Jordi tertegun atas ucapan Arfeen, jadi apakah ke depannya mereka akan sering menghadapi bahaya? Artinya ia memang harus banyak berlatih untuk melindungi tuannya itu. "Baik, Presdir."Jordi pergi ke meja di mana terdapat dua handuk putih di sana, ia mengambil satu untuk diberikan kepada Arfeen yang langsung menerimanya. Arfeen menggunakan handuk itu untuk mengeringkan keringat. Sementara Jordi mengeringkan keringatnya sendiri sebelum mengambil sebotol air mineral dingin untuk Arfeen. "Di mana handphoneku?" tanya Arfeen. Jordi lekas kembali ke meja untuk mengambil handphone Arfeen, berjalan cepat ke arah tuannya yang kini duduk di sofa. Arfeen ingin menghubungi Larena karena malam ini harus pulang larut. Wanita itu cepat mengangkat telepon darinya. "Halo!""Malam Wife, sedang apa?""Bersiap untuk pulang!""Kau pulang dikawal Jean seperti biasa ya, aku harus pulang sedikit malam kali ini!" Larena mengerucutkan bibir padahal ia tahu suaminya tak akan bisa melihat protesannya itu.
"Kau tahu apa ini?" tanya Arfeen memamerkan benda di tangannya. Kedua mata Regan membeliak menatap suntikan di tangan Arfeen. Ia memang tak tahu apa isi cairan dalam suntikan itu. Tapi ia yakin itu pasti berbahaya. "Tentu saja kau ingat kan kenapa adikku bisa tiba-tiba terkena serangan jantung?" tanya Arfeen membuat Regan menelan ludah. "Kau juga akan mengalami hal yang sama."Arfeen menekan kepala Regan ke lantai, dengan cepat ia menancapkan jarum suntik itu ke leher Regan, menelan hingga seluruh cairan masuk ke dalam tubuh pria itu. Setelah mencabut benda itu ia membuangnya begitu saja. Regan meraba bekas suntikan itu. "Kau?""Kau akan segera menyusul keluargamu ke neraka. Berharap saja ada keajaiban bantuan datang tiba-tiba!" ujar Arfeen menepuk pipi Regan sebelum beranjak meninggalkan ruangan. Regan berusaha bangkit, namun entah mengapa seluruh tubuhnya melemas. Yang ia tahu jika cairan itu sama dengan yang pernah Panji berikan pada Amara, cairan itu tidak membuat tubuhnya l
"Apa kau meragukan kekuasaanku, Jay?" "Bukan begitu, Nona. Hanya saja terkadang pengkhianat itu bisa berasal dari mana saja, bahkan orang terdekat sekalipun!" "Kau sedang menyindirku?" "Tidak, Nona. Sungguh! Saya hanya ingin agar Anda lebih berhati-hati." "Aku tahu apa yang kulakukan!" dengusnya kesal. "Tuan Muda mulai berkomunikasi dengan petinggi pemerintah, sesegera mungkin ... Tuan Muda pasti akan disetujui oleh semua anggota untuk menjadi ketua federasi. Ini akan memperkuat kedudukannya." "Adikku masih terlalu muda, dia masih membutuhkan banyak pengalaman. Kita lihat saja, sampai di mana dia bisa memimpin federasi. Karena Federasi bukanlah sembarang kelompok mafia, tapi lebih dari itu!" "Tapi sejak dini Tuan Muda sudah sangat terlatih!" cemas Jay. Lyra menyilangkan kakinya, meletakkan kedua tangan di sisi kursi. "Tidak ada manusia sempurna di dunia ini, Jay. Setiap orang memiliki satu kecacatan!" "Seperti aku yang cacat hanya karena seorang wanita, status genderku mem
"Siapa yang kau maksud?" tanya Dirga yang ragu untuk menebak. Amar tak langsung menjawab. Ia juga tak ingin menyebutkan secara gamblang siapa orang yang ia maksud. "Apakah kau sungguh tidak tahu, Jenderal?" pancingnya. "Jangan berbelit-belit, Amar. Kau tahu aku tak suka tebak-tebakan!""Siapa yang mengajakmu main tebak-tebakan? Aku hanya menyarankan seseorang yang sangat berpengaruh, yang sangat pantas dari siapa pun untuk memimpin operasi ini!""Kau tidak menyebutkan nama, lalu bagaimana aku tahu.""Bisnis ini cukup berbahaya, karena rekan kita juga adalah jaringan hitam internasional. Mereka bisa saja berbuat curang atau mengkhianati kita. Tapi jika pria ini bersama kita, mereka tidak akan berani!" "Katakan saja siapa dia?" geram Dirga."Zagan. Tuan Zagan."Jawaban Amar membuat Dirga melotot. "Z-Zagan?"Amar mengangguk. "Tuan Zagan sudah kembali, sekarang auranya lebih kuat. Aku yakin jika dia memimpin jaringan hitam, maka tidak akan ada yang berani menyentuh kelompok itu!" "Di
"Freya, apa yang kau lakukan di sana?" Suara tak asing itu membuat tubuh Freya membatu, perlahan ia menoleh sumber suara. "Mama? Apa yang Mama lakukan di sini?" tanyanya terbata sambil berdiri. Anika yang dikawal beberapa anggota polisi memasuki ruangan itu, matanya menatap marah terhadap Freya. "Dasar gadis jalang! Apakah ini alasannya kalian sering bertengkar?" "Ma, dengarkan aku dulu _argh!" Satu tamparan mendarat di wajah Freya. Membuat tubuhnya sedikit terhuyung. Ia memegang wajahnya yang terasa panas. Anika menatap Arfeen yang masih tampak sangat santai. Nathan yang hanya memperhatikan sedari tadi mulai cemas. "Feen!" Namun lirikan Arfeen membuatnya kembali bungkam. "Jadi kau Arfeen Grafielo?" tanya Anika, "Pantas saja Freya terpikat padamu, rupanya kau memang lumayan menarik hati. Tapi seharusnya kau sadar, Freya sudah menikah. Bahkan kau juga sudah menikah, kenapa kau harus mengganggu hubungan Freya dan Robert?" "Aku tidak mengganggu hubungan siapa pun, Nyo
Anika melotot karena mengenali sosok yang muncul di ambang pintu. Sosok yang tampak anggun dan berwibawa. Ketika berjalan memasuki ruangan, nyaris semua orang terpana. Tak terelakan Nathan, ia bahkan sampai membuka mulutnya lama. Lyra menghentikan langkah di sisi Arfeen, menatap sang adik. "Kenapa kau terlalu berbelit-belit? Tinggal katakan saja siapa dirimu!" "Kenapa Kakak bisa ada di sini?" tanya Arfeen tanpa menoleh. "Apa? Kakak!" seru semua yang ada di ruangan itu. Mata mereka mengarah kepada Arfeen dan Lyra secara bergantian."Maaf Presdir, saya yang mengundang Nona ke sini!" jawab Jordi memunculkan diri di pintu. Arfeen menoleh pada Jordi, mata semua orang kini tertuju pada sosok Jordi. "Presdir?" desis Anika heran. "Nona Mahesvara, kenapa pemuda ini memanggil Anda dengan sebutan Kakak?" tanya kepala polisi.Lyra menyimpulkan senyum, "Kenapa? Itu pertanyaan yang sangat aneh, Pak Kepala polisi. Jika seseorang memanggilku Kakak artinya dia adalah adikku!" "Adik!" seru mer
Freya menatap Arfeen dengan mata mengambang. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa sekarang. Arfeen benar-benar seseorang yang tak mungkin bisa ia rengkuh. Namun rumah tangganya dengan Robert sudah berada di tepi jurang. Ia tak tahu apakah masih bisa memperbaikinya? Jika Robert sadar, ia hanya bisa menunggu apakah pria itu akan menceraikannya atau mereka bisa memulainya lagi dari awal. Namun apa yang dilakukan oleh mama mertuanya telah menciptakan masalah baru. Dan apa yang akan terjadi terhadap mama mertuanya mungkin akan menciptakan dendam terhadap Arfeen Mehasvara. Mungkin Robert akan lebih memilih diam, namun keluarga besarnya mungkin tidak! "Arfeen, ma-maksudku ... Tuan Muda. Bolehkah saya memohon agar Anda mengampuni Mama Anika! Apa yang dilakukannya hanyalah bentuk kasih sayang seorang Ibu terhadap putranya. Dia tak bermaksud sengaja menyakitimu!" Arfeen belum menyahut. "Saya mohon! Saya janji akan membujuk keluarga besar Collins untuk tak menyelidiki lagi tentang a
"Aku butuh kerja sama kalian!""Kerja sama? Apa maksudmu?" tanya Dewi."Suamimu melakukan kesalahan yang sangat fatal dengan menghabisi nyawa adikku yang sedang koma di rumah sakit!" ungkap Arfeen membuat Dewi dan Pandu terperangah.Berani sekali Panji melakukan hal itu kepada anggota keluarga Mahesvara? Dewi sangat kecewa, setelah mengetahui penyebab kemarahan tuan muda Mahesvara, ia pun merasa tak bisa memaafkan suaminya.Profesi suaminya adalah seorang dokter yang notabene memiliki tugas untuk menyelamatkan nyawa para pasiennya, bukan justru menghabisi nyawa mereka.Selama ini Dewi selalu bangga terhadap suaminya, namun kenyataan yang ia ketahui membuat rasa bangganya menjadi benci. Sehingga terpaksa ia menyetujui saja saat Arfeen mengatakan akan menghabisi suaminya di dalam rumah itu."Aku akan menghabisi Panji di rumah ini. Tapi sebelumnya aku ingin memberikannya syok teraphy!""Syok teraphy? Untuk apa? Bu