"Banyak wanita? Apa maksudmu banyak wanita?" tanya Larena dengan sedikit memundurkan tubuh. Membuat tangan Arfeen yang sedang memainkan rambutnya harus memegang udara. Arfeen menggunakan tangan itu untuk menyugar rambutnya. "Kehidupanku yang dulu bisa dikatakan tak biasa," akunya dengan tawa getir. "Sejak kecil aku sudah berhadapan dengan maut!" Ia menatap lekat mata sang istri. "Juga para gadis!" Larena tak menyahut, ia seperti sedang mencoba mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut sang suami. "Kau ingin tahu apa aku tidur dengan wanita lain kan? Dan berapa banyak?" tanya Arfeen yang tak mendapatkan jawaban. Hanya kerlingan saja yang wanita itu berikan. "Pertama kali aku tidur dengan wanita ... saat aku usiaku 13 tahun!" aku Arfeen membuat Larena membeku. Tiga belas tahun? Seorang anak lelaki usia 13 tahun sudah melakukan hubungan ranjang? "Kau hanya bercanda kan?" cicit Larena. "Aku serius, sejak saat itu ... aku suka berpetualang. Tapi kau jangan khawatir, di an
"Tapi ini aneh? Setahuku Nona Larena itu akan menikah dengan Damian Atmaja, mereka sudah menjalin hubungan cukup lama!" ujar seorang pria yang sedari tadi hanya menyimak. Semua mata mengarah padanya. "Damian Atmaja? Memang ... dulu aku sering melihatnya datang ke kompleks kita. Tapi sekarang pria itu seperti ditelan bumi!" saut temannya. "Dan tiba-tiba saja Larena menikah dengan seorang pria miskin. Tukang sapu jalan! Itu mengejutkan!" imbuh pria itu yang bernama Rudi. Rudi adalah putra RW setempat, ia memang menaruh hati pada Larena sejak dulu sebelum ia menikah. Sayangnya Larena sama sekali tak pernah meliriknya. Akhirnya ia menikahi wanita lain dan kini sudah memiliki dua orang anak. Meski begitu, ia tetap masih mengagumi Larena Jayendra. Dan ketika mengetahui bahwa suami Larena rupanya hanya seorang tukang sapu jalan! Perasaannya jadi tak menentu. Ada rasa senang karena ia bisa membalas sakit hatinya dengan merendahkan wanita itu yang bersuamikan seorang pria hina. Tapi ada
Arfeen mengeluarkan sebuah jarum di telapak tangannya. Ia akan siap jika ada serangan. Jordi memperhatikan tiap gerak-gerik setiap orang di hadapannya, termasuk sang bos. Ia tak pernah tahu jika bosnya itu memiliki senjata rahasia beruba jarum itu? Jika tak jeli tak ada yang tahu jika saat ini Arfeen tengah mempersiapkan sebuah senjata rahasia, namun mata Jordi terlalu detail untuk melewatkan hal itu. Ia telah belajar bagaimana mengamati sekitarnya sedetail mungkin tanpa ada yang terlewat meski hal terkecil sekali pun. Dari pengamatannya, K2 tengah mempersiapkan senjata di balik punggung. Jenderal Dirga dan Amar juga akan siap dengan senjata api mereka jika diperlukan. Sementara pria bernama Geofrey itu tampak tenang saja karena ada banyak anak buah yang siap melindunginya di sekeliling tempat itu. "Anak ingusan! Kau pernah menghilang dari peredaran. Maka kali ini kau pasti akan menghilang dari muka bumi!" seru Hariman mencabut senjata apinya, menodongkannya kepada Arfeen dan sia
"Kau mengenaliku?" tanya Arfeen menatap Baruna. "Maaf, Tuan. Video pernikahan Anda sempat viral di dunia Maya!" jawab Baruna menundukkan kepala. Arfeen pun tersenyum miring. Video itu? Meski sudah dihapus tetap saja sudah banyak yang menonton bahwa mungkin mendownload. "Baiklah, Tuan Geofrey. Sebelum kita sepakat, apakah ada yang ingin diperbarui lebih dulu tentang transaksinya?" tanya Arfeen beralih pada Geofrey. "Tentu saja, Tuan. Ada banyak hal yang perlu diperbarui!" saut Geofrey. Sementara Dirga masih mengamati wajah Arfeen. Ia juga sempat menonton video viral itu. Dan Ariel juga Bernah berkata bahwa yang ada dalam video itu adalah teman kampusnya. Lalu tempo hari, Ariel berkata baru saja dihajar oleh teman kampusnya yang bernama Arfeen Grafielo yang juga merupakan menantu dari Vano Jayendra. Jadi apakah Arfeen Grafielo dan Zagan adalah orang yang sama? Jika ia artinya putranya telah salah menyinggung seseorang. Semoga saja Zagan tidak tahu bahwa Ariel adalah putranya ata
"Jordi!" teriak Arfeen saat melihat salah satu pria mengayunkan parang ke tubuh Jordi yang tengah memungut senjata di dalam mobil.Dari ekor matanya, Jordi bisa melihat sang penyerang. Sebelum parang itu mendarat ke tubuhnya, ia menarik pintu mobil hingga parang itu mengenai bingkai bagian atas pintu mobil. Kemudian ia menendang tubuh orang itu hingga terpental ke belakang.Dengan segera Jordi keluar dari mobil dengan membawa dua katana. Ia melepaskan katana itu dari sarungnya."Presdir!" serunya melempar salah satu katana ke arah Arfeen.Arfeen yang masih sibuk menghindar sambil menyerang dengan tangan kosong itu pun menerima katana yang Jordi lempar. Dengan segera ia mengayunkan benda itu untuk menangkis serangan parang dari salah satu penyerangnya.Ia melempar serangan pria itu kemudian membalas serangan pria satunya lagi. Kita dengan katana di tangannya ia bisa mengimbangi serangan dua pria itu.Pertar
"Begal?" ulang Larena yang sedikit curiga.Meski sudah lama tak terdengar, tapi para begal masih suka berkeliaran. Membuat resah pawa warga. Apalagi jika sampai menelan korban jiwa."Ini tak mungkin begal kan?" terkanya.Arfeen membalas tatapan yang istri. "Tadi aku bersama teman, kami tidak sendiri.""Apa yang kukatakan? Menjadi pengawal Tuan Muda Mahesvara itu penuh dengan resiko. Kenapa kau tak resign saja?""Kalau resign aku jadi pengangguran lagi dong?Tiap hari Mama pasti akan teriak-teriak seperti orang gila!" keluh Arfeen."Kau mengatasi Mama gila?" sembur Larena.Arfeen menelan ludah. "Bukan begitu, wife. Tapi kau tahu sendiri kan Mama seperti apa! Kalau aku menganggur, pasti tiap hari ....""Iya iya iya. Tapi kau kan bisa cari pekerjaan lain!" potongnya kesal."Misal? Kau tahu aku belum lulus kuliah kan!""Kau bisa membantuku di La Viva. Aku yakin kau bisa m
Arfeen akhirnya meminum susu dan menghabiskan sandwichnya sesuai perintah sang istri. "Tadi kau berkirim pesan dengan siapa?" tanya Larena yang tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Jordi.""Jordi?""Teman kerjaku, dia sedang mencari tahu siapa yang menyerang kami!"Larena tampak mengangguk. "Apakah dia sudah berhasil menemukan siapa orangnya?" "Jordi orang yang cukup cakap, tentu saja dia sudah menemukan siapa bedebah itu."Mata Larena melebar, ekspresinya seolah tak sabar ingin tahu. "Apa kau akan percaya jika kukatakan bedebah itu berasal dari keluarga Collins?" tanya Arfeen tanpa ekspresi. Larena tampak terperangah, "Ke-keluarga Collins? Tapi mereka sudah bangkrut.""Peter Collins, apa kau juga mengenalnya?""Peter? Jujur saja aku belum pernah bertemu dengannya. Tapi setahuku memang ada anggota keluarga Collins yang bernama Peter!" aku Larena dengan jujur. Larena memasang ekspresi heran. "Kau memang pernah mengalahkan Andrew di atas ring, tapi bukankah yang membuat keluarga
"Tak mengijinkanku pergi? Kau tak bisa seperti itu, aku saja tak pernah melarangmu pergi!" protesnya tak terima. "Kenapa aku tak bisa? Aku suamimu. Entah ada perjanjian atau pun tidak, selama kita terikat tali pernikahan. Aku tetap berhak melarangmu pergi jika tak berkenan!" Larena membuka mulut tanpa suara. "Jean akan memastikan keamananmu, dia cukup profesional. Jadi kau tak perlu khawatir!" "Aku masih bisa menjaga diri, lagipula aku tak biasa dikawal seperti itu!" "Jean ikut atau kau tak pergi sama sekali!" tegas Arfeen membuat Larena bungkam. Ia ingin protes lagi, namun sepertinya keberadaan Jean bisa membuatnya sedikit tenang. Ia juga khawatir jika teman-temannya akan merundungnya. Lagi pula ia kan owner dari La Viva. Tak heran jika bisa memiliki seorang bodyguard. "Baik!"Arfeen mengulas senyum. "Istriku memang manis!" pujinya mencubit ujung hidung yang mancung itu. "Kau kan masih terluka, memangnya tetap harus ikut outbound?""Ini wajib untukku. Ketua BEM yang menetapka