Beberapa menit sebelum kedatangan Ryuga masuk ke dalam reuni, dia sudah gelisah dalam duduknya. Berkali-kali manik hitamnya memandang ponsel yang sengaja disimpan di atas meja.Riel yang ikut bertemu klien penting malam itu sudah bisa menebak kegelisahan yang dirasakan oleh atasannya.“Apa ada yang membuatmu tidak nyaman, Ryuga?” Sang klien penting itu bertanya.Tepat setelah pertanyaan itu dilayangkan, ponsel Ryuga bergetar beberapa kali, menandakan ada pesan yang masuk. Demikian, Ryuga lebih memilih melihat isi pesannya alih-alih menjawab pertanyaan kliennya.Riel berinisiatif menjawab dengan nada yang sopan. “Maaf, Pak Bahtiar, sebenarnya Pak Ryuga memiliki hal mendesak saat mengiakan untuk bertemu dengan Anda malam ini.”Klien bernama Pak Bahtiar mengerutkan dahinya. “Kalau begitu, kita tunda dulu untuk pembahasan kerjasamanya jika Ryuga memiliki urusan yang mendesak.” Sosok Pak Bahtiar yang tampak tidak muda menjawab dengan enteng.Hal itu membuat baik Ryuga dan Riel menatapnya l
Jangan seperti ini, Kak Sam!”Sosok Claire menghampiri Sam dengan langkah yang tergesa, padahal beberapa detik yang lalu dia hampir kehilangan keseimbangan. Hal itu mengundang kebingungan bagi Gafi dan yang lain. Jarak di antara Claire dan Sam sangat tipis sehingga ketika Claire membisikki Sam sesuatu hanya pria itu yang bisa mendengarnya. “Mau popularitas Kak Sam meredup karena membongkar berakhirnya pertunangan kita? Huh?!”Manik keduanya bertemu. Sam masih tidak mempercayai jika dalam situasi sekarang Claire melayangkan ancaman padanya.Di tengah-tengah itu, Ryuga juga ikut berbisik di sebelah Claudia.“Mau pulang saja, Claudia?” tawar Ryuga dengan menaikkan satu alisnya.Padahal Ryuga hanya bertanya, tapi bagi Claudia entah mengapa itu terdengar menggodanya. Dia segera menganggukkan kepala.“Ayo, Ryuga. Lagipula kasihan Aruna dan Dirga,” sahut Claudia yang turut berbisik.Mendengarnya, Ryuga tersenyum hangat. Dia melirik ke arah putrinya. Kedua bocah itu–Aruna dan Dirga hanya men
Usai Claudia membalas pernyataan Ryuga, entah bagaimana dan siapa yang memulai, kedua insan itu berakhir saling memagut bibir.Lebih-lebih Claudia juga sudah ada dalam pangkuan Ryuga.Claudia bisa merasakan senyum pria itu kala mencoba menggigit bibir bawah Ryuga. Lantas Claudia menjauhkan diri. Dengan napas yang sedikit tersengal dan bibirnya yang basah, Claudia bertanya, “K-kenapa? A-apa aku menyakitimu, Ryuga?”Sial. Ryuga tidak bisa berkutik dengan raut wajah khawatir Claudia.Tidakkah Claudia sangat cantik sekarang? Matanya yang sayu dan suaranya yang setengah serak berhasil membangkitkan hasrat Ryuga.Pria itu menggigit bibir bawahnya selagi jempol tangannya bergerak untuk mengusap bibir bawah Claudia dengan sensual.Hal itu membuat Claudia merinding sebadan-badan.“Tentu saja tidak, Claudia,” sahut Ryuga terkekeh pelan. Tangan Ryuga berpindah untuk mengusap sebelah pipi wanita itu.Diam-diam Claudia menghela napas lega. Dia segera membatin, ‘Mungkin barusan aku terlalu berseman
Beberapa menit setelah kepergian Ryuga dan Claudia, Sam turut menyusul. Claire mengekorinya di belakang tanpa mempedulikan acara reuni yang sudah kacau balau. Wanita itu tidak menggubris panggilan Glenka dan Jasmine. Claire benar-benar tidak terima sudah dipermalukan. Tidak hanya oleh mantan teman dekatnya, tetapi juga mantan tunangannya?! “Kak, Kak Sam!” panggil Claire dengan sentakan. Dia berusaha mengejar Sambara. Namun, Sam tidak menggubris. Pria itu terus melanjutkan langkahnya menuju lobby hotel. Melihat itu, Claire tersulut emosi. Dia menghentikan langkah lalu berjongkok untuk melepaskan sebelah heels-nya dengan susah payah. ‘Benar-benar menyebalkan!’ rutuknya dalam hati setelah berhasil melepaskan heels dengan model tali tersebut. Kemudian Claire berdiri, dia langsung mengayunkan heels itu ke depan dengan percaya diri bahwa itu akan mengenai punggung Sam. Tapi, ups! Claire memelototkan mata melihat heels-nya mendarat salah sasaran. Seorang pria muda berpakaian serba hitam
Absennya Ryuga pagi ini membuat Aruna lebih leluasa untuk berduaan dengan Claudia. Diam-diam gadis itu merasa senang karena Ryuga tidak ada di antara keduanya.‘Kalau bisa, Daddy sering-sering aja pergi ke luar kota, aku nggak apa-apa banget ditinggal sama Bu Clau!’ Baru memikirkannya Aruna sudah bahagia.Gadis itu sudah tidak sabar menantikan pernikahan Ryuga dan Claudia. Selama ini Aruna tidak pernah menuntut kehadiran sosok Mommy dalam hidupnya, tapi setelah mengenal Claudia, Aruna menginginkannya.“Haloww. Selamat pagi Bu Clau cantik,” sapa Aruna dengan suaranya yang riang kala pintu mobil terbuka. Menampilkan sosok Claudia yang tampak casual dengan tampilan blazer dan celana bahan senada berwarna krem.Senyum Aruna yang tampak segar berhasil menularkannya pada Claudia.“Pagi, Aruna,” jawab Claudia hangat selagi masuk ke dalam mobil. Setelah duduk dengan nyaman, Claudia menolehkan wajah ke arah gadis itu dengan tatapan penuh selidik, “Senang banget kelihatannya … Ibu pikir kamu se
Usai mendiskusikan rencana yang akan keduanya buat–pada akhirnya Claudia mengiakan Aruna … melihat tatapan gadis itu yang menaruh harap, mana tega Claudia menolaknya?Pembicaraan harus dihentikan karena keduanya sudah tiba di parkiran bagian dalam kampus.“Tunggu dulu, Bu Clau,” cegah Aruna saat Claudia hendak membuka pintu mobil.Refleks Claudia menolehkan kepala. “Kenapa, Aruna?”“Aku pulangnya bareng sama ibu lagi … boleh ‘kan?”Sepertinya untuk permintaan Aruna yang satu itu, Claudia harus menolak. Alhasil Claudia menggelengkan kepala, “Terlalu malam, Aruna. Pulang setelah kelasmu selesai. Oke?”Aruna memanyunkan bibirnya. “Bu Clau kenapa nggak ngajar di kelas aku aja? Biar pulangnya bisa barengan.”Pertanyaan itu tidak dapat dijawab dengan jelas oleh Claudia. Pun, sama halnya ketika Bu Yuli dan Bu Desi menanyakan hal serupa kala Claudia menghampiri dosen senior itu untuk memperlihatkan progress lukisan para dosen.“Bukankah awalnya posisi kelas reguler itu diberikan padamu, Clau?
“Tunangan Claudia?” ulang Aji tanpa melepaskan pandangan dari pria yang Tisya bilang sebagai Ryuga Daksa.Detik setelahnya, Aji memutuskan pandangan dan menolehkan wajahnya pada Tisya. Ekspresinya tampak kesulitan. Dia bertanya, “Kamu tidak sembarangan bicara, Tisya?”Barangkali Tisya salah mengenali orang. Tidak mungkin Claudia memiliki seorang tunangan tanpa memberitahunya.Tisya menggelengkan kepalanya. “Tidak kok,” ucapnya. Dia yakin sekali pria yang semalam bersama Claudia adalah orang yang baru saja turun dari mobil mewah di depan halaman kantor desa.Lantas Tisya menatap Aji dengan sungkan. “Untuk lebih jelasnya, Pak Aji bisa bertanya sendiri pada Claudia.” Mendadak Tisya merasa bahwa memberitahu Aji adalah tindakan yang salah.Jadi, wanita itu buru-buru pamit dengan membenarkan tali tas bahunya. “Ma–mari, Pak Kades, permisi.”Tidak ada alasan bagi Aji untuk menahan Tisya lebih lama. “Ya,” sahutnya. Maka, dia pun segera menyeberang. Aji penasaran dengan sosok pria tampan yang t
Satu jam kemudian, Claudia sedang duduk di kursi dosennya sambil memberikan penilaian untuk gambar-gambar dari hasil praktek menggambar kemarin.Sesekali Claudia melirik ponselnya. Dia membatin, ‘Kenapa Ryuga belum menghubungiku sama sekali ya?’Jujur saja, Claudia penasaran. Apakah Ryuga sudah bertemu ayahnya? Dia ingin sekali menghubungi Ryuga, untuk sekadar memastikan. Namun, entah apa yang menahannya untuk melakukan itu.Menggelengkan kepalanya, Claudia mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Tangan Claudia meraih sketchbook berikutnya. Dan Dia ternyata sketchbook bermotif strawberry itu milik Aruna.Mendadak saja Claudia tersenyum.‘Kuda laut?’ batin Claudia menautkan satu alisnya ketika melihat binatang yang menjadi objek gambar Aruna.Selagi memperhatikan itu, tanpa Claudia sadari, seseorang mendekat padanya. Seorang teman dosennya.“Claudia!”Panggilan itu sontak membuat Claudia mengangkat pandangan untuk melihat siapa sosok yang memanggilnya.Sudut bibir Claudia menyun
Menjelang sore hari, usai semua acara sudah selesai, Claudia dan Ryuga baru akan pergi ke kamar hotel. Berdua saja. Aruna dan keluarganya juga menginap di hotel yang sama. Namun, berbeda lantai dan kamar. “Ryuga,” panggil Claudia sambil menolehkan wajah ke arah Ryuga. Pria itu balas menoleh, “Mmm?” Ryuga menyahut singkat sembari tangannya memberikan rematan halus di sisi lengan kanan Claudia. “Ada apa … sayang?” Manik hitam Ryuga yang menyorot Claudia dalam ditambah suara berat Ryuga yang terdengar seksi di telinganya, membuat Claudia meneguk ludah. Jujur saja, Claudia mulai merasa gugup membayangkan tidak hanya nanti malam dia dan Ryuga akan tinggal bersama, tetapi selamanya. Baru membayangkannya saja tiba-tiba pipi Claudia bersemu. Cepat-cepat dia menepis pikiran itu. ‘Mikir apa, sih, Clau!’ Untungnya Claudia mengajak Ryuga berbicara sehingga hal itu mengaburkan suara-suara di dalam pikirannya. “Kenapa kita tidak satu lantai dengan Aruna dan yang lain, Ryuga?” tanya Claudia pena
Pemberkatan pernikahan Ryuga dan Claudia berlangsung hanya beberapa jam saja. Toh, memang tamu yang hadir juga tidak banyak. Sebelum selesai, para tamu dipersilakan untuk menikmati jamuan yang sudah disiapkan di taman Azzata. Sementara Sang pengantin–Ryuga dan Claudia masih harus melakukan sesi foto, kali ini diminta untuk berfoto dengan sosok lain. “Misiii, Aruna mau ikut foto juga. Tapi, wajib di tengah!” celetuk Aruna–sesosok gadis yang sedari tadi sudah tidak sabar untuk berada di antara Ryuga dan Claudia. Dengan berat hati, Ryuga melerai tautan tangannya dengan tangan Claudia. Ada sedikit ketidakrelaan. Mau tidak mau, Ryuga menggeser beberapa langkah agar Aruna bisa bersebelahan dengan Claudia. Pria itu berkomentar, “Setelah kamu, gantian Daddy juga mau di tengah, Aruna.” Nada suaranya seolah menyiratkan jika Aruna harus setuju dengan apa yang Ryuga katakan. Mata besar Aruna melirik Ryuga dengan horror. Sikap keposesifan Ryuga bahkan berlaku untuk putrinya sendiri. Aruna mengg
Lain halnya di ruangan mempelai pengantin pria, Ryuga saat ini hanya ditemani oleh sahabatnya, dr.Tirta. Pembawaan Ryuga yang tampak tenang diacungi jempol oleh sahabatnya. “Tinggal beberapa menit lagi prosesi pemberkatan pernikahan dimulai, Ryu,” beritahu Tirta saat melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. “Kamu dan Claudia akan menikah,” geleng Tirta masih tidak percaya sampai detik sekarang. Selaku orang yang paling mengenal Ryuga sedari lama, Tirta merasa takjub pada akhirnya Ryuga bisa menemukan seseorang yang dicintai dan juga mencintainya. Ryuga memperlihatkan senyum mahalnya. “Mmmm,” angguknya. Kemudian dia merasakan tepukan di pundaknya. Begitu Ryuga menoleh, dia menemukan wajah Tirta tahu-tahu sudah dekat dengannya. Pria itu berbisik di telinga Ryuga. “Sudah siap untuk malam pertamamu, Ryu?” Pertanyaan Tirta jelas menggoda Ryuga. Obrolan semacam ini terkadang terjadi saat pernikahan. Lagipula Tirta adalah orang terdekat Ryuga dan keduanya sama-sama pria. Air wajah R
Satu hari bergerak bak dalam satu kedipan. Karena saat membuka mata, Claudia tahu-tahu sudah ada di sebuah ruangan yang terdapat cermin berukuran besar di pojokan sehingga pandangannya tertuju ke arah sana. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Di depan cermin tersebut Claudia bisa melihat dirinya sendiri tengah duduk mengenakan gaun pengantin putih dan tengah memegangi buket bunga kecil dalam genggaman kedua tangannya. Wajah cantik yang dilihatnya adalah hasil make up dari satu jam yang lalu. Dia mengangkat satu tangan untuk menyentuh pipinya. Namun, tidak benar-benar menyentuh, dibiarkan mengambang. Claudia bergumam pelan, “I–ini bukan mimpi ‘kan?” Rasa-rasanya baru dua hari yang lalu dia masih sibuk bekerja di kampus, kemudian menghabiskan malam bersama teman-temannya, dan kejadiannya begitu cepat … hari pernikahannya sudah tiba. Claudia akan menikah dengan Ryuga–pria yang dia cintai. Pun, sebaliknya. Pintu besar di hadapannya diketuk. Sebuah suara berat menyeletuk dari luar, “
Mendadak saja Ryuga terkekeh hambar. Bahkan saat statusnya sudah resmi menjadi suami dari Claudia Mada nanti, Ryuga tetap harus menahan diri?! Wah, buruk sekali nasibnya. “Yang benar saja,” gumamnya pelan sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. Dia sampai membuang wajahnya ke samping. Sial. Raut wajah Ryuga yang tampak kesal membuat Claudia keheranan. Dia bertanya, “Ada apa, Ryuga?” Claudia membenahi posisi duduknya. Sedikit ragu, dia meraih rahang pria itu dan mencoba menggerakkannya agar menatap lurus tepat pada netra matanya. Dia meralat pertanyaannya tadi, “Apa ada yang salah, Ryuga?” Ditodong pertanyaan seperti itu, Ryuga memicingkan mata. Satu tangannya naik, meraih tangan Claudia di sisi rahangnya kemudian tanpa diduga Ryuga mendaratkan kecupan di pergelangan tangan Claudia. Napas Claudia tercekat. Dia tidak bisa berkutik saat pria itu menaikkan pandangan untuk bertukar pandangan. Jantung Claudia kian berdebar kencang. Pertama, karena aksi Ryuga barusan. Kedua, mere
“Claudia ….”Ekspresi wajah Ryuga sedikit memerah. Rahangnya tampak mengeras. Manik hitamnya menyorot tajam ke arah Claudia. Perlahan Ryuga melangkahkan kaki untuk berjalan mendekati wanitanya.‘Astaga, sepertinya aku membuat kesalahan!’ ringis Claudia dalam batinnya.Tanpa mengatakan apa pun, Ryuga segera menarik lembut tangan Claudia dan menyembunyikan tubuh wanita tersebut dari pandangan sosok pria lain di hadapannya.“Ayolah, yang benar saja,” dengus pria tersebut. Dia menunjuk dasinya yang belum selesai dipasangkan dengan jari-jari tangannya yang terluka. “Wanita itu belum selesai–“Wanita yang kamu maksud wanitaku, Argus Adiwilaga,” sela Ryuga penuh penekanan. Manik hitamnya menyorot tajam Argus.Sosok Argus Adiwilaga terkekeh sinis. Dia sama sekali tidak terintimidasi oleh Ryuga. Pria itu menyahut dengan santai. “Ya, tentu aku tahu siapa wanita cantik di belakangmu.”“Claudia Mada,” jeda Argus sambil berusaha mencuri pandang ke arah Claudia dibalik tubuh Ryuga.Sementara itu Cl
“Dirga.” Tidak hanya memanggil dengan lembut, Aruna juga mendaratkan satu tangannya di atas tangan Dirga. Mata besarnya menatap Dirga penuh harap. Pandangan Dirga jatuh, menatap tangan Aruna yang menyentuhnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ada perasaan yang tidak bisa Dirga jabarkan dengan gamblang. “Please … Dirga.” Aruna tampak memohon dengan suara yang lirih. Firasatnya mendadak buruk. Lantas pandangan Dirga naik untuk menatap Aruna lagi. Sekelebat wajah Garvi muncul bak layar hologram. Gadis itu kembali berucap, “Kasih tahu aku maksud kamu apa, Dir?” Tangan Aruna meremat halus tangan pemuda itu. Terdengar embusan napas berat Dirga. “Besok selesai kuliah, gue jemput lo, Aruna. Kita ketemu sama Garvi.” Dirga mengatakan itu dengan nada suara yang final. Kepala Aruna mengangguk kuat-kuat. “Oke, besok aku ikut!” sahut Aruna terdengar antusias. Dia belum menyadari keanehan yang bisa ditemukan pada Dirga. Diam-diam pemuda itu bersyukur Aruna berhenti bicara dan berhenti bertanya. K
Selagi Aruna memundurkan langkah, sosok pria itu kian maju mendekati Aruna ditambah senyum seringaiannya yang tampak membuat ngeri.“T–to-long …,” gumam Aruna dengan napas yang terdengar putus-putus. Bahunya naik turun dan badannya tampak gemetar. Perasaannya bergemuruh. Entah apa yang membuatnya sampai bereaksi berlebihan seperti ini.“Runa?” panggil Anjani yang belum membaca keadaan. Dia kebingungan melihat Aruna yang tampak ringkih ketakutan.Sementara Lilia dan teman-temannya di belakang sana menyadari ada kejanggalan. Mereka persis di belakang Aruna. Dengan sigap Lilia langsung maju dan menempatkan dirinya di hadapan Aruna.Gadis itu segera dipegangi oleh Zoya dan Fanya di masing-masing kanan dan kiri. Fanya segera melayangkan pertanyaan, “Kamu baik-baik saja, Aruna?”Namun, Aruna belum memberikan respons. Zoya dan Fanya saling menatap satu sama lain seolah bertanya, ‘Apa yang terjadi?’“Aku mau berbicara dengan gadis kecil itu,” tunjuk sosok pria tadi ke arah Aruna yang tertutu
“Kamu lihat Aruna, Claudia?” Usai keluar dari ruangan pintu darurat, Ryuga melirik Claudia dan baru menanyakan soal putrinya. Sebelum tiba di kampus, selain mengirimkan pesan pada Bu Yuli, Ryuga juga mengirimkan pesan untuk Aruna. Tapi, tidak ada tanda-tanda Aruna membalas pesan bahkan membacanya. Claudia menggelengkan kepalanya ragu. “Aku belum bertemu Aruna hari ini, Ryuga.” Pun, Claudia sendiri tidak keluar jauh-jauh dari ruangan dosen dan prodi. Menelisik raut wajah tampan Ryuga yang tampak gelisah, Claudia memberikan rematan halus pada tangan pria itu. Pandangannya jatuh ke arah jam tangan yang dipakainya, mengira-ngira waktu yang tersisa sebelum acara dimulai. Lantas Claudia menatap Ryuga lagi. Dia meneguk ludahnya dalam-dalam. “Kamu keberatan kalau aku meminta bantuan Dirga untuk mencari Aruna, Ryuga?” Mendengar nama Dirga disebut, Ryuga menaikkan kedua alisnya. “Pemuda itu belum pergi, Claudia?” Ryuga tidak lupa pembicaraan Dirga dan Aruna di ruang tamu rumahnya pagi itu