Mendengar saran dari Tirta, Ryuga teringat akan ucapan tempo hari dari Bu Yuli mengenai Claudia. Jika Bu Yuli tidak bisa memberitahunya secara langsung, Ryuga akan bertanya sendiri pada Claudia.Ini bukan lagi soal penasaran. Ryuga benar-benar menaruh empati serta simpati untuk wanita yang sudah mengisi singgasana hatinya itu.“Apa dia baik-baik saja sekarang, Ryuga?” tanya Tirta di penghujung akhir pembicaraan sebelum Ryuga benar-benar menutup teleponnya.“Kurasa … ya. Aku akan ke kamar untuk melihat Claudia.” Ryuga segera mengakhiri sambungan telepon dan meneguk sisa bir pada kaleng minuman yang dia buang berikutnya pada tong tampah.Lantas Ryuga berjalan menuju kamarnya masih depan pakaian yang terbuka seperti tadi. Saat itu Ryuga menebak jika Claudia sudah tertidur.Namun, pada kenyataannya, ketika Ryuga membuka pintu kamar, dia mendapati Claudia malah asyik bermain ponsel sambil berbaring miring yang menghadap ke arah pintu.“R-Ryuga,” panggil Claudia tampak terkejut dengan matan
“Claudia.”Itu panggilan kedua Ryuga karena Claudia masih belum meresponsnya. Dia mendaratkan satu tangannya di atas lengan Claudia, membuat wanita itu tersentak dalam duduknya.Claudia langsung merespons, “Y-ya, Ryuga?”Cepat-cepat Claudia memusatkan pikirannya agar fokus. Tapi, begitu netranya fokus menatap Ryuga, kepala Claudia dibuat pening.‘Masa gini saja kamu lemah, Clau!’ cibirnya dalam hati.Masih ingat jika Claudia menyukai pria tampan? Ryuga ‘kan salah satunya. Namun, tampilan Ryuga dengan rambutnya yang sedikit acak-acakan, tidak mengenakan atasan, duduk dengan posisi kaki kiri yang ditekuk dan tangannya yang di gips bertengker di atas lututnya. Dari sudut mana Ryuga tidak tampak mempesona?Aish! Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Lantas Claudia menggelembungkan pipinya. Menyaksikan itu membuat Ryuga tertegun.Baru saja Claudia menunjukkan sisi menggemaskannya yang lain. Ryuga memainkan lidahnya di dalam mulut.“Sebenarnya ada apa, Ryuga? Aku sudah naik di ranjangmu lal
Menanti jawaban Ryuga, Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya sambil menatap Ryuga lekat-lekat. Claudia mencoba menebak-nebak tentang perasaan Ryuga. ‘Apa mungkin saja Ryuga masih menyimpan rasa pada … Natasha?’ pikir Claudia menyebut nama wanita yang dia tahu adalah sosok ibunya Aruna. Ryuga memang berucap menyukainya. Tapi, Claudia tidak pernah benar-benar tahu isi hati seorang Ryuga Daksa. Memikirkan itu membuat Claudia mendaratkan jari-jarinya meremat pelan di bahu kokoh Ryuga. “Hentikan, nanti sariawanmu bisa parah, Claudia,” tegur Ryuga mengedikkan dagu ke arah bibir cherry Claudia. “Eng~” jawab Claudia menurut. Dia berhenti menggigit bibirnya sendiri. Pandangannya turun, menatap otot perut Ryuga yang terlalu sayang untuk dilewatkan. ‘Jangan salahkan aku jadi lancang begini. Salahkan saja Ryuga yang dengan sukarela mempertontonkan otot-otot perutnya yang menggoda itu,’ cibirnya dalam hati. Pria tampan dengan otot yang tidak berlebihan. Ryuga jelas termasuk tipe pria
Claudia pernah mengatakan bahwa kehilangan tidak pernah mudah untuknya.Teringat ucapan itu membuat Ryuga mengusap sisi lengan kanan Claudia kala wanita tersebut terdiam beberapa saat.“M-maaf, Ryuga.” Suara Claudia terdengar bergetar menahan tangis. Claudia terlalu lemah jika itu menyangkut dengan orang tua, terlebih Sang Mama terkasih.Pandangan Claudia naik ke atas, berusaha menghalau air matanya yang sudah menggenang di sudut mata. Dan itu tidak luput dari pandangan Ryuga.Manik hitamnya menyorot lembut. “Tidak perlu dilanjutkan sekarang, Claudia,” ucap Ryuga. Dia tidak bisa mengukur kedalaman perasaan kesedihan seseorang, termasuk kesedihan yang Claudia rasakan. Pun, sebenarnya Ryuga juga tidak tahu seberapa dalam perasaan Claudia terhadapnya.Apakah hanya sebatas menyukai? Menyukai sekali? Atau sangat menyukai sekali?Kepala Ryuga menggeleng samar. Kenapa Ryuga harus memikirkan itu sekarang. Situasinya tidak tepat. Tanpa aba-aba, Ryuga membawa Claudia ke dalam pelukannya.‘Aku m
Setelah membujuk Ryuga dengan menuruti apa yang pria itu inginkan, Claudia akhirnya bisa merealisasikan untuk melukis pria itu.Walaupun … ya, bibir cherry-nya sedikit bengkak akibat ulah Ryuga. Claudia mencoba untuk tidak memusingkannya.Dan di sinilah keduanya sekarang. Ryuga duduk di sofa sambil menyilangkan kaki. Manik hitamnya menatap lurus ke depan. Tidak ada senyum di bibir tipis menggodanya.Terhitung sudah belasan menit berlalu Ryuga tetap pada posisi itu. Ketika Claudia sibuk dengan kanvas dan pensil di tangannya, Ryuga memanfaatkan itu dengan memikirkan kejadian beberapa menit sebelumnya.“Jangan tersenyum memperlihatkan gigi ya, Ryuga,” pinta Claudia setelah meletakkan kanvas pada penyangga lukisan.Mendengarnya, Ryuga merasa heran. Dia sudah tampan dengan setelan jas hitam kulit yang dikenakannya tadi. Dan Claudia bilang apa?“Kenapa?” heran Ryuga menaikkan satu alisnya. Manik hitamnya menatap Claudia dibalik kanvasnya penuh selidik. Ryuga mendengus geli. “Takut terpesona
Mengangkat telepon tanpa seizin pemiliknya bukan tindakan yang dibenarkan. Tapi, Ryuga tidak dapat menahan rasa penasarannya sehingga dia berujung menerima telepon dari Sam. Urusan bagaimana respons Claudia akan Ryuga pikirkan nanti saja. “Ada keperluan apa menghubungi tunanganku?” Tanpa berbasa-basi, Ryuga melayangkan pertanyaan dengan suaranya yang ketus. Meskipun baru dua kali bertemu, Sam mengenali suara pria yang tiba-tiba saja mengangkat telepon Claudia. Sam tahu betul jika itu Ryuga Daksa. “Rupanya Claudia bersamamu,” gumam Sam menghela napas lega. Mendengarnya, Ryuga mengembuskan napas kasar. “Kalau tidak ada hal penting yang ingin kamu katakan, aku matikan sambungan– “Ryuga,” sela Sam di seberang sana dengan tegas. Pada akhirnya Sam memutuskan bicara, “Apa Claudia baik-baik saja?” Pertanyaan Sam membuat Ryuga terkekeh hambar. Rasanya benar-benar lucu. Setelah semua yang terjadi, Sambara masih berani mengkhawatirkan Claudia? “Tentu, Claudia baik-baik saja bersamaku,” s
TRINGSebuah pesan diterima seorang gadis yang tengah menatap dirinya melalui cermin. Mata besarnya menunduk sesaat untuk mengintip notifikasi si pengirim pesan. Tertera nama Daddy-nya.[My Daddy: send a photo]“Grammie, sudahkah? Aruna mau baca pesan dari Daddy,” ucapnya memberitahu. Mata besarnya kembali menatap cermin, sedikit naik untuk melihat presensi Emma yang sedang mengikat rambut Aruna dengan model dua kuncir kuda.“Sebentar, satu ikatan lagi,” balas Emma yang sibuk dengan aktivitas mengikat rambut sang cucu kesayangan.Satu dua lima detik setelahnya, Emma menatap puas melihat hasil karya keterampilannya pada rambut Aruna. Dia tersenyum saat menatap cermin, lebih tepatnya menatap ke arah Aruna.“Cucu Grammie yang cantik jadi tambah cantik kalau dikuncir kayak gini,” puji Emma menyentuh salah satu ujung ekor rambut Aruna.Alih-alih senang dipuji cantik, Aruna memanyunkan bibirnya. “Aruna cantik ‘kan ya, Grammie? Kayaknya nggak malu-maluin buat Dirga ajak ke tongkrongannya,” k
‘Pergi … nggak, ya?’ pikir Aruna. Namun, Aruna sudah terlanjur memesan makanan yang sudah dibawa dengan nampan di tangannya. Lagipula, masa Aruna harus pulang lagi? Dia sudah penuh usaha datang ke sini sendirian. Cake strawberry-nya sudah di tangan. Rasanya akan berbeda dinikmati di mansion alias lebih enak makan di tempat. “Kenapa tidak duduk? Kamu mau makan sambil berdiri?” tanya sosok yang menyebalkan di mata Aruna. Tanpa menggubris sosok pria tersebut, Aruna memilih meja yang bersebelahan dengan pria itu. Mau bagaimana lagi? Itu spot favorit Aruna di cafe ini. Dan meja sebelahnya juga sudah terisi. Selagi menaruh nampan di atas meja, Aruna melirik sekilas pada pasangan kekasih di sebelahnya yang sedang menghabiskan waktu di malam Minggu ini bersama. Sungguh miris. Claudia jadi teringat sosok kekasihnya yang masih tidak ada kabar. Sebelum duduk, Aruna memutuskan meraih ponsel dan memotret cake strawberry tersebut. “Ekhem, apa boleh mengabaikan dosen– “Sore, Pak Dimitri,” sel
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s
Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah
Ryuga menjeda ucapannya, dia belum sepenuhnya selesai. “Coba saja kalau kamu berani, Al.”Suaranya yang terdengar tegas dengan manik hitam yang menyorot tajam membuat Aland perlahan menarik kembali kepalanya ke dalam dan menutup pintu rapat-rapat setelah memberikan cengiran khasnya.‘Ya mana berani kalau sama Om Ryuga.’ Aland berani menghadapi masalah lain di luar sana, tapi jika menyangkut kakak iparnya, Aland rasanya sudah menyerah duluan.Pemuda itu meneguk ludahnya dalam-dalam. “Om Ryuga kapan nggak kelihatan seremnya, sih, Mbak?” keluhnya sambil berjalan mendekati Claudia. Jari telunjuk Aland mengambang, menunjuk ke arah perut besar kakak perempuannya. “Curiga … anaknya bakal mirip Om Ryuga banget kalau sudah dewasa.”Claudia mengelus perutnya dengan sayang. Bibir cherry-nya tersenyum mendengar Ryuga dalam keadaan marah pun masih peduli padanya. “Kok mesti dicurigai segala, Al? Wajar kalau mirip Ryuga, ‘kan memang Daddy-nya.”Mendaratkan bokongnya kembali di ranjang tidur, Aland
“Ryuga Ryuga.”Tidak ingin membuat suaminya itu cemburu dan berakhir salah paham, Claudia mengangkat kedua tangannya dan menyentuh pipi Ryuga agar mendongak supaya bertukar pandangan dengannya.Sepasang manik hitam Ryuga yang menyorotnya tajam cukup berhasil membuat Claudia terintimidasi. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia membatin, ‘Satu-satunya yang tahu soal Dokter Valky hanya Ayah …. Apa saja yang Ayah katakan pada Ryuga?’Claudia yakin sekali dengan soal yang satu itu. Kecil kemungkinan jika Aland yang memberitahu soal Dokter Valky.“Tolong dengarkan penjelasanku dulu, ya?” pinta Claudia dengan suara yang lembut. Karena jika dilihat dari ekspresi Ryuga yang tampak kesulitan, sepertinya akan sulit mengajaknya untuk bicara.Ryuga menggelengkan kepala. Dia sudah mendengarnya dari Aji. Kira-kira begini, “Ayah baru ingat jika dulu sebelum Claudia pergi ke kota untuk melamar sebagai dosen, Dokter Valky sempat ditugaskan di Desa ini.”Mendengar informasi itu, Ryuga menyimaknya de
Valky …Berulang kali Ryuga memikirkan nama itu saat membersihkan dirinya di kamar mandi. Seingatnya, Aruna tidak memiliki teman pria dengan nama yang disebutkan tadi.Kalau begitu, kemungkinan besar Claudia mungkin saja mengenalnya? Dilanda penasaran, cepat-cepat Ryuga menyelesaikan kegiatan mandinya itu.Saat Ryuga membuka pintu kamar mandi, manik hitamnya tak sengaja menangkap kehadiran Aji yang hendak menuju dapur rumahnya. “Baru selesai mandi, Ryu?”Ryuga hanya menjawabnya dengan gumaman. Namun, langkah kakinya mengikuti Aji menuju dapur. Hubungan keduanya sebagai menantu dan mertua tidak bisa dibilang buruk. Meskipun tidak bisa dibilang akrab, keduanya masih bisa mengobrol dalam beberapa hal, termasuk mengenai festival yang akan diselenggarakan di Desa tempat Claudia tinggal.Alasan itulah yang menyebabkan Ryuga ada di desa kediaman istrinya–Claudia.“Semuanya sudah selesai, Yah?” Selaku sponsor yang mendanai besar acara festival tersebut, Ryuga memastikan. Beberapa saat yang la