunduran diri dari tempat ini.' batin Camelia.
Sambil berjalan menyusuri koridor, tangan Camelia mencengkram kuat tali tas selempang yang ia kenakan. Matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk menangis karena ucapan Reynanda tadi. Hingga sesekali Camelia mendongakkan kepalanya keatas sambil menghela napasnya menahan supaya air mata tidak jadi keluar.
Sedangkan Reynanda yang tidak menyangka akan jawaban dari Camelia, dia menjadi emosi. Dengan kasar Reynanda menarik dasinya supaya sedikit longgar dari lehernya. Napasnya terdengar memburu, dadanya kembang kempis seperti siap melampiaskan segala amarahnya.
"Tiga tahun, Lia. Tiga tahun ini aku berusaha melupakanmu. Kenapa? Kenapa kamu tega menghianatiku, Lia? Kenapa?" ucapan frustasi dari Reynanda seolah memenuhi ruangan.
"Bahkan setelah kita bertemu lagi. Tidak terlihat penyesalan sama sekali dari mata kamu. Seolah kamu bangga dengan pekerjaan kamu sebagai jalang." desis Reynanda. Rahangnya mengeras, sorot mata tajam dengan aura kejam membunuh menguar dari diri Reynanda saat ini.
Tanpa berpikir panjang Reynanda berjalan menuju ke meja bar yang ada di ruangannya. Mengambil sebotol minuman keras yang tersusun rapi di sebuah bufet kaca didekat meja bar tersebut. Menuangkan minuman itu kedalam gelas dan meneguk tanpa sisa, kemudian dia mengisi lagi gelas kosong tersebut dan kembali meminumnya hingga botol itu akhirnya kandas tak bersisa.
Suasana hatinya sedang buruk saat ini. Padahal waktu dia mengetahui jika Camelia bekerja di perusahaannya, ada secercah harapan agar bisa kembali bersama dengan 'Mantan kekasihnya' itu.
Jawaban Camelia tadi sungguh membuat semua harapan Reynanda musnah sebelum sempat dia merealisasikannya. Padahal tadi Reynanda hanya berniat untuk memastikan bahwa Camelia telah berubah, namun kenyataannya dia salah. Begitulah yang ada di pikirannya.
"Aku pastikan, kamu akan menyesal telah menghianatiku, Lia. Tunggu pembalasan dariku." ucapnya dengan penuh penekanan.
***********
Sedangkan Camelia yang kini sudah berada di dalam sebuah taksi, hanya bisa menangis dalam diam. Pandangan matanya melihat keluar jendela, pikirannya berkelana jauh dari tempatnya. Pertemuan dengan sang mantan seolah membuka luka yang ingin sekali Camelia kubur dalam-dalam.
Luka lama yang masih membekas di dalam hatinya hingga kini. Bagaimana dulu Camelia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Reynanda dengan bangga menggagahi sahabat baiknya di saat Camelia sedang berduka akan kematian kakak dan kakak iparnya dalam kecelakaan.
Waktu itu Camelia yang sangat bersedih karena kematian sang kakak dan kakak iparnya hanya bisa mengurung diri dikamar. Hingga sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal masuk melalui akun W******p, dengan menampilkan sebuah foto kekasihnya yang sedang berada di sebuah hotel bersama dengan sahabat baiknya.
Camelia yang sangat terkejut dan penasaran, dia pun segera menuju ke alamat hotel yang di kirimkan oleh nomor yang tidak di kenal itu. Hanya ingin memastikan apakah benar itu kekasihnya atau bukan.
Tidak disangka setelah sampai di tempat yang dituju, pemandangan yang jauh diluar dugaannya kini terpampang jelas didepan mata. Reynanda terlihat tanpa mengenakan pakaian berada di atas tubuh seorang gadis yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
Seketika hati Camelia terasa hancur berkeping-keping, dia memberanikan diri masuk ke dalam kamar untuk menanyakan maksud dari semua itu. Namun jawaban dari Reynanda semakin membuat Camelia semakin hancur dan merasa jijik.
"Kenapa? Kamu kaget melihatnya? Tidak perlu kaget. Kalau kamu bisa melakukannya dengan pria lain selama aku pergi melanjutkan kuliah di luar negeri sampai kamu bisa melahirkan seorang anak, kenapa aku tidak? Sekarang Nadin adalah kekasihku. Sebaiknya kamu tidak mengganggu hubungan kami. Kita putus detik ini juga!"
Kata-kata itulah yang sampai sekarang masih membekas dan terngiang di hati Camelia hingga kini. Dari situ juga Camelia memutuskan untuk pergi meninggalkan kota asalnya dan merantau ke kota besar seperti Jakarta untuk memulai hidup baru bersama Sansan.
Balita lucu yang masih berusia belum genap setahun itu dia bawa ke Jakarta. Tiga tahun perjuangannya untuk bertahan hidup di kota besar itu patut di acungi jempol. Hingga saat ini Sansan tumbuh dengan baik tanpa kekurangan apapun.
Mengingat itu semua rasanya begitu sesak, sakit hati, sedih, kecewa, berbagai perasaan campur aduk jadi satu. Tidak ada tempat bagi Camelia untuk bersandar kala itu, hingga akhirnya dia bertemu dengan Justin. Pemuda baik hati yang memberikannya pekerjaan sampingan sebelum Camelia mendapatkan pekerjaan tetap.
Setelah 3 tahun berlalu, kenapa Reynanda harus hadir kembali di depan matanya? Seolah mengorek luka lamanya yang sempat mengering.
Akibat melamun, tanpa dia sadari kini Camelia sudah sampai didepan rumahnya. Setelah membayar ongkos taksi, Camelia segera turun dan berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai.
"Aku tidak akan membiarkan Reynan kembali mengusik hidupku. Tidak akan pernah aku biarkan hal itu terjadi lagi."
**********
Pagi ini Camelia datang lebih awal dari biasanya, dia berniat untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Baginya lebih baik kehilangan pekerjaan dari pada harus bertemu dengan lelaki itu lagi.
"Amel, kalau kamu ingin mengundurkan diri, kamu harus meminta persetujuan dari CEO. Sebaiknya kamu bawa sendiri surat pengunduran diri kamu ke ruangan beliau." ucap kepala HRD.
Dengan berat hati Camelia berjalan menuju ke ruangan CEO. Dan untungnya CEO sudah datang pagi ini, sehingga Camelia tidak perlu menunggu terlalu lama.
"Selamat pagi, Pak." sapa Camelia.
"Pagi." jawab Reynanda datar.
Camellia berjalan mendekat ke meja Reynanda yang sepertinya tidak begitu peduli akan kehadirannya. Terbukti jika dia tidak sedikitpun menatap Camelia yang berdiri didepannya.
"Apa ini?" tanya Reynanda saat Camelia menyodorkan sebuah amplop di depannya.
"Itu surat pengunduran diri saya, Pak. Mohon bapak memberikan tandatangan."
Reynanda yang memang sudah mengetahui tujuan Camelia ke ruangannya. Dia mengerutkan keningnya, "Apa kamu tidak tahu konsekuensi mengundurkan diri sebelum kontrak kerja berakhir?" tanya Reynanda dengan mimik wajah serius.
"Konsekuensi? Konsekuensi apa?" Camelia bingung dengan pertanyaan Reynanda.
"Bacalah." ucap Reynanda sambil menyodorkan berkas kearah Camelia. Yaitu berkas kontrak kerja yang pernah Camelia tandatangani.
Walau bingung, Camelia mengambil berkas tersebut dan mulai membaca. Matanya terbelalak lebar saat membaca berapa denda yang harus dia bayarkan. "200 juta?"
Reynanda menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Kaget? Seharusnya kamu pelajari baik-baik sebelum memutuskan untuk menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan."
'Dapat uang dari mana sebanyak itu?' batin Camelia gusar.
"Apa masih perlu aku tandatangani surat pengunduran diri kamu?" tanya Reynanda dengan nada meremehkan.
Camelia menatap tajam kearah Reynanda. "Tidak perlu, makasih." ucap Camelia yang kemudian mengambil kembali surat pengunduran dirinya lalu dia keluar dari ruangan CEO dengan hati kesal.
Mau tidak mau kini Camelia harus tetap bertahan di perusahaan tersebut. Tidak ada pilihan lain baginya selain menyelesaikan kontrak kerja yang memang sudah ia tandatangani. Tapi kenapa Camelia merasa jika waktu tandatangan kontrak, dia tidak membaca soal denda? Apa mungkin dia melewatkannya?
Setelah Camelia keluar dari ruangannya, Reynanda terlihat tersenyum puas. Seakan berkas yang kini ada di tangannya adalah senjata ampuh yang dapat melumpuhkan musuh-musuhnya. "Ternyata kamu masih sebodoh dulu. Mudah untuk di tipu."
"Kamu pikir setelah masuk ke wilayahku, kamu akan mudah keluar begitu saja?" senyum misterius terbit dari sudut bibir Reynanda. "Aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah kali ini, tidak peduli walau kamu adalah bekas jalang sekalipun. Aku akan membuatmu kembali padaku, Lia."
Bersambung ...
Suara dentuman musik di sebuah pub/club malam terdengar memenuhi ruangan. Bahkan di lantai dansa terlihat begitu banyak laki-laki dan perempuan yang asyik berdansa mengikuti irama musik keras khas club' malam tersebut.Bukan hanya irama musik keras yang memenuhi ruangan tersebut, aroma alkohol juga begitu menyengat saat pertama kali kita memasukinya. Namun keadaan akan berbeda saat kita menaiki lantai dua, tiga, dan empat club'malam tersebut.Lantai dua di khususkan bagi orang yang ingin merayakan party, seperti birthday party atau pun pesta lajang yang akhir-akhir ini marak terjadi sebelum hari pernikahan tiba. Dan juga, di lantai dua ini ada ruang pribadi bagi mereka yang tidak ingin di ganggu oleh tamu yang lain.Sedangkan di lantai tiga bisa dibilang dikhususkan bagi para tamu VIP, atau tamu istimewa. Tidak sembarangan orang bisa menaiki lantai tiga tersebut. Karena dilantai tiga ini dipakai para pebisnis untuk melakukan transaksi bisnis. Atau ada juga
Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya.Reynanda yang kesal karena Camelia menolak untuk menemaninya, dengan sedikit kesal dia meraih gelas berisi minuman beralkohol dari tangan salah satu temannya yang duduk tepat disampingnya. Lalu kemudian dia menenggak minuman tersebut hingga tandas.Merasa gelas minumannya direbut Reynanda, sahabatnya itu bingung. Ada masalah apa? Sampai-sampai Reynanda merasa begitu kesal. Bahkan dua sahabat Reynanda yang lain pun, saling pandang melihat apa yang terjadi didepan mereka."Dia kenapa?" bisik Rengga pada Ganda."Aku sendiri juga nggak tahu. Tanya ke dia?" jawab Ganda sambil menunjuk temannya yang duduk disamping Reynanda melalui dagunya. Sedangkan dia lebih memilih melanjutkan menuangkan minuman kedalam gelasnya sendiri lalu meminumnya sedikit.Dengan sebuah isyarat Rengga bertanya pada John (pemuda yang
Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia.Sambil tertunduk Camelia berlari meninggalkan ruang anggrek. Saat ini yang ia butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri. Kenapa setiap kali bertemu dengan Reynanda selalu membuat Camelia sakit hati? Lelaki itu tidak pernah berhenti untuk menghinanya.Seharusnya Camelia-lah yang sakit hati atas perbuatan Reynanda di masa lalu, tapi kenapa justru Reynanda seolah-olah merasa bahwa dialah korban yang sesungguhnya disini.Camelia yang menangis sambil tertunduk tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, sehingga ia menabrak orang itu. "Maaf, maafkan saya." ucap Camelia sambil membungkukkan badan untuk meminta maaf pada orang yang telah ditabraknya barusan."Amel?" ucap orang yang ada didepan Camelia. mendengar suara
Reynanda yang merasa kecewa bercampur dengan amarah, kini lebih memilih untuk tetap berada didalam ruangan kantornya. Dia tidak ingin kalau keluar dari ruangan maka akan bertemu dengan Camelia. "Kenapa dia selalu muncul di kepalaku? Benar-benar wanita brengsek." kesal Reynanda yang memang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pagi ini.Padahal pekerjaannya begitu banyak dan menumpuk di atas meja. Berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya juga sudah siap disana. Namun karena satu nama yang mengganjal di pikirannya, membuat semua jadi kacau.Reynanda menghela napasnya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. "Sudah 3 tahun lamanya. Tapi kenapa dia tidak berubah? Apa uang begitu penting? Sehingga dia lebih memilih bekerja sebagai jalang dari pada menjadi kekasihku." gumam Reynanda frustasi dengan pikirannya sendiri tentang Camelia.Apalagi pertemuannya kemarin malam dengan Camelia, di sebuah klub malam langganannya. Membuat hati Reyn
Hari ini Camelia mengajak Sansan keluar rumah dengan ditemani Justin. Sengaja Camelia mengajak Sansan jalan-jalan agar anak itu tidak bosan di rumah.Apalagi setelah Camelia dipecat dari pekerjaannya di perusahaan Wijaya company, dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Sehingga banyak waktu luang untuk dia habiskan bersama Sansan.Hanya saja kalau malam hari Camelia masih tetap bekerja di club malam milik Justin, walau lelaki itu sudah berulang kali melarangnya dan meminta Camelia untuk berhenti. Namun demi menutupi kebutuhan sehari-hari, Camelia menolak keras larangan Justin dan memohon agar lelaki itu mengijinkannya bekerja disana.Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat harmonis, ditambah Sansan yang juga sangat dekat dengan Justin. Mungkin sekilas orang yang melihat akan mengira bahwa Justin adalah sosok kepala keluarga yang penyayang.Sansan terlihat bahagia, dia selalu menanyakan apapun yang dilihatnya. Sungguh benar-benar anak yan
Braakk!! Reynanda menggebrak meja kerjanya dengan begitu kuat, sehingga Dimas (asisten pribadinya) terlonjak karena terkejut bukan main. Ada apa dengan bosnya pagi ini? Kenapa suasana hatinya terlihat begitu buruk? "Brengsek! Bajingan! Aku pastikan kamu tidak akan bisa berebut apapun denganku kali ini. Dia milikku, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi milikku." Reynanda terlihat begitu marah. Dengan sorot mata seakan berubah menjadi belati tajam yang siap melukai siapapun yang ada didepannya. Beberapa kali ia terlihat mengusap kasar wajahnya, pertanda jika Reynanda sedang frustasi akan sesuatu. Dan Dimas sudah bisa menduga jika ini ada kaitannya dengan pencariannya selama tiga hari terakhir. Yaitu perihal tentang Camelia, seorang pegawai baru yang belum lama ini dipecat dari perusahaan karena sebuah rumor yang kurang sedap. Sebagai asisten dan juga tangan kanan Reynanda, tentu saja dia bisa dengan mudah mengetahui rumor-rumor yang beredar dilingkung
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Camelia yang masih belum menyadari satu hal.Camelia dengan cepat mendorong dada bidang Reynanda, supaya laki-laki itu menjauh darinya. Camelia melihat kearah Reynanda, seolah bertanya apa laki-laki itu juga mendengar apa yang ia dengar? Dan Camelia juga ingin memastikan siapa yang barusan memanggilnya, apakah beneran itu Sansan?Reynanda hanya menyeringai, dari raut wajahnya sepertinya laki-laki itu tidak ingin menjelaskan apapun. Melihat bagaimana Camelia mulai panik, Reynanda merubah posisi tubuhnya menghadap kearah pintu. Ia berniat untuk membuka kunci pintu kamar tersebut.Jantung Camelia berdebar sangat cepat ketika didepan pintu kamar ia bisa melihat dengan jelas sesosok gadis kecil yang tidak lain adalah Sansan. Kini Camelia tidak lagi bisa berpikir jernih, apakah Reynanda juga sedang menculik Sansan? Begitulah yang muncul di kepala Camelia kini.Wajah polos Sansan dengan senyum cerianya melihat kearah Camelia dan Reynanda secara bergantian."K
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam