Sedangkan didalam ruangan anggrek terlihat Reynanda menggeram kesal menahan emosi. "Dasar wanita murahan, masih berlagak di depanku." kesalnya.
Reynanda yang kesal karena Camelia menolak untuk menemaninya, dengan sedikit kesal dia meraih gelas berisi minuman beralkohol dari tangan salah satu temannya yang duduk tepat disampingnya. Lalu kemudian dia menenggak minuman tersebut hingga tandas.
Merasa gelas minumannya direbut Reynanda, sahabatnya itu bingung. Ada masalah apa? Sampai-sampai Reynanda merasa begitu kesal. Bahkan dua sahabat Reynanda yang lain pun, saling pandang melihat apa yang terjadi didepan mereka.
"Dia kenapa?" bisik Rengga pada Ganda.
"Aku sendiri juga nggak tahu. Tanya ke dia?" jawab Ganda sambil menunjuk temannya yang duduk disamping Reynanda melalui dagunya. Sedangkan dia lebih memilih melanjutkan menuangkan minuman kedalam gelasnya sendiri lalu meminumnya sedikit.
Dengan sebuah isyarat Rengga bertanya pada John (pemuda yang duduk di samping Reynanda). Namun bukannya jawaban yang ia dapat, justru hanya kedikan bahu pertanda sama-sama tidak tahu dengan apa yang membuat Reynanda kesal.
Kemudian John mengambil gelas kosong di atas meja untuk dipakainya menikmati minuman beralkohol yang sudah tersaji di depannya. Tujuan mereka datang ke club adalah untuk melepas lelah setelah melakukan rutinitas di kantor yang menguras isi kepala mereka.
Sedangkan Reynanda sendiri, dia terus menuangkan minuman kedalam gelas lalu menenggaknya sampai habis hingga berulang kali. Dalam hitungan menit saja sebotol minuman beralkohol didepannya sudah kosong dan beralih ke botol lainnya.
Sebuah tatapan mata kerinduan, kebencian, amarah, serta kekecewaan tergambar begitu jelas dari wajah Reynanda. Apalagi sewaktu tadi dia baru saja tiba dan memasuki club, dengan jelas Reynanda melihat Camelia sedang memeluk lelaki lain di depan meja bar. Lantas apa salahnya jika Reynanda meminta Camelia menemaninya minum? Bukankah itu hal yang wajar dilakukan seorang jalang. Pikir Reynanda.
'Berani-beraninya dia menolakku. Padahal tadi aku melihatnya sangat bahagia saat berpelukan dengan laki-laki itu dilantai bawah.' batin Reynanda. Dia kembali menuangkan minuman beralkohol kedalam gelas yang masih berada ditangannya lalu menenggaknya kembali.
'Memangnya berapa yang lelaki itu keluarkan untuk seorang jalang sepertimu, Lia? Sehingga dengan beraninya kamu menolak ajakanku.' batin Reynanda yang masih kesal dan tak terima atas penolakan dari Camelia.
Sahabatnya yang berada di samping Reynanda merasa ada yang aneh dengan sikap Reynanda kali ini. Tidak seperti biasanya Reynanda marah hanya karena seorang pengantar minuman. "Kamu kenapa Rey?" Tanyanya penasaran. "Sepertinya ada yang menggangu pikiranmu. Apa ini ada hubungannya dengan gadis pengantar minuman tadi?" tanyanya lagi.
Reynanda menoleh dan menatap teman sekaligus sahabat baiknya itu. "Namanya Camellia, dia mantanku." jawab Reynanda singkat dan lagi-lagi melanjutkan aktifitas minumnya.
Pemuda itu merasa heran sekaligus terkejut. "Mantan?" ulang pemuda tersebut yang tidak lain adalah John. Karena selama mereka bersahabat, dia tidak pernah melihat Reynanda jalan dengan seorang wanita. Lalu bagaimana bisa Reynanda menyebut gadis pengantar minuman itu sebagai mantan?
"Hm. Jalang tadi adalah mantan sekaligus cinta pertamaku. Tapi dia berani mengkhianatiku selagi aku kuliah di luar negeri, dan bertemu dengan kalian." jawab Reynanda terdengar kecewa dari nada bicaranya. Kemudian dia kembali menenggak minuman kerasnya.
Mendengar itu ketiga sahabatnya saling pandang satu sama lain. Mereka sungguh tidak menyangka jika Reynanda punya pengalaman buruk soal cinta. "Ini sungguh terdengar gila, bagaimana bisa seorang milyarder muda sepertimu dicampakkan oleh wanita seperti dia?" ujar Rengga. "Apa wanita itu sudah tidak waras?
"Ternyata ketampanan dan kekayaanmu tidak selamanya menjadi sebuah keberuntungan." ujar Ganda.
"Dari segi penampilan kamu sudah oke. Dari segi keuangan sudah pasti tidak diragukan lagi. Tapi kenapa gadis itu bisa menyelingkuhimu? Apa yang sedang dicarinya lagi, saat kesempurnaan sudah ada digenggaman. Apa dia wanita bodoh?" ujar John tidak habis pikir. "Tapi itulah wanita dengan sejuta kemisteriusannya."
Karena yang John ketahui banyak sekali wanita yang menginginkan Reynanda sebagai kekasih. Kalaupun tidak bisa, mereka sampai rela hanya untuk dijadikan wanita penghangat ranjang saja untuk Reynanda. Lantas ada apa dengan gadis itu? Kenapa dia justru lebih memilih bekerja sebagai jalang, sedang kan Reynanda bisa memenuhi semua yang dia inginkan. Begitulah yang ada di kepala John saat ini.
"Sudahlah jangan terlalu kamu pikirkan pertemuan kamu dengan gadis tadi, itu hanya akan membuat mood kamu semakin buruk." ujar Rengga menasehati. "Dia hanya bagian dari masa lalu, lupakan dan jangan diingat-ingat kembali."
"Benar tuh. Niat kita kesini untuk melepaskan beban kerja, bukan untuk bernostalgia." timpal Ganda.
Reynanda tidak terlalu menanggapi ucapan para sahabatnya. Pikirannya masih tertuju pada Camelia. Jika bisa ia berkata jujur, sebenarnya dia masih sangat mencintai Camelia. Tapi rasa kecewa yang hadir membuat Reynanda bersikap seperti itu. Camelia adalah satu-satunya wanita yang bisa menduduki tahta tertinggi di hati Reynanda.
Tanpa terasa sudah 4 jam berlalu sejak Reynanda memasuki club, kini terlihat Reynanda dan para sahabatnya sudah mabuk akibat beberapa botol minuman beralkohol yang mereka konsumsi. Walau begitu Reynanda masih ingin memesan lagi minuman yang memabukkan itu.
Setelah menghubungi staf dan memesan minuman lagi, kini Reynanda menunggu pesanannya datang sambil terus menerus menoleh kearah pintu. Seakan Reynanda sudah tidak sabar. Dan yang pasti lebih dari itu yang sangat Reynanda nantikan.
Suara ketukan pintu membuat Reynanda segera berdiri untuk membukanya. "Masuk!" ujar Reynanda menyuruh wanita itu segera masuk.
Dengan hati-hati Camelia memasuki ruangan itu, aroma khas minuman beralkohol begitu menyengat menusuk hidung. 'Sudah berapa banyak mereka minum? Sampai-sampai aromanya nyengat gini.' gerutu Camelia yang memasuki ruangan tersebut dan berjalan menuju kearah meja untuk meletakkan pesanan pelanggan.
Reynanda yang berdiri di belakang Camelia, kini berjalan mengikuti langkah kaki Camelia untuk masuk kedalam. Matanya seakan tak berkedip melihat punggung Camelia. Dengan langkah sempoyongan Reynanda mendekati Camelia.
"Aarrrggghh ..." teriak Camelia terkejut saat merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Dengan sekuat tenaga Camelia ingin melepaskan diri dari orang tersebut yang tak lain adalah Reynanda.
"Lepasin tangan kamu, BAJINGAN!" Camelia memaki dengan suara lantangnya.
"Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos dengan mudah, Lia. Berapapun uang yang kamu inginkan, aku sanggup untuk membayarnya." desis Reynanda yang kemudian mengecup tengkuk Camelia.
Gelenyar rasa aneh tiba-tiba menghinggapi Camelia, sudah begitu lama rasa seperti ini tidak ia rasakan. Semenjak berakhirnya hubungannya dengan Reynanda 3 tahun lalu.
Reynanda yang memang sudah menantikan hal ini, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Reynanda semakin berani dan beralih mencium leher jenjang Camelia tanpa rasa bersalah. Para sahabatnya yang melihat hal itu sangat terkejut dengan tindakan Reynanda.
"Apa ini mimpi?" ujar Ganda.
"Wow, dia benar-benar brengsek. Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti itu didepan kita yang masih jomblo?" ujar John.
"Ini perlu diabadikan." ucap Rengga yang kemudian merekamnya melalui ponsel miliknya.
Camelia yang tersadar akan satu hal, ia kemudian menyikut perut Reynanda sekuat tenaga agar ia bisa terlepas dari pelukan lelaki itu.
"Dasar bajingan!" teriak Camelia sambil mengayunkan tangannya siap untuk menampar wajah tampan Reynanda.
Dengan sigap Reynanda mencengkram tangan Camelia yang hampir saja mengenai wajahnya. "Kenapa? Bukankah kamu menikmatinya. Kenapa sok jual mahal." ucap Reynanda dengan senyum miring meremehkan.
Reynanda semakin mengeratkan cengkramannya, lalu menarik Camelia mendekat kearah teman-temannya. "Hey kalian. Lihatkan bagaimana si jalang ini berpura-pura menolak tawaranku. Padahal aku tahu dia sangat menginginkannya." ucap Reynanda sambil melihat kearah teman-temannya.
"Dulu dia bisa tidur dengan laki-laki lain sampai mempunyai seorang anak. Sekarang akan aku buktikan pada kalian jika aku juga bisa melakukannya." lanjut Reynanda.
Mendengar ucapan Reynanda, semua temannya saling pandang karena terkejut. Bahkan Rengga yang awalnya serius merekam kejadian yang menurutnya lucu. Kini menghentikan aktivitasnya.
Mendapat perlakuan seperti itu, tentu saja Camelia sangat ketakutan. Wajahnya pucat dengan detak jantung tidak karu-karuan. Seandainya dia bisa kabur saat itu, maka Camelia akan melakukannya. Namun sayang, cengkraman tangan Reynanda yang begitu kuat sangat sulit untuk ia lepaskan.
"Jangan macam-macam kamu." ucap Camelia yang bergetar karena takut. Mengingat jika saat ini Reynanda sudah di kuasai minuman keras.
Perasaan takut, sedih, dan juga marah bercampur jadi satu di benak Camelia. Semenjak pertemuannya dengan Reynanda beberapa hari lalu, hidup Camelia seakan tidak baik-baik saja.
Reynanda seakan tidak takut akan gertakan Camelia, dia justru semakin mengikis jarak antara dirinya dan Camelia.
"Kenapa? Apa kamu takut?" ujar Reynanda dengan nada meremehkan. "Tenang saja, aku akan bersikap lembut saat melakukannya." tangan Reynanda terulur untuk membelai pipi Camelia yang sudah basah dengan air mata.
Melihat Camelia yang ketakutan, John segera berdiri dari tempat duduknya. "Sudahlah Rey. Kita kesini bukan untuk melakukan hal-hal gila semacam ini kan?" ujar John sambil menarik bahu Reynanda supaya menjauh dari Camelia.
Rengga dan juga Ganda juga berdiri dari tempat duduknya. Memegang tubuh Reynanda supaya tidak kelewat batas. Rengga dan Ganda dapat melihat bagaimana Camelia merasa sangat ketakutan saat ini. "Aku mohon lepaskan." ucap Camelia pelan sambil terisak.
"Rey." ucap Rengga yang melihat Reynanda sepertinya tidak mau melepaskan tangannya. Bahkan tatapan mata Reynanda tidak beralih dari Camelia.
"Aaarggghhhh ...." teriak Reynanda yang menghempas tangan Camelia dan juga tangan semua temannya yang berusaha menghentikan aksinya. "Kenapa kalian membela wanita jalang ini?" teriak Reynanda.
John yang melihat Reynanda sudah melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Camelia, segera memberi isyarat pada wanita itu untuk segera pergi.
Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia.
Bersambung ...
Tanpa membuang waktu, Camelia segera berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut. Sesampainya di luar ruangan, air mata Camelia sudah tidak dapat ia bendung lagi. "Benar-benar menjijikkan." gerutu Camelia.Sambil tertunduk Camelia berlari meninggalkan ruang anggrek. Saat ini yang ia butuhkan adalah waktu untuk menenangkan diri. Kenapa setiap kali bertemu dengan Reynanda selalu membuat Camelia sakit hati? Lelaki itu tidak pernah berhenti untuk menghinanya.Seharusnya Camelia-lah yang sakit hati atas perbuatan Reynanda di masa lalu, tapi kenapa justru Reynanda seolah-olah merasa bahwa dialah korban yang sesungguhnya disini.Camelia yang menangis sambil tertunduk tidak menyadari bahwa ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya, sehingga ia menabrak orang itu. "Maaf, maafkan saya." ucap Camelia sambil membungkukkan badan untuk meminta maaf pada orang yang telah ditabraknya barusan."Amel?" ucap orang yang ada didepan Camelia. mendengar suara
Reynanda yang merasa kecewa bercampur dengan amarah, kini lebih memilih untuk tetap berada didalam ruangan kantornya. Dia tidak ingin kalau keluar dari ruangan maka akan bertemu dengan Camelia. "Kenapa dia selalu muncul di kepalaku? Benar-benar wanita brengsek." kesal Reynanda yang memang tidak bisa fokus dengan pekerjaannya pagi ini.Padahal pekerjaannya begitu banyak dan menumpuk di atas meja. Berkas-berkas yang membutuhkan tandatangannya juga sudah siap disana. Namun karena satu nama yang mengganjal di pikirannya, membuat semua jadi kacau.Reynanda menghela napasnya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kebesarannya. "Sudah 3 tahun lamanya. Tapi kenapa dia tidak berubah? Apa uang begitu penting? Sehingga dia lebih memilih bekerja sebagai jalang dari pada menjadi kekasihku." gumam Reynanda frustasi dengan pikirannya sendiri tentang Camelia.Apalagi pertemuannya kemarin malam dengan Camelia, di sebuah klub malam langganannya. Membuat hati Reyn
Hari ini Camelia mengajak Sansan keluar rumah dengan ditemani Justin. Sengaja Camelia mengajak Sansan jalan-jalan agar anak itu tidak bosan di rumah.Apalagi setelah Camelia dipecat dari pekerjaannya di perusahaan Wijaya company, dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Sehingga banyak waktu luang untuk dia habiskan bersama Sansan.Hanya saja kalau malam hari Camelia masih tetap bekerja di club malam milik Justin, walau lelaki itu sudah berulang kali melarangnya dan meminta Camelia untuk berhenti. Namun demi menutupi kebutuhan sehari-hari, Camelia menolak keras larangan Justin dan memohon agar lelaki itu mengijinkannya bekerja disana.Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat harmonis, ditambah Sansan yang juga sangat dekat dengan Justin. Mungkin sekilas orang yang melihat akan mengira bahwa Justin adalah sosok kepala keluarga yang penyayang.Sansan terlihat bahagia, dia selalu menanyakan apapun yang dilihatnya. Sungguh benar-benar anak yan
Braakk!! Reynanda menggebrak meja kerjanya dengan begitu kuat, sehingga Dimas (asisten pribadinya) terlonjak karena terkejut bukan main. Ada apa dengan bosnya pagi ini? Kenapa suasana hatinya terlihat begitu buruk? "Brengsek! Bajingan! Aku pastikan kamu tidak akan bisa berebut apapun denganku kali ini. Dia milikku, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi milikku." Reynanda terlihat begitu marah. Dengan sorot mata seakan berubah menjadi belati tajam yang siap melukai siapapun yang ada didepannya. Beberapa kali ia terlihat mengusap kasar wajahnya, pertanda jika Reynanda sedang frustasi akan sesuatu. Dan Dimas sudah bisa menduga jika ini ada kaitannya dengan pencariannya selama tiga hari terakhir. Yaitu perihal tentang Camelia, seorang pegawai baru yang belum lama ini dipecat dari perusahaan karena sebuah rumor yang kurang sedap. Sebagai asisten dan juga tangan kanan Reynanda, tentu saja dia bisa dengan mudah mengetahui rumor-rumor yang beredar dilingkung
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
Camelia berjalan memasuki sebuah kamar yang begitu besar, bisa dipastikan jika itu adalah kamar Reynanda. Ia ditemani seorang pelayan yang setia membantunya untuk lebih mudah melihat isi kamar tersebut, bahkan pelayan itu juga menunjukkan ruang ganti baju yang ternyata sudah tersusun baju-baju wanita didalamnya."Benar-benar laki-laki brengsek, bisa-bisanya membawaku kemari sedangkan dia sudah tinggal bareng wanita lain." gerutu Camelia saat melihat gaun wanita berjejer rapi di lemari pakaian."Maaf nyonya, baju ini memang disiapkan khusus untuk anda. Ini semua masih baru, dan didatangkan langsung dari designer-nya." jelas pelayan itu, sepertinya ia berusaha menjelaskan bahwa bosnya tidak pernah tinggal dengan wanita lain selain dirinya.Camelia tertegun mendengar penjelasan dari pelayan itu. "Untukku? Apa kamu yakin?" tanya Camelia, walau dalam hatinya berbunga-bunga."Iya nyonya, kalau nyonya tidak percaya. Silahkan di cek." ucap pelayan."Baiklah, baiklah." ucap Camelia. Ia merasa
Berbagai perasaan campur aduk tidak karuan saat kalimat ijab qobul terdengar nyaring ditelinga Camelia. Haruskah dia bahagia dengan semua ini? Sedangkan pernikahan yang harusnya terjadi tidak sesuai dengan harapannya."Bagaimana caraku agar bisa menghubungi Justin?" Ayla bergumam putus asa. Dari tadi Camelia mencari keberadaan ponselnya, namun hingga kini barang tersebut tidak bisa ia temukan. Dimana Reynanda menyembunyikan ponsel miliknya?Terdengar helaan napas dari bibir Camelia, perasaan bersalah pada Justin membuatnya merasa gelisah. Tidak seharusnya dia menyakiti orang sebaik Justin yang rela melakukan apa saja untuk membantu Camelia dan Sansan.Tak lama terdengar suara seseorang memanggilnya, dan membawa Camelia keluar kamar untuk bertemu mempelai laki-laki. Dan memang sudah menjadi tradisi jika mempelai wanita dan laki-laki akan bertemu setelah janji suci selesai diucapkan didepan penghulu.Camelia hanya tertunduk sepanjang jalan menuju ke ruang utama rumah mewah milik Reynand
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Camelia yang masih belum menyadari satu hal.Camelia dengan cepat mendorong dada bidang Reynanda, supaya laki-laki itu menjauh darinya. Camelia melihat kearah Reynanda, seolah bertanya apa laki-laki itu juga mendengar apa yang ia dengar? Dan Camelia juga ingin memastikan siapa yang barusan memanggilnya, apakah beneran itu Sansan?Reynanda hanya menyeringai, dari raut wajahnya sepertinya laki-laki itu tidak ingin menjelaskan apapun. Melihat bagaimana Camelia mulai panik, Reynanda merubah posisi tubuhnya menghadap kearah pintu. Ia berniat untuk membuka kunci pintu kamar tersebut.Jantung Camelia berdebar sangat cepat ketika didepan pintu kamar ia bisa melihat dengan jelas sesosok gadis kecil yang tidak lain adalah Sansan. Kini Camelia tidak lagi bisa berpikir jernih, apakah Reynanda juga sedang menculik Sansan? Begitulah yang muncul di kepala Camelia kini.Wajah polos Sansan dengan senyum cerianya melihat kearah Camelia dan Reynanda secara bergantian."K
"Ya, aku sangat mencitaimu. Lia." balas Reynanda atas umpatan Camelia terhadapnya. Ekspresi Reynanda seperti tidak terjadi apa-apa, padahal dulu Camelia tidak pernah mengumpat atau pun berkata kasar padanya.Berada dalam pelukan lelaki yang pernah ia cintai sekaligus ia benci disaat bersamaan, membuat jantung Camelia berdebar lebih cepat dari biasanya. Sesaat ia lupa jika lelaki itulah yang sudah menculiknya dan juga merusak hari bahagianya.Walau Camelia bermulut tajam pada Reynanda, namun tubuhnya memiliki reaksi berbeda. Karena tubuh Camelia lebih bisa menyambut dan menerima pelukan hangat penuh kerinduan dari lelaki itu. Tidak bisa ia pungkiri, bahwa sesungguhnya Camelia juga merindukan Reynanda. Walau bagaimanapun, sosok laki-laki itu adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini belum juga bisa sepenuhnya Camelia lupakan. Perlahan Reynanda mulai mengurai pelukannya saat dirasa Camelia mulai tenang, Kini Reynanda semakin berani dengan aksinya, bukan hanya pelukan saja yang ia lak
"Loh, kok sepi? Pengantin wanitanya kemana?" Rosi yang baru saja memasuki kamar, ia merasa bingung mengetahui sang pengantin wanita tidak ada di kamar hotel tempat dia tadi meriasnya.Dia segera memeriksa kearah toilet yang memang berada didalam kamar, siapa tahu saja pengantin wanita sedang berada didalam sana. "Kosong?" gumamnya setelah memastikan jika pengantin wanita tidak ada didalam toilet.Rossi bermaksud untuk menghubungi Camelia, tapi sebuah pemandangan janggal didepannya membuat Rossi menghentikan niatnya."Ini? Kenapa ada baju-baju ini disini?" Dia semakin bingung dengan adanya baju pengantin yang berada di kamar tersebut, padahal baju pengantin yang seharusnya dikenakan oleh mempelai wanita baru saja ia bawa masuk ke kamar tersebut. Lantas baju pengantin itu punya siapa?"Apa Justin yang melakukannya? Kenapa tidak konfirmasi dulu sebelumnya?" gerutu Rosi. Lalu kemudian dia mengambil ponselnya untuk mengkonfirmasi masalah tersebut pada Justin.Setelah mendapat telepon dari
Hari ini sangat bersejarah dalam sepanjang hidup Camelia, karena hari ini adalah hari pernikahannya. Hari dimana untuk terakhir kalinya dia akan menyandang status sebagai seorang gadis dan berganti menjadi nyonya Justin. Acaranya akan berlangsung disebuah hotel berbintang di daerah ibukota, sehingga Camelia harus rela datang ke lokasi terlebih dulu sebelum acara dimulai. Didalam sebuah kamar hotel yang di siapkan oleh Justin khusus untuk Camelia, sudah menunggu MUA yang bertugas meriasnya agar terlihat cantik sebagai ratu sehari. Make up artis pilihan Justin adalah MUA yang sudah biasa menangani pernikahan para artis ternama. Justin juga memesan beberapa kamar lain untuk teman dekatnya dan juga teman Camelia serta tidak lupa untuk Bi Imah yang menjaga Sansan selama ini. "Kenapa jam segini Sansan belum pulang dari tempat les." gumam Camelia sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Penata rias yang bertugas meriasnya baru saja keluar dari kamar u
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Camelia yang membuat Reynanda terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba sudah berada dibelakangnya. "Ternyata kamu masih menyimpannya." ucap Reynanda sambil menunjukkan foto yang tadi dilihatnya sambil tersenyum. Dada Camelia berdebar kencang saat Reynanda menunjukkan foto itu padanya. "Bukan urusanmu." dengan cepat Camelia merebut foto tersebut dari tangan Reynanda, dan meletakkannya kembali di tempat semula. Bisa-bisanya laki-laki itu menemukan foto lama mereka saat terakhir kali bertemu di bandara, saat dirinya mengantarkan Reynanda untuk berangkat kuliah ke luar negeri. Walau sebenarnya Camelia masih menyimpan perasaan pada Reynanda didalam hati kecilnya, namun dia tidak ingin kembali terhanyut pada pesona Reynanda yang memang kali ini terlihat semakin tampan dari hari ke hari. Camelia mencengkram pergelangan tangan Reynanda dan menariknya supaya keluar dari kamar. Camelia tidak ingin mengganggu tidur Sansan
Tatapan mata elang Reynanda seakan mampu menembus dinding rumah sederhana yang terletak di seberang jalan tempatnya memarkirkan mobil.Pandangan mata Reynanda tidak beralih dari rumah sederhana itu. Pemandangan sosok dua sejoli yang tadi di lihatnya berjalan memasuki rumah itu, mampu mengacaukan pikiran Reynanda.Apa yang sedang dilakukan keduanya didalam sana? Kenapa setengah jam sudah berlalu namun orang yang ada didalam belum juga keluar.Tatapan mata tajam Reynanda seperti sebilah pedang, genggaman tangannya begitu erat di atas kemudi mobil, sampai terlihat buku-buku jarinya yang memutih. Hal itu sudah dapat menggambarkan bagaimana perasaan Reynanda saat ini. Yang jelas dia marah dan cemburu disaat yang bersamaan. Rahangnya yang mengeras, menambah suasana seketika menjadi semakin seram."BRENGSEK!!" umpatnya dengan memukul kemudi mobil untuk meluapkan emosi. Entah kenapa pikiran liar Reynanda membayangkan jika kedua orang yang berada didalam melakukan
"Ya Tuhan ... Kenapa aku begitu bodoh. Tidak seharusnya aku mempercayai Nadin." rasa penyesalan terlihat jelas diraut wajah Reynanda kali ini.Ya memang benar jika Nadin-lah yang memberikan semua informasi tentang Camelia kepada Reynanda, selama mereka berdua berhubungan jarak jauh. Dikarenakan waktu itu Reynanda harus meneruskan kuliah di luar negeri. Sedangkan Camelia tetap tinggal di Indonesia.Sebagai sahabat paling dekat dengan Camelia, maka Reynanda tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada Nadin. Bahkan pernah suatu ketika Reynanda membuktikan dengan datang ke Indonesia.Dan ternyata apa yang dikatakan Nadin benar adanya jika waktu itu Camelia benar-benar sedang mengasuh balita mungil yang amat lucu serta menggemaskan. Sehingga semakin menguatkan dugaan jika Camelia memang selingkuh selama Reynanda kuliah di luar negeri."Aarrrggghh ..." Reynanda meluapkan rasa kesalnya pada dirinya sendiri."Aku tidak dapat membayangkan, bagaimana kam