"Aku berangkat dulu, Sayang. Baik-baik di rumah." David memeluk Lila dan mencium bibirnya dengan lembut."Adek juga jangan buat Bunda sakit, ya? Jadi anak yang baik," lanjutnya sembari mengusap lembut perut sang istri."Iya, Ayah ...." sahut Lila sembari tertawa kecil melihat tingkah suaminya.David pun segera berangkat bekerja meninggalkan sang istri. Dia kembali sendirian untuk sementara waktu demi pulihnya Lila.Di kantor pria itu kembali disibukkan dengan pekerjaan dan mengikuti beberapa pertemuan dengan klien. Langkah kakinya yang tegak menggema pelan di lobi perusahaan. Saat itu juga dia kembali berpapasan dengan Gladys."Selamat siang, Pak David," sapa Gladys."Siang," sahut David dingin. Pria itu bahkan tak menatap wajah wanita cantik yang menyapanya.David memilih untuk mengabaikan Gladys dan kembali menuju ke ruangannya.'Sialan ... Awas saja kamu, David. Jangan berpura-pura mengabaikan ku,' geram Gladys dalam hati."Dys," panggil teman wanita itu. Gladys menoleh dan mendapa
Gladys mengepalkan kedua tangannya ketika dia baru saja keluar dari ruangan sang direktur. Wanita itu terlihat begitu kesal dan kecewa atas perlakuan mantan pacarnya.'Sialan, siapa perempuan itu?' gumamnya dalam hati.Langkah kaki Gladys terdengar menggema di koridor sebelum dia memasuki lift. Saat pintu lift terbuka, dia kaget karena berpapasan dengan satu orang lagi yang dia kenal."Terima kasih atas bantuannya, Mas Farhan," ucap Cindy sembari tersenyum malu-malu."Sama-sama, Cindy," sahut Farhan membalas senyuman Cindy. Pria itu kini tengah membawakan setumpuk dokumen yang akan Cindy kerjakan. Sebagai seorang pria dan dia juga dekat dengan Cindy, maka Farhan tak ingin melihat gadis manis berambut pendek itu kesusahan.Saat pintu lift terbuka, keduanya menatap pada seorang wanita yang hendak menggunakan lift tersebut."Kamu ...." gumam Farhan dengan tatapan di balik kacamatanya.Gladys menatap angkuh. Wanita itu segera masuk ke dalam lift setelah Farhan dan Cindy keluar. Pintu pun
Farhan segera mengetuk pintu ruangan sang atasan. Pria itu juga penasaran mengenai keberadaan Gladys."Pak David, ini saya," ucap Farhan dengan sopan."Masuk!" sahut David.Pintu segera dibuka dan Farhan melangkah masuk ke dalam ruangan sang direktur. Pria itu berjalan mendekati sang atasan lalu memberikan hormat padanya."Ada apa Pak David mencari saya?" tanya Farhan.David menatap asisten kepercayaannya itu. "Gladys berani masuk ke sini dan menggangguku," ujarnya.Farhan tampak terkejut. "Jadi dia benar-benar baru saja mengganggu Anda?"David mengangguk. "Ya. Aku sendiri masih penasaran mengapa dia memilih bekerja sebagai karyawan DR?"Farhan diam menyimak. Kemudian David menatapnya. "Farhan, aku mau meminta bantuanmu lagi," ujarnya."Apa itu, Pak?" tanya Farhan."Cari informasi mengapa dia kembali ke Indonesia! Cari tahu juga ... kenapa dia dulu pergi dengan alasan bosan?" tegas David.Farhan terkejut mendengarnya. Bukankah perintah kedua sudah terlalu terlambat? Apa lagi pernikaha
Setelah mendapatkan izin dari suaminya, Lila bersiap dan menunggu kedatangan ibu dan adik angkatnya. Wanita cantik itu memilih menunggu dengan duduk di kursi ruang tengah sembari bercengkrama dengan asisten rumah tangga yang sedang membersihkan rumah. Tak lama kemudian, mobil Weni pun tiba, menjemput Lila dan mereka segera menuju ke mall untuk berbelanja. Dengan setelan dress panjang sebetis, Lila tampak begitu elegan. Perutnya yang sedikit membesar tak terlihat karena dress-nya yang tidak ketat. Rambut Lila pun dikepang ke belakang dan membuat wanita itu terlihat semakin cantik dan bertambah muda.Lila kini sedang berbelanja dengan Weni dan Ani. Sebagai bentuk rasa senang dan syukurnya, Weni sengaja mengajak anak angkatnya berkeliling di toko perlengkapan bayi dan anak. Apa lagi dia juga tahu bahwa Lila sedang bosan karena berada di rumah terus selama kehamilannya."Ini sepertinya bagus, Lil. Lihatlah ...." ucap Weni sembari menunjuk deretan pakaian bayi dengan warna-warna salem yan
Lila mengajak Lucas menuju ke pusat informasi untuk mencari ibu dari bocah laki-laki itu. Tangannya menggandeng tangan mungil Lucas yang menurutnya menggemaskan.Karena tidak mau mengambil resiko, Lila ditemani Weni dan Ani mengantarkan Lucas ke pusat informasi. Tak lucu jika mereka bertiga dituduh sindikat penculikan anak."Kakak baik sekali. Makasih sudah mau bantuin Lucas cari Mamah," ucap Lucas sembari mendongak menatap wajah cantik Lila. Anak kecil itu mencoba tersenyum setelah menangis kesalahannya."Iya, Lucas. Sama-sama," sahut Lila membalas senyuman Lucas. Membuat anak kecil itu terlihat senang dan tenang.Tampak jika Lucas nyaman dengan Lilara yang memiliki kepribadian hangat dan penuh kasih sayang. Anak laki-laki yang sebenarnya pemalu dan pendiam itu kini malah seolah mendapatkan kasih sayang baru dari orang yang baru pertama kali dia temui.'Kalau Mamah selembut Kakak cantik ini, mungkin Mamah akan bertambah cantik dan tidak menyeramkan,' batin Lucas berandai-andai.Tanga
"Mas, apa aku boleh ikut ke kantor?" tanya Lila di suatu pagi. Wanita itu sudah siap dan jika diberikan izin, dia bisa langsung berangkat saat itu juga.David menatap sang istri yang duduk di hadapannya sembari menyantap sarapan pagi."Sayang, aku sudah bilang tunggu sampai setidaknya dua bulan. Aku tidak mau kamu kelelahan. Kamu kan masih hamil muda," ucap David dengan lembut. Pria itu meraih tangan istrinya dan mengusap punggung tangannya dengan ibu jari.Lila menatap wajah suaminya. "Baiklah ...." Mendengar helaan napas kecewa itu membuat David tak tega. Namun sebagai suami dia harus tegas. Dia tak mau kejadian yang tidak diinginkan kembali mencelakai istrinya."Jangan marah, Sayang. Aku melakukannya karena ingin melindungimu. Aku tidak mau kamu dan anak kita kelelahan dan nanti kenapa-napa," ujarnya lagi dengan lembut dan penuh kasih sayang.Lila mengangguk. "Iya, Mas. Aku ngerti. Hanya saja aku sudah bosan di rumah terus," cicitnya."Sabar, Sayang. Kamu bisa mengajak Mamah atau
Kedua tangan David refleks menahan tubuh Gladys yang mendadak terjatuh menabrak dada bidangnya. Dalam posisi seperti itu, orang yang melihat mungkin akan salah paham. Cepat-cepat David mendorong tubuh Gladys agar menjauh darinya."Ah!" pekik Gladys yang terhuyung sedikit ke belakang. Wanita itu menatap David dengan sebal."Jangan kurang ajar!" tegas David, kedua matanya menatap tajam Gladys yang berusaha mendekatinya.Wanita itu tersenyum, dia sama sekali tidak menunjukkan rasa takut atau menyesal atas perbuatan kurang ajarnya.Sebagai karyawan baru yang baru saja diterima di perusahaan DR, Gladys seharusnya merasa gentar setelah berbuat tidak sopan pada bosnya. Namun, wanita itu malah merasa tertantang dan tidak sabaran ingin kembali mendekati sang bos yang merupakan mantan pacarnya. Setelah Gladys merasa berhasil menjatuhkan diri dalam pelukan sang direktur, dia yakin akan berhasil lagi. Apa lagi David tidak melawannya."Maaf, saya tersandung," jawab Gladys yang jelas berdusta.Dala
Semua orang yang berada di lantai satu kini menatap ke arah lift. David sendiri terkejut, seolah pria itu merupakan penjahatnya. Beberapa orang diam-diam mengambil gambar kejadian tak senonoh tersebut."Tolong ...." ucap Gladys yang dengan cepat berlari ke luar lift. "Tolong aku ... Pak David mau melecehkanku ...." rengek Gladys dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya. Dan ternyata saja itu merupakan air mata palsu."Ya ampun ....""Masa sih Pak David begitu?""Bukankah Pak David sudah beristri?""Astaga ...."Beberapa lontaran kalimat yang menunjukkan ketidak percayaan itu terucap. Seolah memojokkan sang direktur. David pun menegakkan badannya. Dia sedang menahan dirinya agar tidak marah. Pria itu pun melangkah keluar dari lift."Kalian salah sangka. Aku sama sekali tidak melakukan apa pun padanya," ucap David."Huaaaaa!" Gladys menangis sejadi-jadinya. Wanita itu kini terlihat sedang menutupi tubuhnya.David pun mengeratkan rahangnya. Kedua tangannya pun terkepal erat. J