Suara dentuman musik di sebuah pub/club malam terdengar memenuhi ruangan. Bahkan di lantai dansa terlihat begitu banyak laki-laki dan perempuan yang asyik berdansa mengikuti irama musik keras khas club' malam tersebut.
Bukan hanya irama musik keras yang memenuhi ruangan tersebut, aroma alkohol juga begitu menyengat saat pertama kali kita memasukinya. Namun keadaan akan berbeda saat kita menaiki lantai dua, tiga, dan empat club'malam tersebut.
Lantai dua di khususkan bagi orang yang ingin merayakan party, seperti birthday party atau pun pesta lajang yang akhir-akhir ini marak terjadi sebelum hari pernikahan tiba. Dan juga, di lantai dua ini ada ruang pribadi bagi mereka yang tidak ingin di ganggu oleh tamu yang lain.
Sedangkan di lantai tiga bisa dibilang dikhususkan bagi para tamu VIP, atau tamu istimewa. Tidak sembarangan orang bisa menaiki lantai tiga tersebut. Karena dilantai tiga ini dipakai para pebisnis untuk melakukan transaksi bisnis. Atau ada juga ruang pribadi untuk kalangan tertentu yang tidak ingin terganggu privasinya.
Fasilitas yang di dapat juga tidak main-main, dilantai 3 ini selain kedap suara juga dilapisi oleh dinding anti peluru. Mengingat banyaknya para milyuner yang datang untuk transaksi bisnis, maka fasilitas seperti ini layak didapatkan untuk mengantisipasi terjadinya hal diluar dugaan.
Ruangan dilantai 3 juga bagaikan hotel berbintang 5 yang sangat mewah. Minuman penyambut tamu saja bisa dibilang adalah minuman termahal diantara anggur yang ada ditempat itu. Harganya pun tidak main-main, bisa mencapai jutaan rupiah per botolnya.
Sedangkan untuk lantai 4 sendiri dijadikan kantor oleh pemilik club'. Dan ada juga ruangan terbuka jika ada yang mengadakan party diluar ruangan. Sungguh club malam yang sangat mewah dengan segala pesonanya.
Dan disinilah saat ini Camelia sedang melakukan tugasnya sebagai pengantar minuman. Ia mengantar pesanan para pelanggan yang ada di room satu persatu sesuai pesanan yang ada.
Wajah cantik Camelia sering kali membuat para tamu tertarik untuk menjadikan dia sebagai simpanan ataupun kekasih. Namun Camelia bukanlah tipe orang yang akan mudah ditaklukkan dengan iming-iming uang banyak atau fasilitas mewah. Trauma dimasa lalunya membuat Camelia menutup hatinya dari para lelaki kaya.
Walaupun siang sampai sore hari Camelia harus bekerja dikantor, hal itu tidak membuatnya kelelahan. Dia sangat berharap dapat hidup dengan baik bersama Sansan di kemudian hari tanpa bergantung pada siapapun.
"Amel, tumben kamu bisa santai disini?" tanya Haris salah satu bartender yang sedang bertugas malam ini.
"Hem, tamu di atas tidak begitu ramai malam ini. Makanya bisa sedikit santai." jawab Camelia.
"Jam segini masih sepi, coba sebentar lagi. Kamu pasti akan kuwalahan melayani mereka." timpal Haris.
"Bisa jadi Ris. Karena dari yang aku dengar, akan ada tamu spesial malam ini." ucap Camelia.
"Iya, salah satu pelanggan tetap di club ini." ucap seseorang orang tiba-tiba duduk disamping kursi Camelia. Dengan tangannya merangkul pundak Camelia.
Mendengar itu, Camelia menoleh ke sampingnya. "Justin. Kapan kamu datang? Kenapa tidak memberiku kabar sih?" ucap Camelia terlihat girang saat mengetahui siapa orang yang duduk di sampingnya. Lalu dengan senang Camelia memeluk pria tersebut dan memberikan kecupan di pipi kiri serta kanannya.
"Apa itu tandanya kamu sudah mulai merindukanku?" goda Justin.
Camelia mengurai pelukannya, "Aku akan selalu merindukanmu, Justin. Apalagi untuk awal bulan, bukan hanya aku seorang yang merindukan kamu, Haris juga pasti punya pemikiran yang sama. Iya kan, Haris?" Camelia balik menggoda Justin.
"Yo'i, bagaimana bisa kami melewatkan awal bulan tanpa si bos." jawab Haris sambil membuatkan minuman untuk tamu didepannya sambil tersenyum penuh arti kearah Justin.
Mendengar jawaban Haris, tawa renyah terdengar dari bibir Camelia. Sebagai karyawan di club tersebut tentu saja awal bulan adalah hal yang paling di tunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan soal gajian.
"Kalian sepertinya sangat bahagia jika menjelang diawal bulan." ujar Justin kemudian meminum minuman yang di suguhkan Haris padanya.
Baik Haris ataupun Camelia tergelak tawanya mendengar jawaban Justin. Walau mereka adalah atasan dan bawahan, namun mereka seperti teman baik.
Tidak lama, terlihat beberapa orang yang menuju ke ruangan VVIP dilantai 3. Empat orang pemuda yang sepertinya sudah berlangganan di club malam tersebut.
Justin pun meminta Camelia untuk segera naik ke atas melakukan tugasnya. Yaitu mengantarkan minuman yang dipesan para tamu. Sedangkan Justin sendiri lebih memilih memasuki ruangannya yang ada dilantai 4.
Biasanya Justin memantau kegiatan di club miliknya melalui rekaman cctv. Sehingga jika ada kerusuhan yang terjadi diluar, tidak butuh waktu lama dia akan segera mengetahuinya.
Seperti biasanya Camelia mengerjakan tugasnya sesuai dengan permintaan para tamu. Kini giliran di sebuah ruangan VVIP anggrek yang menghubungi bagian pelayanan. Dan meminta untuk segera diantarkan minuman pesanan mereka.
"Semua ini untuk ruang anggrek?" tanya Camelia seakan tak percaya jika pesanan sebanyak itu untuk ruangan anggrek yang katanya hanya ada 4 orang saja.
"Yups, maklumi aja mereka kan orang kaya." ucap senior Camelia ditempat itu.
"Ya ... Ya ... Sultan mah bebas, iya kan kak Tati?" goda Camelia pada seniornya. Ia kemudian berlalu dan membawa nampan yang berisi beberapa botol minuman yang terkenal sangat mahal menuju ke ruang anggrek.
Tati hanya tergelak tawanya mendengar ucapan Camelia yang sengaja menyindirnya. Karena Tati lah yang biasa mengucapkan kata itu. "Bisa aja tuh si Amel." ujar Tati.
Walau profesi keduanya terlihat sama, namun sebenarnya ada perbedaan yang mencolok. Tati akan dengan senang hati menerima tawaran booking kamar jika harga yang ditawarkan sesuai. Sedangkan Camelia sangat kuat memegang prinsipnya jika dia hanyalah sebagai pengantar minuman tidak lebih.
Setelah sampai didepan pintu ruang anggrek dan mengetuk pintunya, maka Camelia pun berjalan masuk setelah ada seseorang yang membukakan pintu dari dalam. Karena dilantai 3 ini biasanya dipakai untuk membahas bisnis, maka harus mendapat ijin dari orang yang membooking ruangan tersebut untuk bisa masuk.
Dengan segera Camelia meletakkan botol-botol minuman itu diatas meja. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Camelia segera berdiri dan membungkukkan badan, kemudian berbalik dan berniat meninggalkan ruangan tersebut.
Belum juga melangkahkan kaki untuk keluar ruangan, sebuah cengkeraman dipergelangan tangan Camelia membuatnya terkejut. Kemudian diapun melihat ke pergelangan tangannya lalu beralih kearah orang yang melakukan hal itu.
Degg
Jantung Camelia berdegup kencang saat melihat siapa orang yang ada didepannya. "Mau kemana?" tanya lelaki yang ada didepan Camelia.
Mendengar suara yang sangat tidak asing itu semakin membuat Camelia merasa takut sekaligus gugup. 'Kenapa dia ada disini?' batin Camelia yang tidak menjawab pertanyaan lelaki tersebut. Namun dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman lelaki itu.
"Duduklah. Temani kami minum." ujar lelaki itu dan menarik Camelia supaya duduk di sofa panjang bersama dengannya.
Dengan segera Camelia kembali berdiri. "Jangan kurang ajar! Lepaskan tanganmu!" ucap Camelia menyentak kasar agar terlepas dari cengkeraman lelaki itu.
Seringaian senyum penuh makna tercetak jelas di sudut bibir lelaki itu, "Kenapa? Bukankah ini juga salah satu bagian dari pekerjaan kamu? Melayani tamu yang datang ke club ini." ujarnya seperti sedang meledek Camelia. Bahkan dia semakin mengeratkan cengkeramannya. Tatapan matanya tajam memperhatikan Camelia.
Walau tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Camelia, namun terlihat jelas jika saat ini Camelia sedang memendam amarah yang begitu besar atas ucapan lelaki yang ada di depannya.
Dengan terang-terangan Camelia memberikan tatapan kebencian kepada lelaki yang masih mencengkeram pergelangan tangannya itu. "Reynand. Kamu begitu menjijikkan." desisnya yang kemudian dia kembali menyentakkan tangannya sehingga tangan lelaki itu terlepas.
Tanpa banyak bicara lagi Camelia segera meninggalkan tempat itu. Lagi-lagi dan lagi hatinya seperti terkoyak akibat ucapan lelaki tadi yang ternyata adalah Reynanda yang tidak lain adalah mantannya.
"Kenapa dunia ini begitu sempit?" gumam Camelia sambil memukul dadanya sendiri yang tiba-tiba terasa begitu sesak.
Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya dengan melihat kearah pintu yang baru saja dilewati Camelia.
Bersambung ...
Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya.Reynanda yang kesal karena Camelia menolak untuk menemaninya, dengan sedikit kesal dia meraih gelas berisi minuman beralkohol dari tangan salah satu temannya yang duduk tepat disampingnya. Lalu kemudian dia menenggak minuman tersebut hingga tandas.Merasa gelas minumannya direbut Reynanda, sahabatnya itu bingung. Ada masalah apa? Sampai-sampai Reynanda merasa begitu kesal. Bahkan dua sahabat Reynanda yang lain pun, saling pandang melihat apa yang terjadi didepan mereka."Dia kenapa?" bisik Rengga pada Ganda."Aku sendiri juga nggak tahu. Tanya ke dia?" jawab Ganda sambil menunjuk temannya yang duduk disamping Reynanda melalui dagunya. Sedangkan dia lebih memilih melanjutkan menuangkan minuman kedalam gelasnya sendiri lalu meminumnya sedikit.Dengan sebuah isyarat Rengga bertanya pada John (pemuda yang
Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia.Sambil tertunduk Camelia berlari meninggalkan ruang anggrek. Saat ini yang ia butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri. Kenapa setiap kali bertemu dengan Reynanda selalu membuat Camelia sakit hati? Lelaki itu tidak pernah berhenti untuk menghinanya.Seharusnya Camelia-lah yang sakit hati atas perbuatan Reynanda di masa lalu, tapi kenapa justru Reynanda seolah-olah merasa bahwa dialah korban yang sesungguhnya disini.Camelia yang menangis sambil tertunduk tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, sehingga ia menabrak orang itu. "Maaf, maafkan saya." ucap Camelia sambil membungkukkan badan untuk meminta maaf pada orang yang telah ditabraknya barusan."Amel?" ucap orang yang ada didepan Camelia. mendengar suara
Reynanda yang merasa kecewa bercampur dengan amarah, kini lebih memilih untuk tetap berada didalam ruangan kantornya. Dia tidak ingin kalau keluar dari ruangan maka akan bertemu dengan Camelia. "Kenapa dia selalu muncul di kepalaku? Benar-benar wanita brengsek." kesal Reynanda yang memang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pagi ini.Padahal pekerjaannya begitu banyak dan menumpuk di atas meja. Berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya juga sudah siap disana. Namun karena satu nama yang mengganjal di pikirannya, membuat semua jadi kacau.Reynanda menghela napasnya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. "Sudah 3 tahun lamanya. Tapi kenapa dia tidak berubah? Apa uang begitu penting? Sehingga dia lebih memilih bekerja sebagai jalang dari pada menjadi kekasihku." gumam Reynanda frustasi dengan pikirannya sendiri tentang Camelia.Apalagi pertemuannya kemarin malam dengan Camelia, di sebuah klub malam langganannya. Membuat hati Reyn
Hari ini Camelia mengajak Sansan keluar rumah dengan ditemani Justin. Sengaja Camelia mengajak Sansan jalan-jalan agar anak itu tidak bosan di rumah.Apalagi setelah Camelia dipecat dari pekerjaannya di perusahaan Wijaya company, dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Sehingga banyak waktu luang untuk dia habiskan bersama Sansan.Hanya saja kalau malam hari Camelia masih tetap bekerja di club malam milik Justin, walau lelaki itu sudah berulang kali melarangnya dan meminta Camelia untuk berhenti. Namun demi menutupi kebutuhan sehari-hari, Camelia menolak keras larangan Justin dan memohon agar lelaki itu mengijinkannya bekerja disana.Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat harmonis, ditambah Sansan yang juga sangat dekat dengan Justin. Mungkin sekilas orang yang melihat akan mengira bahwa Justin adalah sosok kepala keluarga yang penyayang.Sansan terlihat bahagia, dia selalu menanyakan apapun yang dilihatnya. Sungguh benar-benar anak yan
Braakk!! Reynanda menggebrak meja kerjanya dengan begitu kuat, sehingga Dimas (asisten pribadinya) terlonjak karena terkejut bukan main. Ada apa dengan bosnya pagi ini? Kenapa suasana hatinya terlihat begitu buruk? "Brengsek! Bajingan! Aku pastikan kamu tidak akan bisa berebut apapun denganku kali ini. Dia milikku, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi milikku." Reynanda terlihat begitu marah. Dengan sorot mata seakan berubah menjadi belati tajam yang siap melukai siapapun yang ada didepannya. Beberapa kali ia terlihat mengusap kasar wajahnya, pertanda jika Reynanda sedang frustasi akan sesuatu. Dan Dimas sudah bisa menduga jika ini ada kaitannya dengan pencariannya selama tiga hari terakhir. Yaitu perihal tentang Camelia, seorang pegawai baru yang belum lama ini dipecat dari perusahaan karena sebuah rumor yang kurang sedap. Sebagai asisten dan juga tangan kanan Reynanda, tentu saja dia bisa dengan mudah mengetahui rumor-rumor yang beredar dilingkung
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Camelia yang masih belum menyadari satu hal.Camelia dengan cepat mendorong dada bidang Reynanda, supaya laki-laki itu menjauh darinya. Camelia melihat kearah Reynanda, seolah bertanya apa laki-laki itu juga mendengar apa yang ia dengar? Dan Camelia juga ingin memastikan siapa yang barusan memanggilnya, apakah beneran itu Sansan?Reynanda hanya menyeringai, dari raut wajahnya sepertinya laki-laki itu tidak ingin menjelaskan apapun. Melihat bagaimana Camelia mulai panik, Reynanda merubah posisi tubuhnya menghadap kearah pintu. Ia berniat untuk membuka kunci pintu kamar tersebut.Jantung Camelia berdebar sangat cepat ketika didepan pintu kamar ia bisa melihat dengan jelas sesosok gadis kecil yang tidak lain adalah Sansan. Kini Camelia tidak lagi bisa berpikir jernih, apakah Reynanda juga sedang menculik Sansan? Begitulah yang muncul di kepala Camelia kini.Wajah polos Sansan dengan senyum cerianya melihat kearah Camelia dan Reynanda secara bergantian."K
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam