Terlambat. Iptu Arman dengan Leonal sudah berada tepat di belakang mereka berdua saat ini, karena Ricko ternyata juga sudah menceburkan dirinya ke dalam kolam untuk membantu tuan presdirnya.
“Kalian berdua mau lari ke mana?!”
Terdengar suara Iptu Mario berseru kencang. Bersamaan dengan itu, Iptu Mario bersama Leonal langsung mencekal kedua tangan Claudia dan juga Siska dengan cepat.
Iptu Mario langsung memborgol tangan Claudia dan lalu memborgol tangan Siska yang juga sudah tidak bisa berkutik sama sekali.
Semua para tamu terlihat langsung berlari keluar ketika melihat kasak-kusuk yang sudah terjadi di depan sana, termasuk Madam Donna, Benny, dan tuan Andi juga. Dan begitu mereka keluar ke depan sana, mata Madam Donna langsung membelalak ketika melihat tangan putri kesayangannya telah diborgol sedemikian rupa.
“Ini ada apa?”
“Apa yang terjadi?!&rd
Tidak. Joandra tidak mengeluarkan suaranya sama sekali. Tapi pandangan yang menghunus itu membuat Iptu Mario segera menyeret kedua wanita itu pergi bersama dengan anggotanya.Madam Donna tak berani bersuara. Mulut wanita paruh baya yang biasanya itu selalu berkicau bagaikan burung murai itu tidak bertanya atau bahkan memohon untuk putri sulungnya saat ini. Ya, Madam Donna melihat dengan jelas semuanya. Dan sinar tajam mata Joandra barusan seakan memperingatkannya bahwa saat ini putri sulungnya itu sedang dalam keadaan yang tidak akan terselamatkan lagi.Joandra segera berdiri sambil membopong tubuh Jessica yang masih terus terbatuk-batuk. Kedua mata gadis kecilnya itu masih terpejam begitu erat.Sepertinya saat ini gadisnya itu sedang menahan rasa sakit yang sangat, yang sudah membuat tubuhnya merasa begitu tak nyaman.Benny maju ingin membantu Joandra menggendong Jessica ketika matanya melihat ada noda darah dari lengan atas bagian kiri mantan adik iparnya yang sudah terlihat begitu
Joandra yang sejak tadi sudah menahan rasa kesalnya terhadap abang iparnya itu, langsung bergerak cepat memegang tangan Jessica dan menepis lengan Benny yang sejak tadi terus memegang lengan gadis pujaan hatinya itu. Selama menjadi adik ipar pria itu, Joandra belum pernah melihat kebaikan Benny terhadap Jessica. Dan keadaan saat ini membuat perasaan Joandra menjadi galau sendiri. Meski Joandra tahu Benny adalah abang dari Jessica, tapi dia tetap tak bisa terima ada tangan pria lain yang memegang gadisnya.“I-iya. Lagian Jessica nggak kenapa-napa. J-Jessica hanya lelah dan ingin istirahat saja.”“Beneran kamu nggak kenapa-napa? Abang benar mengkhawatirkanmu.”Kembali Benny berkata dengan nada pelannya sambil mengusap kening Jessica, membuat kening Joandra mengkerut hebat.“Apa-apaan kamu? Sejak kapan kamu mengkhawatirkan Jessica seperti ini?!” kesal Joandra menahan lengannya agar tak menonjok pria yang dulu dan nantinya
“Jess? Kamu kenapa?!” seru Joandra setelah dia berlari ke arah toilet, dan melihat gadis kecilnya sedang berkumur di sana.Jessica yang mendengar suara Joandra segera menoleh ke arah pria tersebut. Melihat wajah Jessica yang basah Joandra spontan menyambar beberapa helai tissue dari kotak tissue yang ada di sana dan langsung mengelap mulut gadis kecilnya.Joandra lalu memencet tombol closet dan kembali melihat ke arah Jessica.“Kenapa bisa muntah? Apa Jessica baik-baik saja?” tanpa Joandra panik sambil memegang lengan Jessica.“Gak tau juga Bang. Rasanya mual aja. Tapi sekarang nggak lagi,” ujar Jessica pelan sambil berjalan keluar, karena saat ini Joandra sudah mengambil alih botol infus yang tadi dipegangnya.“Kalau begitu aku akan panggilkan Dokter ke sini,” Joandra berkata cemas.“Nggak perlu. Abang tolong ambilkan air hangat boleh? Tenggorokan Jessica terasa sakit,” ujar Jessic
Joandra meringis sambil memegangi sebelah pangkal lengan kekarnya yang tadinya sudah robek kembali dan baru selesai dijahit lagi.“Kenapa Abang mencium Jessica seperti itu?! Hikss, hikss, hiksss.”Jessica berkata sambil menangis pilu. Mengungkapkan perasaan kacaunya saat ini akibat Joandra yang sudah mengambil kecupan pertamanya dengan tanpa diduganya sama sekali.“Jessica yang menantang Abang kan? Bukankah tadi Abang sudah memperingatkan Jessica?!” tanya Joandra gusar sambil menahan rasa sakit di lengannya. Jantungnya itu masih belum bisa berdetak normal lagi sejak dia melumat bibir yang sangat manis dan lembut, yang selalu dibayangkannya selama ini.Ini memang adalah yang pertama kali bagi mereka berdua.Joandra lalu berjalan mengitari ranjang sambil terus memegang pergelangan tangannya.“Arghh!”Joandra kembali meringis sambil menghempaskan tubuhnya di samping Jessica dengan sedikit kencang
Dengan posisi seperti sedang mendekap bantal gulingnya yang empuk, Joandra mulai memejamkan matanya. Membiarkan sesuatu miliknya yang menegang di bawah sana, menegang hingga kelelahan dan tertidur dengan sendirinya.Pagi mulai menjelang. Joandra dan Jessica yang tertidur begitu nyenyaknya, langsung terbangun saat mendengar suara ketukan di kamar pintu rawat inap vvip tersebut.Tok! Tok!Joandra membuka matanya seketika, sama seperti Jessica. Betepa kagetnya Joandra saat menyadari tangannya sedang berada di depan dada Jessica, dan menggenggam sebuah gumpalan yang berisi itu dengan sebelah telapak tangannya.Joandra segera memindahkan tangannya ke arah bawah dengan gerakan kilat. Lalu menurunkan wajahnya ke arah bawah melihat ke arah Jessica.Tap!Mata mereka berdua kembali bertemu pada satu titik. Dan Jessica tampak membelalakkan matanya.“Abang, ada yang datang!” panik Jessica ingin segera bangkit dari sana.&
Joandra yang kaget langsung membopong tubuh Jessica tanpa menghiraukan lagi lengannya yang baru saja selesai diperban oleh dokter Hendra, dan itu membuat Ricko dan Hendra segera berjalan mendekat ke arah ranjang di mana Joandra membaringkan Jessica.“Nona Muda sesak?! Jangan berbicara lagi, saya akan memasang Nebulizer sekarang! Tuan Ricko, tolong panggilkan Dokter yang menangani Nona Muda semalam!”Hendra yang melihat keadaan darurat itu segera mengambil peralatan yang memang sudah disediakan di ruangan itu dan langsung memasangkannya dengan cepat, sambil terus berkata memerintahkan Ricko.Ya, sebagai seorang dokter, dia tahu apa yang sedang terjadi dengan Jessica saat ini dan dia juga tanggap menanganinya dengan cepat sebelum dokter yang menangani Jessica tiba di sana. Dia memang seorang Dokter, tapi sebagai seorang dokter dia juga tahu batasannya di sana apa lagi di sana Jessica memang sedang di tangani oleh dokter spesialis karena keadaan yang menimpa wanita itu semalam.“Tenang y
“Hah? Eh, i-iya. Maaf ya membuat Abang Joan tak bisa menemani Fany. N-nanti biar Abang pulang saja, kakak bisa kok sendirian di sini,” kata Jessica yang mulai paham jika Joandra terlihat serba-salah akibat kemarahan adiknya saat ini.Mendengar Joandra merayu hingga mengatakan dirinya akan menangis tadi, Jessica langsung bisa merasakan seberapa dalamnya Joandra menyayangi adik perempuannya itu. Dia salut melihat joandra bisa begitu menyayangi adiknya dan selalu menurutinya hingga sedemikiannya. Padahal dia tak pernah menuntut apa pun selama ini, bahkan abangnya tak pernah memperlakukan dirinya sedikit lebih baik saja.“Eh jangan dong! Abang harus jagain Kakak Ipar di sana. Fany akan menjenguk Kakak Ipar sebentar lagi. Tungguin Fany ya, Fany mau makan dan bersiap-siap. Sampai ketemu nanti,” ujar Fany dengan suaranya yang terdengar begitu menggebu dan langsung memutuskan panggilan itu.Joandra tersenyum melihat adik kesayangannya kini malah lebih care dengan Jessica dari pada dirinya. Se
Suara itu kembali menggelegar dan membuat jantung Jessica semakin berdentum di dalam sana. Bibir Jessica terlihat sedikit memucat, dan itu membuat Joandra segera berdiri dan berjalan ke arah Jessica.“Jessica Sayang ... apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa kamu malah melaporkan Claudia seperti itu Sayang?”Saat ini ponsel Madam Donna sudah berpindah tangan, ternyata kali ini Madam Donna langsung memberikan ponselnya pada suaminya yang sejak tadi mendengarkan semua pembicaraan putri bungsu dan istrinya itu dengan begitu jelas, karena suara panggilan itu sudah pun di loundspeakerkan oleh Madam Donna sejak awal.Melihat Joandra sudah berjalan ke arahnya, Jessica segera menghindar dan kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya. Pemandangan itu membuat Joandra mengkerutkan keningnya. Akhirnya Joandra hanya diam dan kembali berjalan ke arah sofa di ruang tengah lantai dua, dan kembali duduk di sana dengan pikirannya yang mulai berkelana.“J
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl