Beberapa menit setelah kepergian Ryuga dan Claudia, Sam turut menyusul. Claire mengekorinya di belakang tanpa mempedulikan acara reuni yang sudah kacau balau. Wanita itu tidak menggubris panggilan Glenka dan Jasmine. Claire benar-benar tidak terima sudah dipermalukan. Tidak hanya oleh mantan teman dekatnya, tetapi juga mantan tunangannya?! “Kak, Kak Sam!” panggil Claire dengan sentakan. Dia berusaha mengejar Sambara. Namun, Sam tidak menggubris. Pria itu terus melanjutkan langkahnya menuju lobby hotel. Melihat itu, Claire tersulut emosi. Dia menghentikan langkah lalu berjongkok untuk melepaskan sebelah heels-nya dengan susah payah. ‘Benar-benar menyebalkan!’ rutuknya dalam hati setelah berhasil melepaskan heels dengan model tali tersebut. Kemudian Claire berdiri, dia langsung mengayunkan heels itu ke depan dengan percaya diri bahwa itu akan mengenai punggung Sam. Tapi, ups! Claire memelototkan mata melihat heels-nya mendarat salah sasaran. Seorang pria muda berpakaian serba hitam
Absennya Ryuga pagi ini membuat Aruna lebih leluasa untuk berduaan dengan Claudia. Diam-diam gadis itu merasa senang karena Ryuga tidak ada di antara keduanya.‘Kalau bisa, Daddy sering-sering aja pergi ke luar kota, aku nggak apa-apa banget ditinggal sama Bu Clau!’ Baru memikirkannya Aruna sudah bahagia.Gadis itu sudah tidak sabar menantikan pernikahan Ryuga dan Claudia. Selama ini Aruna tidak pernah menuntut kehadiran sosok Mommy dalam hidupnya, tapi setelah mengenal Claudia, Aruna menginginkannya.“Haloww. Selamat pagi Bu Clau cantik,” sapa Aruna dengan suaranya yang riang kala pintu mobil terbuka. Menampilkan sosok Claudia yang tampak casual dengan tampilan blazer dan celana bahan senada berwarna krem.Senyum Aruna yang tampak segar berhasil menularkannya pada Claudia.“Pagi, Aruna,” jawab Claudia hangat selagi masuk ke dalam mobil. Setelah duduk dengan nyaman, Claudia menolehkan wajah ke arah gadis itu dengan tatapan penuh selidik, “Senang banget kelihatannya … Ibu pikir kamu se
Usai mendiskusikan rencana yang akan keduanya buat–pada akhirnya Claudia mengiakan Aruna … melihat tatapan gadis itu yang menaruh harap, mana tega Claudia menolaknya?Pembicaraan harus dihentikan karena keduanya sudah tiba di parkiran bagian dalam kampus.“Tunggu dulu, Bu Clau,” cegah Aruna saat Claudia hendak membuka pintu mobil.Refleks Claudia menolehkan kepala. “Kenapa, Aruna?”“Aku pulangnya bareng sama ibu lagi … boleh ‘kan?”Sepertinya untuk permintaan Aruna yang satu itu, Claudia harus menolak. Alhasil Claudia menggelengkan kepala, “Terlalu malam, Aruna. Pulang setelah kelasmu selesai. Oke?”Aruna memanyunkan bibirnya. “Bu Clau kenapa nggak ngajar di kelas aku aja? Biar pulangnya bisa barengan.”Pertanyaan itu tidak dapat dijawab dengan jelas oleh Claudia. Pun, sama halnya ketika Bu Yuli dan Bu Desi menanyakan hal serupa kala Claudia menghampiri dosen senior itu untuk memperlihatkan progress lukisan para dosen.“Bukankah awalnya posisi kelas reguler itu diberikan padamu, Clau?
“Tunangan Claudia?” ulang Aji tanpa melepaskan pandangan dari pria yang Tisya bilang sebagai Ryuga Daksa.Detik setelahnya, Aji memutuskan pandangan dan menolehkan wajahnya pada Tisya. Ekspresinya tampak kesulitan. Dia bertanya, “Kamu tidak sembarangan bicara, Tisya?”Barangkali Tisya salah mengenali orang. Tidak mungkin Claudia memiliki seorang tunangan tanpa memberitahunya.Tisya menggelengkan kepalanya. “Tidak kok,” ucapnya. Dia yakin sekali pria yang semalam bersama Claudia adalah orang yang baru saja turun dari mobil mewah di depan halaman kantor desa.Lantas Tisya menatap Aji dengan sungkan. “Untuk lebih jelasnya, Pak Aji bisa bertanya sendiri pada Claudia.” Mendadak Tisya merasa bahwa memberitahu Aji adalah tindakan yang salah.Jadi, wanita itu buru-buru pamit dengan membenarkan tali tas bahunya. “Ma–mari, Pak Kades, permisi.”Tidak ada alasan bagi Aji untuk menahan Tisya lebih lama. “Ya,” sahutnya. Maka, dia pun segera menyeberang. Aji penasaran dengan sosok pria tampan yang t
Satu jam kemudian, Claudia sedang duduk di kursi dosennya sambil memberikan penilaian untuk gambar-gambar dari hasil praktek menggambar kemarin.Sesekali Claudia melirik ponselnya. Dia membatin, ‘Kenapa Ryuga belum menghubungiku sama sekali ya?’Jujur saja, Claudia penasaran. Apakah Ryuga sudah bertemu ayahnya? Dia ingin sekali menghubungi Ryuga, untuk sekadar memastikan. Namun, entah apa yang menahannya untuk melakukan itu.Menggelengkan kepalanya, Claudia mencoba untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Tangan Claudia meraih sketchbook berikutnya. Dan Dia ternyata sketchbook bermotif strawberry itu milik Aruna.Mendadak saja Claudia tersenyum.‘Kuda laut?’ batin Claudia menautkan satu alisnya ketika melihat binatang yang menjadi objek gambar Aruna.Selagi memperhatikan itu, tanpa Claudia sadari, seseorang mendekat padanya. Seorang teman dosennya.“Claudia!”Panggilan itu sontak membuat Claudia mengangkat pandangan untuk melihat siapa sosok yang memanggilnya.Sudut bibir Claudia menyun
Selama beberapa saat, Claudia hanya bisa menarik napas dan mengembuskan napasnya perlahan. ‘Apa Ayah masih bisa mengubah pikirannya?’ Claudia bertanya-tanya dalam batinnya. Tak lama, dia memutar kursinya ke depan lagi. Napasnya tercekat saat mendapati sesosok wanita yang sempat dibicarakannya dengan Lilia. “Claire?!” seru Claudia mengerutkan dahinya samar. Wanita itu berdiri di depan meja dosen Claudia seraya memandang wajahnya tanpa ekspresi. Beberapa dosen yang ada di dalam ruangan tampak menoleh penasaran. Namun, tidak berniat untuk ikut campur. Berbeda dengan Lilia yang sudah sigap berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat. "Ayo bicara untuk terakhir kalinya ... karena setelah ini, mungkin kita nggak akan pernah bertemu lagi, Clau." Claire mengatakan itu dalam satu kalimat lantas membalikkan tubuh yang langsung berhadapan dengan Lilia. Belum sempat Lilia berucap, Claire lebih dulu bersuara dengan dingin. "Minggir, gue nggak punya urusan sama lo!" Kepala Claire m
Tanpa disadari baik Claudia maupun Claire, ternyata ada dua mahasiswi yang mengintip dibalik tembok tidak jauh dari Gazebo sedang memperhatikan keduanya beberapa saat lalu.Lebih tepatnya, posisi itu dekat dengan pintu tangga darurat.“Sebenarnya kamu ngapain ngintipin Bu Claudia sama Bu Claire?” heran si mahasiswi pertama sambil bersedekap dada lantas menghembuskan napas.“Sudah ah … Ayo ke kelas, Aruna. Kita nanti dicariin kalau lama-lama,” ucapnya lagi setengah merengut. Dia tidak peduli lagi dengan urusan apa yang dimiliki temannya hingga berbuat demikian.Memang kedua dosen muda nan cantik itu sedang menjadi topik perbincangan hangat di seantoro kampus.“Sebentar, Anjani,” keluh Aruna yang masih sibuk dengan ponsel di tangannya.Baru saja Aruna mengirimkan beberapa foto pada Ryuga. Dia juga mengirimkan pesan di bawahnya yang bertuliskan, ‘Sepertinya Bu Claire menyesali perbuatannya pada Bu Clau, Dad.’Tidak ada yang menyuruh Aruna melakukan itu. Ryuga juga … tidak. Aruna hanya b
'PAK DIMITRI?!’Mata besar Aruna terbelalak mendapati sosok Dimitri yang kelihatan menaruh curiga baik pada dirinya maupun Dirga.“E–eh, permisi, Pak,” ucap Aruna yang memutuskan untuk segera pergi dari sana. Tapi, tidak semudah itu karena Dimitri dengan refleks memegangi pergelangan tangan gadis itu.Aruna menatapi tangannya yang dicekal Dimitri. Pun, begitu juga Dirga dan Dimitri sendiri yang langsung melepaskan tangan Aruna dalam sekali hentakan.“Saya tanya, kalian ngapain ke luar cuma berduaan di pintu tangga darurat?” Kali ini suara Dimitri terdengar lebih serius dari ucapannya sebelumnya. “Kalau main langsung pergi, saya curiga kalian sudah berbuat sesuatu,” kata Dimitri bergantian menatap Aruna lalu Dirga.“K-kita cuma ngobrol,” jawab Aruna dengan panik. Pandangannya naik untuk melirik Dirga. “Ya ‘kan, Dirga?” Mata besar Aruna sedikit memelotot, bermaksud mengkode Dirga untuk mengiakan.‘Tolong bilang iya!’ Kira-kira seperti itu bila disuarakan.“Mmm, kita cuma ngobrol,” angg
“Daddy!”Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian.“Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya.Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?”Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti.“Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.”Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Aruna aka
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s
Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah
Ryuga menjeda ucapannya, dia belum sepenuhnya selesai. “Coba saja kalau kamu berani, Al.”Suaranya yang terdengar tegas dengan manik hitam yang menyorot tajam membuat Aland perlahan menarik kembali kepalanya ke dalam dan menutup pintu rapat-rapat setelah memberikan cengiran khasnya.‘Ya mana berani kalau sama Om Ryuga.’ Aland berani menghadapi masalah lain di luar sana, tapi jika menyangkut kakak iparnya, Aland rasanya sudah menyerah duluan.Pemuda itu meneguk ludahnya dalam-dalam. “Om Ryuga kapan nggak kelihatan seremnya, sih, Mbak?” keluhnya sambil berjalan mendekati Claudia. Jari telunjuk Aland mengambang, menunjuk ke arah perut besar kakak perempuannya. “Curiga … anaknya bakal mirip Om Ryuga banget kalau sudah dewasa.”Claudia mengelus perutnya dengan sayang. Bibir cherry-nya tersenyum mendengar Ryuga dalam keadaan marah pun masih peduli padanya. “Kok mesti dicurigai segala, Al? Wajar kalau mirip Ryuga, ‘kan memang Daddy-nya.”Mendaratkan bokongnya kembali di ranjang tidur, Aland
“Ryuga Ryuga.”Tidak ingin membuat suaminya itu cemburu dan berakhir salah paham, Claudia mengangkat kedua tangannya dan menyentuh pipi Ryuga agar mendongak supaya bertukar pandangan dengannya.Sepasang manik hitam Ryuga yang menyorotnya tajam cukup berhasil membuat Claudia terintimidasi. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia membatin, ‘Satu-satunya yang tahu soal Dokter Valky hanya Ayah …. Apa saja yang Ayah katakan pada Ryuga?’Claudia yakin sekali dengan soal yang satu itu. Kecil kemungkinan jika Aland yang memberitahu soal Dokter Valky.“Tolong dengarkan penjelasanku dulu, ya?” pinta Claudia dengan suara yang lembut. Karena jika dilihat dari ekspresi Ryuga yang tampak kesulitan, sepertinya akan sulit mengajaknya untuk bicara.Ryuga menggelengkan kepala. Dia sudah mendengarnya dari Aji. Kira-kira begini, “Ayah baru ingat jika dulu sebelum Claudia pergi ke kota untuk melamar sebagai dosen, Dokter Valky sempat ditugaskan di Desa ini.”Mendengar informasi itu, Ryuga menyimaknya de
Valky …Berulang kali Ryuga memikirkan nama itu saat membersihkan dirinya di kamar mandi. Seingatnya, Aruna tidak memiliki teman pria dengan nama yang disebutkan tadi.Kalau begitu, kemungkinan besar Claudia mungkin saja mengenalnya? Dilanda penasaran, cepat-cepat Ryuga menyelesaikan kegiatan mandinya itu.Saat Ryuga membuka pintu kamar mandi, manik hitamnya tak sengaja menangkap kehadiran Aji yang hendak menuju dapur rumahnya. “Baru selesai mandi, Ryu?”Ryuga hanya menjawabnya dengan gumaman. Namun, langkah kakinya mengikuti Aji menuju dapur. Hubungan keduanya sebagai menantu dan mertua tidak bisa dibilang buruk. Meskipun tidak bisa dibilang akrab, keduanya masih bisa mengobrol dalam beberapa hal, termasuk mengenai festival yang akan diselenggarakan di Desa tempat Claudia tinggal.Alasan itulah yang menyebabkan Ryuga ada di desa kediaman istrinya–Claudia.“Semuanya sudah selesai, Yah?” Selaku sponsor yang mendanai besar acara festival tersebut, Ryuga memastikan. Beberapa saat yang la