Hei, tunggu dulu! Bukankah wanita seperti seorang Violeth paling senang dilecehkan oleh seorang lelaki di luar sana?" goda Melvin tanpa ada rasa jera sedikitpun.
Violeth menatap ke arah Melvin dengan sinis. "Tapi tidak dengan lelaki menjijikkan sepertimu yang sangat menggelikan dan hanya sebagai beban keluarga!"
Melvin menelan saliva dalam-dalam, dia memang hanya beban yang tidak bekerja maupun kuliah untuk masa depannya, hanya bermain dan bersenang-senang bersama teman temannya yang bisa dilakukan olehnya.
"Lalu apa bedanya aku dan Carver? Bukankah dia juga hanya beban dan pengangguran?"
Melvin benar-benar membuat Kezia geram, emosinya kembali memuncak untuk membuat mulut saudara lelakinya
Suatu rencana yang hanya diketahui oleh Sophie, Garvin, dan Melvin, hampir saja dikatakan oleh Melvin kepada Violeth. "Apa kamu juga mengetahui juga seperti apa yang dikatakan oleh Melvin? Jawab, Garvin!" Violeth menatap Garvin begitu tajam dengan bibir merah yang bergerak cepat. "Ti-tidak! Aku sama sekali tidak tau apapun, mungkin Melvin salah berucap, iya kan Aldo?" Setelah menjawab, Garvin berpaling ke arah Melvin dan menaikkan kening. "Sepertinya begitu. Hanya saja Violeth terlalu menyimpan rasa curiga pada setiap ucapan kita," balas Melvin. "Awas kalian!" ancam Violeth. Ada dua senyum penuh rencana yang melebar d
Tak bisa dipungkiri lagi, ketika Carver mengingat beberapa hari yang lalu, ayahnya memintanya untuk ikut ke sebuah acara di gedung besar yang berisi para penguasa maupun miliarder yang mendapatkan undangan khusus. Tapi ketika itu Carver menolak, sebelum akhirnya mendapatkan kabar jika Edward dan seluruh anggota keluarga Fletcher mendapat undangan itu. Di belakang, hanya ada jalan kecil entah menuju aman yang hanya muat di lalui oleh satu orang. Daripada berdiri disitu dan tentunya akan diketahui oleh dua pengawal ayahnya jika dia berjalan melewati pintu utama di depan gedung, Carver memilih lewat jalan itu. Namun langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang berseragam office boy yang tengah membawa sebuah box berukuran cukup b
Tak bisa dipungkiri, Carver berbalik ke arah bersembunyi di balik pintu agar seorang lelaki yang dilihatnya tengah melintas tidak jauh di depannya, tidak melihat keberadaannya. "Jangan sampai lelaki cerdas bagai mata-mata itu mengetahui keberadaanku," gumam Carver. Carver mengusap peluh di wajahnya yang mengalir dari sudut kening, suasana panas terasa meski tempat di gedung itu memiliki beberapa pendingin yang nyala meski tak sebanyak di bagian aulanya. Beberapa orang yang melintasi Carver, tak ada henti-hentinya menatap dirinya tanpa henti karena tingkah Carver yang sangatlah aneh seperti sedang bersembunyi dari seseorang. Sesekali Carver menatap ke arah tempat berlalunya Richard, dan kini
Sedangkan ketiga pengaman lainnya mendekat dan menatap kartu itu dengan tatapan semakin yakin jika lelaki muda yang berdiri dengan pakaian setelan formal itu baru saja melakukan misi mencuri milik seseorang. "Jika anda tidak marah, saya akan jujur jika kartu itu milik ...," "Milik siapa?" tanya ketua pengaman yang sudah tidak sabar. "Itu kartu milik saya! Pemberian dari seseorang, jadi tolong kembalikan kartu itu!" ucap Carver sembari mencoba mengambil kartu dan dompet yang dibawa oleh ketua pengaman itu. "Eits, mana mungkin ada orang yang memberikan barang selangka ini secara cuma-cuma." Lelaki ketua pengaman kemudian menatap ke arah ketiga anak buah yang berdiri di tempat itu. "Kita
"Kenapa anda menamparku dua kali? Apa salahku Bu Jesper?" tanya ketua pengaman sembari mengusap kedua pipinya secara bergantian. "Apa kamu tidak lihat siapa lelaki yang kamu anggap sebagai pencuri? Dia adalah Tuan Carver! Carver Leopard! Putra tunggal Tuan Jackson Leopard!!" Seketika ketua pengaman dan ketiga lelaki pengaman lainnya membelalakkan mata. Tidak menyangka jika lelaki muda yang meraka tuduh adalah putra bos pemilik gedung itu. "Apa? Ta-tapi kenapa lelaki muda ini tidak pernah memperlihatkan wujudnya bersama Tuan Jackson? Apa dia ...," tanya ketua pengaman sembari menuding tak sopan ke arah Carver. "Jaga bicaramu! Dia adalah putra pemilik gedung ini, apa kalian semua ingin
Ini semua karena ada seseorang yang dikenalnya dan Carver tidak ingin identitasnya saat ini diketahui oleh mereka, yaitu ayahnya sendiri. "Kurang ajar kamu! Beraninya melakukan ini, apa kamu tidak tau siapa aku, hah? Aku adalah ketua pengaman gedung sebesar ini!" teriak lelaki pengaman menggelegar. TOK! TOK! TOK "Ada keributan apa ini? Buka pintunya!" Teriak seseorang wanita dari luar ruangan itu. Seketika ketua pengaman mengalihkan pandangan matanya ke arah sumber suara itu. Semua menatap ke arah sumb
"Sebenarnya tidak hanya para pelaku sesungguhnya saja yang mereka perlakukan seperti kamu, Tuan Carver. Tapi tak sedikit yang terjadi seperti apa yang kamu alami karena para pengaman bodoh khusunya pengaman di gedung lantai tiga ini terlalu banyak mencurigai orang-orang yang sedikit terlihat mencurigakan bagi mereka," timpal sekretaris Jesper sebelum ketua pengaman mengucapkan sesuatu. "Tapi kami hanya menjalankan tugas sebagai petugas keamanan. Kami sebagai pengaman kejahatan di gedung ini, akan selalu menjaga seluruh gedung ini dari orang-orang yang ingin mencuri atau berbuat ulah, Tuan Carver," ucap ketua pengaman dengan tubuh bergetar. "Tapi kalian terlalu berlebihan, orang yang tidak melalukan hal seperti yang kalian pikirkan, menjadi korbannya, bagaimana jika mereka mereka adalah tamu seperti ...." Hampir saja C
Beberapa dari para wanita itu masih ada yang memberi senyuman tanpa diketahui apa maksud dari senyuman itu. "Sekretaris Jesper, sepertinya tidak ada keperntingan apapun, jadi aku bisa meninggalkan tempat ini sekarang?" ucap Carver berniat meninggalkan tempat yang kini di penuhi oleh para wanita asing yang baru dilihatnya di gedung itu. Sekretaris Jesper segera meletakkan cangkir kopi panasnya ke atas meja, mulutnya yang masih menahan seteguk kopi dingin segera ditelannya. "Apa Tuan Carver tidak ingin duduk sebentar bersama para wanita yang tidak lain adalah bagian dari aset milikmu?" tanya sekretaris Jesper. "Aset? Wanita aset perusahaan? Apa maksudmu?" tanya Carver yang tak jadi berd