Apakah mereka bakal ada sesuatu? xixixi
Selagi menunggu Dimitri selesai dengan pekerjaannya, Aruna meraih ponsel dan mulai sibuk mengedit foto untuk diunggahnya di insta story. Tapi, di tengah-tengah itu Aruna teringat untuk mengabari Ryuga mengenai keberadaannya saat ini.[Aruna: Daddy, Aruna lagi di cafe yang biasanya. Selamat malam mingguan, Dad. Muachh.]Begitu pesannya terkirim, Aruna menyunggingkan senyum manisnya. Hal itu tidak luput dari perhatian Dimitri. Entah apa yang terlintas di kepalanya sehingga mengajak gadis itu untuk duduk satu meja dengannya.Mungkin benar untuk menemani Dimitri yang tengah patah hati.“Aduh, Daddy telepon lagi …,” ucap Aruna setengah khawatir melirik ke arah ponselnya.Dimitri dengan jelas mendengar ucapan Aruna. Pria itu mengalihkan pandangannya dari laptop agar bisa menatap mata besar Aruna. “Kenapa nggak diangkat?” tanya Dimitri penasaran. Selain itu, nada dering Aruna menurutnya terdengar berisik.Tidak salah Dimitri menganggapnya anak kecil karena nada dering Aruna adalah nada derin
Kedua alis yang hampir menyatu ditambah manik hitam yang menyorot tajam adalah ciri khas Ryuga Daksa ketika tengah kesal. Tapi, tetap saja pria itu terlihat tampan.Alhasil Claudia sampai harus menjauhkan diri dan mengalihkan pandangan dari pria itu setelah memberanikan diri merebut ponsel Ryuga. Dari sekian banyaknya kelemahan yang dia punya, Claudia lemah dengan pria tampan. Sungguh aneh. Tapi, keanehan itu pernah divalidasi sendiri oleh Ryuga.“Pak Dimitri sama Aruna kok bisa bareng?” tanya Claudia memastikan sekali lagi. Posisi Claudia membelakangi Ryuga. Dia menggigit ujung jempol kirinya seraya berpikir di tengah kepanikannya.Dimitri mengatakan apa tadi? Ingin bicara dengan Ryuga? Apa pria itu serius? Maksud Claudia, untuk apa?Telinga Ryuga mendengar jelas ucapan Claudia sebelumnya. Dia tidak pernah menyukai sosok Dimitri karena terang-terangan pria itu tertarik pada wanitanya. Dan kini Dimitri sedang bersama Aruna?Tidak bisa dibiarkan!Tubuh Ryuga segera bangkit dari sofa.
Ketika kaki Ryuga melangkah maju, refleks Claudia mundur satu langkah. Claudia melemparkan pandangan kemana saja asal tidak menatap manik hitam Ryuga. ‘Aku rasa aku bisa mati terbunuh hanya dengan menatap matanya Ryuga,’ ringis Claudia dalam batinnya. Dia meremas sisi kaos hitam oversize milik Ryuga yang terpasang di tubuhnya. Di seberang sana, belum sempat Dimitri memberikan validasi, Aruna menarik ponselnya dari tangan Dimitri. Pria itu membiarkan Aruna mengambil alih. Di tengah rasa keterkejutannya, Aruna menempelkan ponselnya pada telinga yang kiri. Dia berusaha bersuara dengan nada ceria, “Aruna pulang, Dad. Sekarang juga … iya. Jadi, Daddy nggak perlu repot-repot ke sini. Ya … Aruna pulang kok, beneran.” Rentetan ucapan itu terlontar dari mulut Aruna secara tidak beraturan namun jelas. Ryuga bisa menangkap maksud putrinya, termasuk mungkin saja Aruna berniat membela Dimitri. “Ar– BIP Sambungan telepon lebih dulu dimatikan. Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Ryuga menyadari
Mendengar desahan tertahan dari Claudia, Ryuga tidak ingin berhenti dari apa yang tengah dia lakukan pada Claudia.Kepala keduanya bergerak ke kiri dan ke kanan seiring Ryuga memperdalam aktivitasnya pada Claudia. Tangan Ryuga semakin naik dan berakhir di dagu Claudia agar wanita itu bisa mengimbanginya.Namun, setelah beberapa saat Claudia mulai merasakan pasokan oksigen di paru-parunya berkurang. Dia memberikan sinyal pada Ryuga untuk berhenti dengan cara menarik kuat-kuat dasi yang masih terpasang rapi di leher Ryuga.Tarikan itu kuat sekali sehingga membuat Ryuga merasa tengah dicekik. Kemudian Ryuga menggeram dan melepaskan tautan salivanya pada Claudia. Pria itu terbatuk pelan.Sementara Claudia sibuk meraup napas sebanyak mungkin sambil melihat ke arah Ryuga yang melepaskan dasinya kasar dengan satu kali tarikan.“M-maaf, Ryuga. Aku seharusnya–“Kamu berniat membunuhku, Claudia?” tanya Ryuga tidak benar-benar serius. Bahunya naik turun, Ryuga berusaha mengatur napasnya seraya m
Beberapa menit sebelumnya, seseorang tiba di apartemen Ryuga dengan membawa dokumen yang sebenarnya sudah diminta Ryuga dari pagi. Tapi, dia baru sempat menyerahkannya sekarang karena kesibukan.Pria itu melangkah santai. Hanya pada saat di ruang tamu, dia sempat berhenti dan menatap ke sekeliling. Ada sebuah lukisan yang belum selesai dan tas bahu wanita yang familier di matanya.Apakah Claudia ada di sini? Pikir batinnya.Kakinya kembali melangkah, mencari keberadaan Ryuga. Dia hendak menuju ruangan berikutnya: dapur. Namun, sebelum menuju ke sana, dia melewati kamar Ryuga yang ternyata pintunya terbuka.Matanya terbelalak seketika. Dia melihat pemandangan yang cukup mendebarkan. Sangking terkejutnya, dia menjatuhkan dokumen yang berada dalam genggamannya. Sontak itu menimbulkan suara.Detik setelahnya, dia cepat-cepat memungut dokumen tersebut dan berbalik pergi ke arah ruang tamu.Hanya soal waktu Ryuga akan datang sendiri–“Kenapa tidak bilang kamu akan datang … Riel?”Ya, pria i
Rok sepanjang betis Claudia tersingkap sampai di atas lutut wanita itu. Siapa yang tidak terkejut?!Pelakunya?! Pandangan Claudia tertuju pada Ryuga yang saat ini memasang wajah tidak bersalah. Pria itu mengabaikan seruan Claudia.“Diam sebentar, Claudia,” pinta Ryuga dengan tegas kala mendapati kaki Claudia hendak menjauh. Tangan Ryuga segera memegangi bagian belakang betis wanita itu.Napas Claudia terasa tercekat. Sentuhan kecil itu membuat wajah Claudia memanas. Dan pandangan Ryuga naik, menatap Claudia dengan sorotan yang lembut.“Aku hanya memeriksa apa kamu terluka, Claudia … aku tidak akan berbuat macam-macam.”Claudia membatin, ‘Pembohong!’Tidak macam-macam tapi jari-jari Ryuga mengusap-ngusap halus kakinya beberapa kali sebelum Ryuga benar-benar menaikkan rok Claudia lagi untuk memeriksa lututnya.Memang terlihat memerah, tapi tidak berdarah.“Tidak sakit kok, Ryuga,” ucap Claudia sambil meletakkan satu tangannya di pundak Ryuga.Claudia sedikit meremas pundak pria itu kala
‘Aesthetic … apanya?!’ Jantung Claudia rasanya mau copot karena bertubi-tubi menerima serangan tidak terduga yang dilakukan Ryuga padanya. “Tidak mau!” tolak Claudia merengut pelan. Tangannya mencoba mendorong bahu Ryuga agar menjauh darinya. Namun, alih-alih menjauh, Ryuga malah dengan iseng kian mendekatkan wajahnya ke arah leher Claudia, layaknya vampir yang mengincar darah di titik tersebut. Dia sengaja mengembuskan napasnya keras-keras di sana. Belum sempat menyentuh titik itu, sebuah cap tangan lima jari menempel tepat di wajah tampannya. Ryuga seketika memejamkan mata. Meskipun tidak begitu sakit, tapi tetap saja Ryuga terkejut. Pun, Claudia sendiri yang tidak kalah terkejut karena refleksnya terbilang tidak sopan. ‘Bisa-bisanya kamu, Claudia!’ rutuknya dalam hati. Cepat-cepat Claudia menarik tangannya. Dia meneguk ludahnya dalam-dalam. Pandangannya lamat-lamat menatap Ryuga. “Maaf, aku refleks, Ryuga,” sesal Claudia seraya meringis. “Sakitkah …?” Seharusnya Claudia lebi
“Dirga ….”Aruna berucap pelan sambil mata besarnya menatap lekat-lekat sosok pemuda tampan di samping Karina. Pikirannya penuh oleh asumsi baik itu asumsi lama maupun asumsi baru mengenai kedekatan Dirga dan Karina. Namun, yang paling kuat di antaranya adalah keduanya memiliki hubungan khusus yang terjalin dengan sembunyi-sembunyi.‘Jangan percaya Dirga sepenuhnya, Aruna.’ Lihat saja, di kelas Dirga biasanya tak acuh pada Karina, kenapa bisa keduanya “Eh, ada Pak Dimitri juga. Halo, Pak,” celetuk Karina yang baru menyadari kehadiran sosok dosen muda dari program studi Manajemen tersebut.Dimitri melepaskan kacamata. Jadi, butuh waktu untuk seseorang bisa mengenali pria tersebut.“Halo,” sahut Dimitri pendek. Dia merasakan tatapan si pemuda menatapnya dengan sorot yang tajam.Dimitri merespons dengan tersenyum. Dia tidak mengenali sosok gadis dan pemuda itu, tapi sudah dipastikan jika keduanya adalah mahasiswa TuMa.“Kalian jalan bareng?” tuduh Aruna tanpa basa-basi. Terang-terangan