Lila pergi makan siang bersama ibu mertuanya, Helena. Dia merasa sedikit lega meninggalkan suaminya. Pria itu tak dapat ikut karena harus segera menghadiri rapat penting ditemani oleh Farhan, asisten kepercayaannya."Setidaknya kamu harus istirahat, Lil. David kan menyayangimu," ucap Helena dengan senyuman.Kedua wanita berbeda usia itu duduk saling berhadapan di sebuah meja restoran langganan mereka. Keduanya sangat suka menikmati suasana hangat dan menyenangkan. Seiring suasana damai yang tenang, mereka menyantap hidangan lezat sambil terlibat dalam percakapan yang akrab dan hangat antara ibu dan anak."Mah ... Sungguh, aku bersyukur memiliki ibu mertua seperti Mamah. Aku jadi berasa memiliki ibu lagi ...." gumam Lila memandang Helena dengan penuh penghormatan."Mamah juga bersyukur David menikahimu dari pada wanita lain yang hanya mengincar harta saja," sahut Helena.Saat pasangan ibu dan menantu itu sedang berbincang hangat sembari makan siang. Sementara itu, tepatnya di sebuah ka
Mobil yang dipinjam Tiara segera tiba di depan restoran tempat Helena dan Lila berada. Wanita cantik itu bisa saja turun dari mobil dan menemui keduanya, namun Tiara memilih untuk menunggu mereka dari jarak yang aman. Rasa benci bercampur gugup makin membuncah dalam dadanya, tetapi keinginannya untuk melihat nasib sial Helena dan Lila lebih kuat. Tiara pun mengirim pesan pada salah satu pelayan restoran agar memberikan informasi mengenai keberadaan Helena dan Lila. Setidaknya dia tidak terlambat. [Tiara: Apakah mereka masih di sana?] [Xxx: Ya. Nyonya Helena dan menantunya masih di sini.] [Tiara: Kalau begitu kabari aku jika mereka sudah mau keluar.] [Xxx: Baik, Nona Tiara.] Kini setelah mendapatkan informasi bahwa keduanya masih berada di dalam restoran, Tiara memutuskan untuk bersabar menunggu di tempat parkir restoran dan tak jauh mobilnya berada di dekat pintu masuk. Wanita itu membetulkan topinya agar wajahnya tersembunyi. Dia bergumam sembari terus mengawasi pintu ma
"Ya Tuhan ... Tolong selamatkan putri dan cucuku ...." gumam Helena dengan penuh harap. Wanita itu sedang menahan tangisannya karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Lila dan bayi yang dikandungnya. 'Demi Tuhan, aku sangat menyesal, Lila,' bisik Helena dalam hatinya, 'Jika bukan karena menyelamatkan aku, kamu tidak akan terluka seperti ini ....' Mata Helena berkaca-kaca menahan air mata yang hendak jatuh. Dia tidak mampu membendung rasa bersalah yang sangat dalam. Sang menantu telah mengorbankan diri demi menyelamatkannya. "Seandainya saja aku lebih berhati-hati tadi, hal seperti ini tidak akan terjadi ...." cicit Helena lirih sembari masih terus memeluk menantunya. Mobil segera memasuki halaman rumah sakit. Sopir pribadi keluarga Alexander mengantarkan sampai di depan ruang IGD. Lila pun segera ditangani oleh tenaga medis yang sedang bertugas. Gegas tubuh wanita itu dibawa masuk ke dalam ruangan dan Helena hanya bisa menunggu sembari menahan tangisannya agar tida
Saat lampu sudah menyala hijau, lagi-lagi David membunyikan klaksonnya dengan tidak sabaran. Baru setelah kendaraan di depannya mulai melaju, dia baru bisa ikut melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah sakit. "Sial ... Kenapa perasaanku tidak tenang? Padahal dia hanya istri kontrakku. Apa yang terjadi padaku?" gumam David di tengah- tengah kekhawatirannya.Beruntung jarak kantornya dengan rumah sakit tidak begitu jauh. David kini tiba di rumah sakit dan segera memarkirkan mobilnya.Jas yang dia kenakan sudah dia lepas dan tampaklah David yang mengenakan kemeja navy. Pria itu kembali berlari menuju ke ruang operasi yang dibicarakan sang ibu. Perasaannya berkecamuk saat ini membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada sang istri dan ibunya."Mah!" David memanggil sang ibu ketika sudah tiba di depan ruang operasi.Helena menoleh dan mendapati putranya baru datang. Rambut David benar-benar acak-acakan tak seperti dirinya. Bahkan dasi hitam sudah tak benar pada posisinya."David!" Helen
Beberapa jam berlalu, akhirnya seorang dokter keluar dari ruang operasi dan memberi kabar tentang Lila."Dokter!" seru Helena memanggil dokter pria tersebut. "Bagaimana keadaan menantu saya?""Nona Lilara akan kami pindahkan ke ruang rawat inap," ujar dokter tersebut.David menghela napas lega ketika dokter mengatakan bahwa Lila berhasil dibawa ke ruang rawat inap."Akan tetapi maaf ...." Sang dokter pria menarik napas sebelum memberi tahukan sebuah berita.Helena dan David pun menatap ke arahnya, menunggu jawaban yang membuat keduanya kembali tak tenang."Ke-kenapa minta maaf, Dok?" tanya Helena."Sekali lagi, Maaf, Nyonya, Tuan. Meski Nona Lilara selamat, tapi kami tidak bisa menyelamatkan janin dalam kandungannya. Nona Lilara mengalami keguguran karena pendarahan hebat yang dialaminya," jelas dokter tersebut dengan hati-hati."Ya Tuhan ...." Helena terduduk di kursi tunggu.Ternyata, kelegaan itu tak bertahan lama ketika dokter menjelaskan bahwa Lila mengalami keguguran karena jatu
Dalam situasi yang penuh kekhawatiran, Lila lebih mengutamakan keadaan janin dalam kandungannya dari pada keadaan dirinya sendiri yang jelas terluka. Dia menunggu David menjawab pertanyaannya itu sembari menatap ke arahnya."Duduklah. Aku akan membantumu," ucap David dengan lembut, membantu Lila duduk bersandar agar nyaman.Lila menurut dan segera duduk dengan perlahan saat posisi bantalnya dirubah. Wanita itu tiba-tiba merasakan kembali kelembutan sikap suaminya yang berubah. Namun Lila tak mau banyak berharap."Mas? Kenapa diam?" panggil Lila penasaran karena suaminya tak kunjung menjawab pertanyaan yang diajukan dan malah mengalihkan pembicaraan.David menghela napas berat. "Kamu tenanglah dulu. Kata dokter kamu harus makan," jawabnya dengan ekspresi wajah datar, mencoba mengalihkan kekhawatiran Lila.Wanita itu merasa ada yang tidak beres. Ada yang sedang disembunyikan darinya. Apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh suaminya? Ada rasa khawatir yang tiba-tiba mengusik hatinya.
Beberapa menit lamanya David membiarkan sang istri menangis sampai puas. Baru setelah Lila selesai menangis, pria itu mendekatinya dengan menarik kursi agar lebih dekat dengan tempat tidur Lilara."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai kecelakaan?" David menanyakan bagaimana kejadian kecelakaan yang menimpa Lila dan ibunya.Lila sedikit tersentak. Lalu wanita itu dengan masih sedikit terisak, mulai menceritakan kejadian kecelakaan tersebut.Wanita menarik napas sebelum bercerita. "Tadi ... ada mobil yang datang dari arah lain hampir menabrak Mamah. Mobil itu mau keluar dari restoran dengan kecepatan di atas rata-rata," papar Lila"Mamah nggak menyadarinya, karena tidak ada waktu untuk berpikir panjang, aku refleks menarik Mamah untuk menyelamatkan Mamah hingga kami terjatuh. Dan ... Dan saat itu aku merasakan perutku sakit ...." lanjutnya mengakhiri cerita.David diam menyimak penjelasan yang cukup singkat itu. Namun sebagai pria yang cerdas, David merasakan ada k
Suasana kembali tenang, bahkan sangat tenang karena hanya ada Lila dan David saja di dalam ruangan. David sendiri segera mengganti pakaiannya dan membersihkan diri dengan mandi di dalam kamar mandi yang ada di sudut ruang rawat istrinya.Sementara itu, Lila memilih duduk diam di atas kasur sembari menatap kosong ke arah tembok di depannya. Lagi-lagi dia merasa bersalah karena perhatian yang diberikan ibu mertuanya.'Ya Tuhan ... Aku sangat jahat kepada Mamah dan Papah. Mereka sangat menyayangi menantu yang bahkan tidak pantas untuk mereka,' keluh Lila dalam hati, terlarut dalam perasaan bersalahnya.'Aku benar-benar orang yang jahat. Mereka tidak seharusnya merasa begitu. Aku sungguh egois dan tidak berpikir tentang perasaan mereka. Tapi ini juga karena anak laki-laki mereka ....' batin Lila lagi saat teringat dengan suaminya yang dingin.Tangan ramping Lila kemudian mengusap lembut perutnya. Dia merasa sangat kehilangan anak pertamanya."Mungkin kamu diambil karena niat pernikahan Bu