Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin.
Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai.
Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama.
Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini.
"Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
Jangan lupa untuk memberikan ulasan di kolom komentar, dan bintang 5 serta votenya ya kakak yang baik hati. Karena itu bisa menjadi motivasiku untuk rutin update. Terimakasih sebelumnya.
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Camelia yang masih belum menyadari satu hal.Camelia dengan cepat mendorong dada bidang Reynanda, supaya laki-laki itu menjauh darinya. Camelia melihat kearah Reynanda, seolah bertanya apa laki-laki itu juga mendengar apa yang ia dengar? Dan Camelia juga ingin memastikan siapa yang barusan memanggilnya, apakah beneran itu Sansan?Reynanda hanya menyeringai, dari raut wajahnya sepertinya laki-laki itu tidak ingin menjelaskan apapun. Melihat bagaimana Camelia mulai panik, Reynanda merubah posisi tubuhnya menghadap kearah pintu. Ia berniat untuk membuka kunci pintu kamar tersebut.Jantung Camelia berdebar sangat cepat ketika didepan pintu kamar ia bisa melihat dengan jelas sesosok gadis kecil yang tidak lain adalah Sansan. Kini Camelia tidak lagi bisa berpikir jernih, apakah Reynanda juga sedang menculik Sansan? Begitulah yang muncul di kepala Camelia kini.Wajah polos Sansan dengan senyum cerianya melihat kearah Camelia dan Reynanda secara bergantian."K
Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Perjuangan seorang gadis di tengah teriknya matahari siang ini perlu di acungi jempol. Dia berjalan dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain demi mendapatkan sebuah pekerjaan untuk bertahan hidup di kota besar seperti yang dia tinggali saat ini.Terlihat bagaimana dia tidak pantang menyerah walau beberapa kali mengalami kegagalan karena tidak adanya lowongan pekerjaan.Gadis itu menghela napasnya, ia berjalan menuju ke sebuah kios kecil di pinggir jalan untuk membeli sebotol air mineral sekedar membasahi tenggorokannya yang kering."Cuaca hari ini panas sekali." gumamnya setelah meneguk air mineral hingga setengah botol. Dengan punggung tangannya dia mengusap peluh yang mulai mengalir di pelipisnya.Terik panas hari ini memang sungguh sangat luar biasa, gadis itu mulai mengipaskan amplop coklat yang ada di tangannya untuk sedikit mengurangi rasa gerah. Tak lama terdengar ponselnya berbunyi, dengan segera dia mengambil ponsel dari saku celananya.
"Apa kabar, Lia?" tanya lelaki muda dengan santai melihat Camelia yang terkejut melihatnya. "Tidak di sangka kita bertemu lagi." lanjutnya sambil tersenyum.Camelia yang masih terkejut hanya terpaku diam dengan matanya menatap tajam lelaki muda yang kini sedang berjalan kearahnya. Pandangan mata penuh kebencian dari Camelia tidak membuat lelaki itu terusik. Namun justru seolah tertantang untuk semakin mendekat kearah Camelia."Ternyata setelah 3 tahun tidak bertemu, kamu terlihat semakin cantik dan seksi." ucap lelaki muda itu dengan membelai pipi Camelia sambil tersenyum.Dengan kasar Camelia menepis tangan lelaki tersebut. "Makasih atas pujiannya, pak Reynanda Wijaya yang terhormat." jawab Camelia dengan ketus sambil kakinya selangkah mundur dari hadapan lelaki muda yang tidak lain adalah CEO perusahaan. "Kedatangan saya kemari hanya ingin mengantarkan berkas dari pak Ilham. Dan saya rasa tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan disini. Saya permisi, Pak." 
Suara dentuman musik di sebuah pub/club malam terdengar memenuhi ruangan. Bahkan di lantai dansa terlihat begitu banyak laki-laki dan perempuan yang asyik berdansa mengikuti irama musik keras khas club' malam tersebut.Bukan hanya irama musik keras yang memenuhi ruangan tersebut, aroma alkohol juga begitu menyengat saat pertama kali kita memasukinya. Namun keadaan akan berbeda saat kita menaiki lantai dua, tiga, dan empat club'malam tersebut.Lantai dua di khususkan bagi orang yang ingin merayakan party, seperti birthday party atau pun pesta lajang yang akhir-akhir ini marak terjadi sebelum hari pernikahan tiba. Dan juga, di lantai dua ini ada ruang pribadi bagi mereka yang tidak ingin di ganggu oleh tamu yang lain.Sedangkan di lantai tiga bisa dibilang dikhususkan bagi para tamu VIP, atau tamu istimewa. Tidak sembarangan orang bisa menaiki lantai tiga tersebut. Karena dilantai tiga ini dipakai para pebisnis untuk melakukan transaksi bisnis. Atau ada juga
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Camelia yang masih belum menyadari satu hal.Camelia dengan cepat mendorong dada bidang Reynanda, supaya laki-laki itu menjauh darinya. Camelia melihat kearah Reynanda, seolah bertanya apa laki-laki itu juga mendengar apa yang ia dengar? Dan Camelia juga ingin memastikan siapa yang barusan memanggilnya, apakah beneran itu Sansan?Reynanda hanya menyeringai, dari raut wajahnya sepertinya laki-laki itu tidak ingin menjelaskan apapun. Melihat bagaimana Camelia mulai panik, Reynanda merubah posisi tubuhnya menghadap kearah pintu. Ia berniat untuk membuka kunci pintu kamar tersebut.Jantung Camelia berdebar sangat cepat ketika didepan pintu kamar ia bisa melihat dengan jelas sesosok gadis kecil yang tidak lain adalah Sansan. Kini Camelia tidak lagi bisa berpikir jernih, apakah Reynanda juga sedang menculik Sansan? Begitulah yang muncul di kepala Camelia kini.Wajah polos Sansan dengan senyum cerianya melihat kearah Camelia dan Reynanda secara bergantian."K
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam