Beberapa menit lamanya David membiarkan sang istri menangis sampai puas. Baru setelah Lila selesai menangis, pria itu mendekatinya dengan menarik kursi agar lebih dekat dengan tempat tidur Lilara."Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai kecelakaan?" David menanyakan bagaimana kejadian kecelakaan yang menimpa Lila dan ibunya.Lila sedikit tersentak. Lalu wanita itu dengan masih sedikit terisak, mulai menceritakan kejadian kecelakaan tersebut.Wanita menarik napas sebelum bercerita. "Tadi ... ada mobil yang datang dari arah lain hampir menabrak Mamah. Mobil itu mau keluar dari restoran dengan kecepatan di atas rata-rata," papar Lila"Mamah nggak menyadarinya, karena tidak ada waktu untuk berpikir panjang, aku refleks menarik Mamah untuk menyelamatkan Mamah hingga kami terjatuh. Dan ... Dan saat itu aku merasakan perutku sakit ...." lanjutnya mengakhiri cerita.David diam menyimak penjelasan yang cukup singkat itu. Namun sebagai pria yang cerdas, David merasakan ada k
Suasana kembali tenang, bahkan sangat tenang karena hanya ada Lila dan David saja di dalam ruangan. David sendiri segera mengganti pakaiannya dan membersihkan diri dengan mandi di dalam kamar mandi yang ada di sudut ruang rawat istrinya.Sementara itu, Lila memilih duduk diam di atas kasur sembari menatap kosong ke arah tembok di depannya. Lagi-lagi dia merasa bersalah karena perhatian yang diberikan ibu mertuanya.'Ya Tuhan ... Aku sangat jahat kepada Mamah dan Papah. Mereka sangat menyayangi menantu yang bahkan tidak pantas untuk mereka,' keluh Lila dalam hati, terlarut dalam perasaan bersalahnya.'Aku benar-benar orang yang jahat. Mereka tidak seharusnya merasa begitu. Aku sungguh egois dan tidak berpikir tentang perasaan mereka. Tapi ini juga karena anak laki-laki mereka ....' batin Lila lagi saat teringat dengan suaminya yang dingin.Tangan ramping Lila kemudian mengusap lembut perutnya. Dia merasa sangat kehilangan anak pertamanya."Mungkin kamu diambil karena niat pernikahan Bu
David berdiri di hadapan Lila yang kembali menangis tersedu-sedu. Pria itu merasa jantungnya berdetak cepat saat meraih lengan Lila, lalu menariknya kembali hingga bisa memeluk Lila dengan erat. Lalu, dengan hati-hati, David menempatkan Lila duduk di atas tempat tidur. "Apa kau pikir aku seberengsek itu?" tanya David, tatapannya tajam dan penuh emosi, sambil mencengkeram lengan Lila dengan kekuatan yang membuat Lila meringis kesakitan.Lila merasa takut, namun rasa sakit di dalam hatinya lebih besar dari pada rasa sakitnya. Dia sudah tak ingin mengalah lagi, mengingat kehilangan anak pertamanya sangat menyakitkan baginya. Maka dengan berani, Lila menepis tangan David dan memberikan tatapan tajam penuh kebencian padanya."Memang kamu berengsek! Kamu hanya ingin nama baikmu tetap terjaga. Kamu egois menikah demi bebas dari perjodohan yang diajukan Mamah. Dan kamu juga serakah karena menginginkan anak tanpa peduli aku sebagai ibu yang mengandungnya!"Lila menatap tajam ke arah suaminya,
Saat ini David sedang duduk di kursi kerjanya. Pria itu merasa sedikit gelisah sebelum pertemuan dengan klien. Bukan karena dia gugup, sebagai seorang profesional David tidak bisa gugup untuk hal yang sudah biasa baginya. Namun, ada satu hal lain yang sedang mengganjal pikirannya. Pria itu memanggil Farhan, asisten kepercayaannya."Aku ada tugas baru untukmu." David menatap Farhan dengan tatapan tegas.Farhan menatap sang direktur. Pria berkacamata itu bisa merasakan keseriusan di wajah David yang terlihat lesu dan tak bersemangat."Tugas apa itu, Pak?" tanya pria itu dengan sopan.David mengambil napas dalam-dalam, lalu menjawab, "Nanti setelah selesai bertemu dengan klien, aku ingin kamu menyelidiki kejadian di restoran Lotus."Sang direktur menatap lurus ke arah Farhan, ingin memastikan dia mengerti betapa pentingnya tugas ini. Perasaan bersalah kembali muncul dengan bayangan wajah sedih istrinya.Farhan tampak sedikit terkejut mendengar permintaan dari bosnya."Restoran Lotus? Buk
Saat David sedang bertemu dengan klien, tak seorang pun tahu bahwa ibunya sedang dalam perjalanan untuk berkunjung ke apartemen putranya demi menemui Lila, menantunya.Helena datang karena merasa rindu dan bersalah pada Lila. Sementara itu, Lila sedang duduk sendiri di sofa ruang tengah. Tangannya menggenggam erat surat kontrak pernikahan yang pernah mereka sepakati sebelum akad nikah. Di lubuk hatinya yang paling dalam, Lila merasa menyesal telah menyetujuinya."Aku benar-benar bodoh karena setuju dengan perjanjian bodoh ini ...." gumam Lila, dadanya terasa sesak saat mengenang bagaimana dia terjebak dalam perjanjian ituTerlebih lagi dia diharuskan menyerahkan anak yang dia kandung kepada suaminya yang dingin dan arogan. Lila mengira bahwa keputusannya untuk menerima tawaran David dan membalas dendam pada mantan suaminya itu cukup membuatnya senang. Namun, ternyata kehilangan anak lebih menyakitkan daripada apa pun."Maafkan Bunda, Nak ... Bunda gagal menjagamu. Seharusnya Bunda bis
"Apa ini?" Helena bergumam dengan heran sambil meraih kertas tersebut. Kedua matanya membulat saat membaca judul di bagian atas kertas itu'Perjanjian Kontrak Pernikahan'Kedua alisnya bertaut dan dahinya mengernyit. Merasa penasaran, Helena melanjutkan membaca isi perjanjian tersebut. Di sana juga ada beberapa perjanjian dalam beberapa poin. Ada pula perjanjian yang ditulis tangan pada bagian yang sebelumnya kosong. Kernyitan Helena semakin dalam saat membaca tulisan tangan yang dia yakini merupakan tulisan Lilara karena kerapiannya.Keduanya terus bergerak membaca setiap huruf yang tertulis rapi. Ketika membaca bagian tentang peralihan hak asuh dan kuasa atas kelahiran cucunya, Helena menemukan tanda tangan Lilara yang rapi, serta tanda tangan dari putranya.Hatinya terenyuh, "Ya Tuhan ... Apa maksudnya ini ...?" gumam wanita itu sambil menutupi mulutnya, terkejut dengan apa yang baru saja dia baca. Perasaan Helena langsung campur aduk, mulai dari marah, sedih, dan kecewa. Wanita i
Lila menelan ludahnya. Wanita itu diam duduk di samping sang ibu mertua. Perjanjian rahasia dengan David sudah ketahuan. Bagaimana pun juga dia ikut bersalah karena telah setuju dan menipu kedua mertuanya."Maaf, Mah ...." cicit Lila dengan kedua tangan mengepal erat di atas lutut."Aku ... Aku memang telah membohongi Mamah dan Papah, juga membohongi keluarga angkatku," ucap Lila dengan kedua mata mulai berkaca-kaca.Helena merasakan nyeri di ulu hatinya."Aku tidak punya pilihan selain menerimanya demi balas dendamku pada Erik dan Sandra. Tapi ... seiring berjalannya waktu, aku sendiri tidak rela menyerahkan anak ini pada Mas David ...." cicitnya pilu.Lila kemudian mendongak. Air mata sudah berkumpul di kedua pelupuk matanya. "Mungkin ... Mungkin karena niat pernikahan kami yang tidak benar, anak ini diambil oleh Yang Maha Kuasa ...." Helena melihat Lila menangis sedih. Wanita itu tahu jika menantunya tidaklah berbohong. Lila sangat menginginkan dan menyayangi anak yang dikandungny
"Kenapa tidak, Lila?" tanya Helena begitu peduli dengan menantunya. Lila menggeleng pelan, rasa takut bercampur kebingungan membuat suaranya tak lagi bersemangat."Jangan, Mah ... Aku tidak mau Mamah juga terlibat dalam masalah ini," ujarnya dengan berat.Helena meraih tangan menantunya dengan lembut, mencoba menenangkan hati Lilara yang tengah gundah. "Tapi kamu yang tersakiti, Sayang ...." ucapnya penuh kasih sayang dan perasaan bersalah."Aku baik-baik saja, Mah ...." kata Lila berusaha memberikan kesan bahwa dia kuat, meskipun di hatinya rasa sakit masih melanda."Tidak. Kamu tidak baik-baik saja. Lagi pula ini salah putraku, David. Jadi ... Kalau kamu tidak mau Mamah membicarakan ini dengan David, maka Mamah minta kamu buatlah keputusanmu sendiri, Lila. Karena kamu berhak bahagia," ucap Helena yang terlihat begitu peduli dengan menantunya.Wanita itu tahu perjuangan Lila untuk bertahan di dalam hubungan pernikahannya tidaklah mudah, tetapi dia yakin menantunya ini pantas untuk ba