Dirga terkesiap. Aruna bilang apa?!Sebelum kekasihnya itu melanjutkan ucapan yang akan berujung pada kata ‘putus’ atau ‘selesai’, Dirga mendekati Aruna dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.Dagu Aruna berada di pundak Dirga, kepalanya mendongkak dengan mata yang melihat ke atas. Dia berusaha menahan laju air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata.“Sorry, gue keterlaluan,” sesal Dirga sembari menepuk-nepuk pelan punggung kekasih yang berada dalam dekapannya.Sementara Aruna tidak memiliki energi untuk melepaskan dirinya dari Dirga. Rasanya … setiap hari Dirga menorehkan luka baru di hatinya. Mulai dari sikapnya yang cuek bahkan seperti tidak pernah menganggap Aruna ada dan bagian paling menyakitkannya adalah melihat Dirga berdekatan dengan gadis lain.Sementara Aruna yang notabennya kekasih Dirga, jarang sekali berdekatan denannya. Hal itu membuat Aruna bertekad dalam hatinya, ‘Kali ini jangan maafkan Dirga semudah itu.’Demikian, air mata Aruna menyurut dengan sendirin
DDRTT DRRTTT[My Daddy: Daddy sampai sebentar lagi, Aruna. Malam ini kita pulang ke rumah.]Begitu Aruna turun dari sepeda listrik miliknya, dia menerima pesan dari Ryuga. Aruna sedikit termenung sambil membuka helm kecil di kepalanya.Ponselnya bergetar lagi, Aruna masih menerima pesan dari Ryuga.[My Daddy: Claudia ikut jemput, mau ketemu putri Daddy yang cantik.]Demi membaca pesan yang kedua, mata besar Aruna membola. Dia sampai menjatuhkan helm-nya dan tersenyum sumringah.“Yess, ada Bu Clau!” ucap Aruna memekik senang. Air wajahnya benar-benar berubah total dari yang murung kembali ceria.Kemudian Aruna dengan cepat membalas pesan Ryuga.[Putri Aruna: Asikkk. Aruna dah nggak sabar dijemput Daddy sama calon Mommy Clau. I love you both.]Di dalam mobil, Ryuga menyunggingkan senyum membaca balasan pesan putrinya. Kepalanya menoleh ke arah Claudia yang juga sibuk dengan ponselnya.Wanita cantik yang berstatus sebagai tunangannya itu tampak serius sekali. Sesekali alisnya berkedut ti
Sepanjang perjalanan menjemput Aruna, suasana di dalam mobil tampak begitu hening. Ryuga tidak lagi mengajak Claudia bicara. Pun, wanita itu yang tidak berinisiatif untuk membuka obrolan.Claudia hanya memainkan jari-jari tangannya sambil membatin, ‘Apa ucapanku sebelumnya menyakiti Ryuga, ya?’Mati-matian Claudia menahan diri untuk tidak melirik ke arah pria itu. Tapi, rupanya tidak bisa. Rasanya ada magnet yang menarik Claudia untuk menatap sosok pria tampan di sebelahnya ini.Claudia harus meminta maaf jika itu menyakiti perasaan Ryuga.Demikian, Claudia memutuskan untuk menolehkan kepalanya. Wanita itu terdiam sesaat ketika mendapati Ryuga tengah memejamkan mata. Kepala Ryuga bahkan hampir menyentuh jendela kaca mobil jika tangan Claudia tidak sigap menahannya.“Ryuga tertidur?” gumam Claudia tidak percaya. Hati-hati dia menyelaraskan kepala Ryuga agar tegak. Namun, sepertinya berisiko membentur jendela kaca.Alhasil Claudia menegakkan tubuh dan menyandarkan kepala Ryuga di bahuny
Mengkhawatirkan Aruna, Claudia memutuskan untuk menekan tombol pembatas antara bangku pengemudi dan bangku penumpang menjadi terbuka sehingga Aruna dan sang sopir bisa melihat Claudia dan Ryuga dari kaca spion.“Aruna,” panggil Claudia dengan lembut.Menolehkan kepalanya, Aruna menyahut tidak bertenaga, “Kenapa, Bu Clau?”“Ada sesuatu yang terjadi di antara kamu sama Pak Dimitri?” Claudia langsung menodong Aruna dengan pertanyaan. Dia teringat Aruna mengatakan ingin bercerita tadi.Barangkali ada hubungannya dengan pria itu?“Pak Dimitri nggak aneh-aneh ‘kan sama kamu?” Saat Claudia bertanya lagi, dia memelankan suaranya dan melirikkan wajah seakan takut didengar oleh Ryuga.Aruna menggelengkan kepalanya. Dia membuat tubuhnya miring agar bisa melihat Claudia di belakang. Namun, aksinya itu mendapat perhatian dari Sang sopir.“Pak Ryuga bisa marah seandainya tahu cara dudukmu seperti itu, Aruna.” Tahu-tahu sopir Ryuga menegur Aruna dengan lembut.Seketika itu Aruna langsung menunjukkan
Aura penuh intimidasi Ryuga terasa mencekam begitu pria itu datang menghampiri Claudia dan Aruna. Wajah tampannya sedikit kusut, tapi tidak mengurangi pesonanya. Dari sudut mana pun, Ryuga tidak terlalu terlihat seperti pria yang sudah memiliki anak sebesar Aruna. Segera Aruna berbisik di belakang Claudia melihat langkah Ryuga yang semakin dekat. “Kalau ada Daddy, aku nggak bisa cerita sama Bu Claudia karena ini soal Dirga.” Itu artinya Ryuga tidak boleh ada di sini dan merecoki keduanya. Begitu ‘kan maksud Aruna? Claudia meneguk ludah dalam-dalam tatkala manik hitam Ryuga menyorotnya tajam. Jadi, apa yang harus dilakukan Claudia? “Kenapa aku tidak dibangunkan, Claudia?” ucap Ryuga memprotes. Mengusap wajahnya kasar, Ryuga tampak kesal. Wanita itu meringis dan menjawab, “Maaf, aku kira kamu lelah dan butuh istirahat.” “Daddy jangan marahin Bu Claudia,” bela Aruna maju ke depan tubuh Claudia. Gadis itu merentangkan tangan seolah ingin melindungi wanita di belakangnya tersebut. “K
Malam itu Claudia jadi menginap. Tapi, berbeda dari malam sebelumnya, Claudia tidak tidur di kamar Aruna, dia tidur di kamar tamu.“Biarkan Claudia beristirahat, Aruna.” Itulah yang menyebabkan Claudia berakhir ada di kamar tamu. Dan sekarang, Claudia baru saja selesai mandi.Usai mengenakan jubah mandi putih yang telah disediakan Ryuga, Claudia ke luar dari kamar mandi untuk berpakaian. Dia sengaja membiarkan rambutnya yang setengah basah dibiarkan acak-acakan tidak dibalut handuk.Namun, wanita itu berjengkit kaget saat menemukan Ryuga tahu-tahu sudah bersandar di dinding persis sebelah pintu kamar mandi dengan tubuh atasnya yang tidak terbalut apa pun.“Ryuga!” pekik Claudia tertahankan sambil menutup mulutnya dengan tangan.Samar, Claudia mengerutkan dahinya. Apa dia lupa mengunci pintu kamar, ya?Pandangan Claudia jatuh tertuju pada otot-otot perut pria tersebut lalu speechless melihat Ryuga melilitkan handuk putih pada pinggangnya. Sebuah pelindung luka anti air terpasang di tan
Tidak pernah Claudia melakukan ini sebelumnya: masuk ke dalam kamar mandi pria hanya untuk membantunya berkeramas.Rasa-rasanya Claudia hanya pernah melakukan itu untuk Aland pada saat masih kecil.“Masuk, Claudia,” titah Ryuga yang sudah berada di shower box kamar mandi. Dagunya mengedik pelan seraya manik hitamnya menyorot Claudia dalam.“O-oke.” Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Napasnya tercekat. Jangan tanya bagaimana degup jantungnya yang sibuk bertalu-talu. Lantas Claudia menyeret kakinya agar masuk ke dalam sana untuk bergabung dengan Ryuga.Ukuran shower box ini tidak luas, alhasil keduanya berdiri dengan jarak yang dekat. Claudia bisa merasakan napas Ryuga yang beradu dengannya.Pandangan Claudia langsung berhadapan dengan pundak kokoh pria itu. Terkunci.‘Fokus, Clau. Sebaiknya lihat Ryuga.’ Claudia mendongkakkan wajahnya, menatap manik hitam pria itu.Dalam hitungan detik, Claudia langsung membuang wajahnya. Menatap Ryuga malah memacu detak jantungnya. Itu berbahaya.“
Claudia sibuk menuangkan nasi yang sudah dimasaknya semalaman ke dalam wadah untuk dicampurkan dengan rumput laut tabur yang sudah dibelinya kemarin dari supermarket.Pada akhirnya, kemarin Claudia memilih dua jenis rumput laut untuk persediaan.“Hmm, sepertinya cukup,” ucap Claudia sambil menutup kembali penanak nasi.Raut wajahnya tampak semringah. Ditambah Claudia juga tengah mendengarkan musik melalui headset tanpa kabel yang terpasang di telinganya.Begitu membalikkan badan untuk mengambil sarung tangan plastik, netra matanya menangkap kehadiran sesosok pemuda tampan mengenakan piyama biru tua tengah memandanginya lamat-lamat sambil meminum sekaleng bir.“Dirga?!”Ekspresi Claudia tampak kebingungan. Dia segera melepaskan headset tanpa kabel di telinganya itu. Meski terkaget-kaget, Claudia tetap menghampiri Dirga.Kebetulan sarung tangan plastik yang ingin diambilnya berada di kabinet bawah tempat Dirga bersandar. Dengan satu alis yang bertaut, Claudia mencerca Dirga melalui bebe
Seorang Riel Waluyo sangat bisa diandalkan dalam pekerjaan, terutama dalam situasi-situasi darurat. Seperti yang terjadi lima belas menit lalu saat Lilia jatuh pingsan. Tanpa banyak bicara, Riel langsung membawanya untuk segera dilarikan ke rumah sakit terdekat bersama Idellia yang ikut membantu.“Tolong cepat ditangani, Sus!”Sementara Lilia ditangani oleh dokter jaga dan suster yang bertugas, Idellia langsung menatap Riel dan menepuk bahunya.“Aku mau membelikan Idellia air minum. Kamu bisa tunggu di sini temani Lilia ‘kan, Riel?” pinta Idellia penuh harap.Riel memberikan anggukan di kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.“Thanks!” ucap Idellia sambil berlari ke luar dari UGD. Di perjalanan tadi, dia sempat mengecek ponsel untuk melihat keberadaan calon suami Lilia yang sudah diberitahu ketika Idellia masih berada di mobil.[Idellia: Cepat ke RS Permata, El! Lilia pingsan.]Hanya selang beberapa menit dokter melakukan pemeriksaan, dia menolehkan wajah untuk menatap Riel–sat
“Aman kok, Clau, aman.”Jawaban Lilia tampak sangat meyakinkan. Bahkan untuk membuat Claudia percaya jika dirinya baik, Lilia mendaratkan satu tangannya di atas punggung tangan Claudia lantas mengusapnya lembut.“Lihat wajah gue … emang nggak kelihatan baik-baik aja, Clau?” Selagi bertanya, air wajah Lilia menunjukkan bahwa dirinya terlihat baik.Itu dia masalahnya. Jika Idellia sangat ekspresif, Lilia adalah kebalikannya. Kedua sepupu itu memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jadi, Claudia tidak bisa memastikan. Ditambah Claudia belum terlalu mengenal Lilia lebih jauh lagi. Claudia sendiri tipe manusia yang cukup tertutup dan sulit membuka diri. Pun, dia juga merasa Lilia masuk ke dalam tipe tersebut. Itu sebabnya keduanya cocok berteman.Claudia berdehem, “Oke, aku berusaha percaya semuanya baik.” Hatinya merasa sedih. Dia paling dekat dengan Lilia dibandingkan teman-teman dosennya yang lain.Senyum Lilia mengembang, walau kelihatan agak sedikit canggung. Kepalanya mengangguk pel
Siang itu, Claudia sudah memiliki janji akan makan siang bersama Lilia. Dan sesuai janji Ryuga, dia tidak akan membiarkan Claudia kehilangan waktu bersama temannya meskipun sudah menikah. Hanya saja, ini tidak sesuai yang dibayangkan Claudia. Pandangannya melirik Ryuga yang melangkah bersamanya ke dalam cafe. Mendadak langkahnya berhenti. Otomatis, di sebelahnya Ryuga juga menghentikkan langkah. “Tidak bisakah kamu meninggalkanku berdua saja dengan Lilia, Ryuga?” Suara Claudia terdengar putus asa. Satu kakinya menghentak kesal. Bukan apa-apa, pertemuan makan siang ini hanya untuk dia dan Lilia. Pasti ada sesuatu, duga Claudia, mengingat Lilia tidak mengikutsertakan teman-temannya yang lain. Sebuah masalah karena Ryuga ‘kan tidak diajak. Belum sempat Ryuga memberikan respons, suara Claudia mengudara lagi. “Ayo berpisah di sini saja, Ryuga.” Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Dia sedikit keberatan harus meninggalkan Claudia seorang diri. Tapi, itu pilihan Claudia. Dengan suara yang en
Claudia seringkali masih kesulitan untuk menolak permintaan Ryuga dalam urusan ranjang. Akan tetapi, sebagian besar alasannya adalah Claudia sendiri juga menikmati aktivitas keduanya. Seperti yang terjadi beberapa saat lalu, Claudia ikut dengan Ryuga ke perusahaan dan menuruti permintaannya. Mengingat itu kembali membuat Claudia tidak tahan untuk menjambak sisi rambutnya. Dia menghela napas. “Aku rasa aku sudah tidak waras!” cibir Claudia sambil menatap dirinya di depan cermin toilet. Pakaiannya sedikit berantakan dengan beberapa kancing atas yang terbuka. Ketika Ryuga menyentuhnya tadi, itu terasa tidak nyaman bagi Claudia. Tidak seperti biasanya. Demikian, dia meminta Ryuga untuk tidak menjangkau bagian dada. Setengah penasaran, Claudia mencoba menyentuh salah satu dadanya sendiri. ‘Kenapa terasa sakit, ya?’ batin Claudia sambil mengernyitkan dahinya samar. Kedua alisnya bertaut. Namun, Claudia tidak ingin memikirkannya lebih lanjut. Cepat-cepat Claudia merapikannya lalu turun
“Sudah dua bulan ….”Pagi itu tiba-tiba saja Aruna bernyanyi dengan suara yang sumbang. Mata besarnya menatap Ryuga dan Claudia bergantian. Kepalanya miring ke arah kiri. Dia pun menyeletuk, “Kapan Aruna bisa tidur bareng Daddy sama Mommy Clau?”Dua bulan waktu yang cukup bagi Ryuga dan Claudia memiliki waktu berdua. Apalagi beberapa kali Aruna mengungsikan dirinya menginap di mansion agar orang tuanya bisa bebas berpacaran. Bukankah Aruna cukup pengertian?Sekarang, Aruna juga ingin bermanja-manja pada Ryuga dan Claudia. Masa bodoh dengan umur. Toh, Aruna setuju ‘Umur hanyalah angka.’Kemudian gadis itu bertopang dagu menggunakan kedua tangan. Mata besarnya mengerjap beberapa kali seraya memasang wajah yang penuh harap layaknya emoji.Claudia yang melihat itu terkekeh pelan. Dia menaikkan satu tangannya di atas meja makan untuk bertopang dagu. Dia berpikir sejenak, “Mmm, tanya Daddy saja, Aruna,” jawab Claudia sambil melirik Ryuga penuh maksud.“Kalau Mommy sendiri, malam ini juga ay
Ada pun, di sisi lain seorang gadis muda juga wajahnya ikut memanas dibalik selimut yang dikenakan. Beberapa detik lalu, dia mendengar suara yang memanggilnya dari luar kamar. “Anjani Ruby.”DEGSuara berat itu lagi-lagi mengudara di dalam kamar hotel yang ditempatinya. Anjani menahan napas dibalik selimut. Itu … jelas-jelas bukan suara Aruna.“Gue tahu lo nggak sakit, lo cuma menghindar dari gue ‘kan?”Mata Anjani memejam erat-erat dengan debar jantung berdebar keras mendengar celetukkan suara berat familier itu di luar kamar. Anjani merasa gamang, haruskah dia menyudahi aksi menghindarinya ini?‘Tapi, aku terlalu malu untuk menunjukkan wajah di hadapan Aland hiyaaaa!’ batin Anjani menjerit. Bahkan sangking malunya, dia tidak sanggup menceritakan hal itu pada Aruna tadi. Sangking malunya, Anjani bahkan memutuskan tidak ikut dalam acara resepsi pesta Ryuga dan Claudia.Gadis itu hanya bisa berguling-guling di atas ranjang tidur sambil memikirkan kejadian di kolam renang yang terus b
Malam itu acara resepsi berjalan lancar dan terkendali. Para tamu undangan terus berdatangan dan memberikan ucapan selamat pada kedua pengantin. Kebanyakan tamu-tamu yang hadir didominasi oleh kenalan Rudi dan Aji. Pun, Ryuga sendiri hanya mengundang kolega bisnis yang dia percaya. Kini, Tirta datang beserta istri untuk memberikan ucapan selamat. Sosok Tirta memeluk Ryuga erat-erat. “Selamat sekali lagi, Ryu.” Terdengar nada suara Tirta yang mengatakannya penuh keharuan. Akhirnya setelah sekian lama menduda, teman dekatnya itu pun menikah. Keharuan lain dirasakan Tirta karena menyaksikan sendiri perjalanan kisah cinta Ryuga dan Claudia yang cukup berliku. Ryuga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia balas menepuk punggung Tirta. “Mmm, terima kasih, Ta.” Selagi masih berpelukan, Tirta berkesempatan untuk berbisik di telinga Ryuga, “Kamu akan suka hadiah dariku, Ryu. Jangan lupa digunakan sebaik-baiknya dengan Claudia!” Mendengar ucapan Tirta, tampaknya Ryuga tahu apa yang dihadiahkan
Beberapa jam kemudian, saat malam menjelang acara resepsi dimulai, Aruna yang baru selesai dirias langsung tergopoh-gopoh melangkah menuju sebuah ruangan yang sudah dipersiapkan menjadi ruang tunggu pengantin.‘Pokoknya harus sempat ketemu Mommy Clau dulu!’ batin Aruna bertekad. Sebab sudah dipastikan nanti malam dia tidak akan bertemu dengan ibu sambungnya.Di sisi lain, Aruna senang karena akhirnya Ryuga dan Claudia menikah sehingga bisa hidup bersama. Di sisi lain, Aruna juga ingin memiliki banyak waktu bersama Claudia lebih lama. Tapi, Aruna lihat-lihat Ryuga sering kedapatan tidak mau berbagi Claudia dengannya.Aruna memasang senyum lemah begitu menemukan Ryuga dan Riel yang tengah mengobrol di depan ruangan pengantin. Tangannya terangkat, melambaikan tangan. “Daddy!” seru Aruna. Mata besarnya memicing, “Mommy Clau mana, Dad?” sambungnya sambil celingukan.Ditodong pertanyaan seperti itu, Ryuga langsung menjawab, “Masih di dalam, Aruna,” tunjuknya sambil mengangkat jari dan menga
Di sisi lain restoran, terdapat dua kolam renang dalam hotel Azzata. Satu berada di luar dan satu berada di dalam. Kolam renang privat di dalam ruangan terhubung dengan toilet dan ruangan ganti. Meskipun di luar juga terdapat fasilitas yang sama. Tapi, tadi … Anjani pergi ke kamar mandi yang berada dalam untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Siapa sangka dia akan menemukan dua sosok pemuda yang sedang berenang berduaan?! Tanpa menyapa, Anjani terburu memasuki salah satu bilik kamar mandi. ‘Ada hal penting yang lebih darurat!’ Begitu Anjani ke luar dari toilet sekitar sepuluh menit kemudian, dia bermaksud menyapa dua sosok pemuda yang dikenalinya itu. Namun, pandangannya hanya bisa menangkap satu sosok pemuda saja yang masih di area kolam renang. ‘Loh, kok cuma Aland aja, sih? Perasaan tadi sama Dirga ‘kan?’ batin Anjani terdiam di depan pintu kamar mandi. Sesaat, dia merasa gamang untuk meneruskan langkah. Jantungnya berdebar lebih cepat mendapati pemuda itu sendirian. Suara bati