"Good Morning ...."
Ariel dikejutkan dengan penampakan setangkai bunga yang ada di hadapannya. Ia kemudian menoleh dan mendapati pemuda yang kemarin menembaknya sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum lebar."Bunga cantik untuk wanita paling cantik!" kata Samuel. Ia menyodorkan setangkai bunga mawar kepada Ariel.Ariel menghembuskan nafas panjang. Ia kira ucapan uang dikatakan oleh laki-laki itu kemarin hanyalah sebuah bualan belakan. Namun, nyatanya laki-laki itu datang kembali membuktikan ucapannya."Kenapa? Tidak suka?" tanya Samuel ketika Ariel hanya diam menatap bunga pemberiannya tanpa berniat untuk mengambilnya."Baiklah, aku akan memberikan yang paling bagus untukmu, besok pagi. Sekarang terima ini dulu!" kata Samuel sambil menyodorkan bunga yang dibawanya.Ariel mengerenyitkan kening. Ia menatap Samuel dengan tatapan penuh tanya."Apa kamu selalu ke mari di pagi hari?" tanya Ariel.Samuel menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tak lupa ia membuka mulutnya lebar-lebar dan memperlihatkan deretan gigi putihnya yang berjajar rapi."Apa kamu tidak pernah tahu jika aku ke mari?" tanya Samuel."Tidak!" jawab Ariel dengan jujur. Ia berlalu melewati Samuel dan membiarkan bunga itu menggantung di tangan Samuel tanpa berniat mengambilnya."Hati sungguh terluka mendengar ucapanmu!" terang Samuel yang saat ini memegangi dadanya seolah hatinya sedang sakit.Samuel membuntuti Ariel dari belakang. Ia sama sekali tak patah arang walaupun wanita itu tak meladeninya dan terkesan dingin."Apa kamu seperti ini kepada semua pria?" tanya Samuel kepada Ariel yang saat ini sudah berdiri di depannya.Ke duanya di pisahkan oleh etalase kaca sebagai pembatas. Ariel juga terlihat sibuk menata beberapa kue untuk di masukkan ke dalam etalase."Tergantung," jawab Ariel singkat."Tergantung? Kenapa tergantung?" cecar Samuel penasaran. Selama ini tak ada wanita yang tak ingin dekat dengannya. Tampan, tak perlu diragukan lagi. Masalah uang dan pekerjaan, dia juga tak kekurangan sama sekali. Dia memiliki beberapa cabang restoran yang cukup terkenal di beberapa kota.Ariel menghembuskan nafasnya kasar. Lelah juga terus-terusan di cecar pertanyaan oleh laki-laki di depannya saat ini."Apa kamu tidak ingin memesan sesuatu?" tanya Ariel.Matanya menatap buku menu agar Samuel mau membeli sesuatu di cafe milikinya. Ini masih pagi dan belum ada pelanggan yang datang, tapi dia harus mendapatkan pelanggan seperti Samuel yang menurutnya cukup mengganggu."Aahh ... tentu! Aku akan memesan!" sahut Samuel.Tangannya kini sudah meraih buku menu yang ada di depannya, sedangkan matanya terlihat naik turun melihat daftar menu. Meski sudah lama datang ke cafe miliki Ariel, Samuel tetap tak hafal apa saja menu yang ada di cafe tersebut."Aku ingin coffe late dan juga roti coklat!" kata Samuel yang kembali menebarkan senyum manisnya."Baiklah, silahkan di tunggu!" jawab Ariel.Ariel menepuk pundak salah satu pegawainya untuk membuatkan minuman dan makanan yang dipesan oleh Samuel."Aku ingin kamu yang membuatkannya untukku!" pinta Samuel saat melihat Ariel hendak beranjak pergi entah ke mana.Ariel menghentikan langkahnya. Setelah mengatakan pesanan Samuel kepada pelayanan, sebenarnya dia ingin pergi ke atas untuk beristirahat. Cafe miliki memang memiliki 2 lantai. Di mana lantai satu adalah tempat para pengunjung untuk duduk-duduk sambil menikmati minuman dan juga makanan yang disediakan di cafenya. Sementara lantai 2 memang sengaja dia bangun untuk tempatnya istirahat jika merasa lelah atau pun tak ingin pulang."Apa tidak bisa?" tanya Samuel saat Ariel menunjukkan wajah kesalnya.Tanpa banyak bicara Ariel segera mengambil cup yang akan diisi pesanan Samuel. Ia meracik sendiri cafe latte, sesuai permintaan laki-laki menyebalkan yang ada di depannya ini. Tak lupa juga Ariel mengambil piring kecil untuk diisi roti coklat pesanan Samuel."Ini!" ucap Ariel sambil menyodorkan minuman plus makanan yang dipesan oleh Samuel."Tunggu!" kata Samuel. Dia dengan cepat meraih tangan Ariel saat wanita itu hendak pergi meninggalkannya."Apa kita tidak bisa berbicara dengan enak dan santai?" tanya Samuel penuh harap.Sudah hampir 3 bulan ini dia selalu mengamati dan berkunjung ke cafe miliki Ariel. Dia tak pernah seperti ini biasanya kepada seorang wanita. Namun, melihat tingkah laku dan sikap Ariel yang begitu ramah kepada para pelanggannya membuat dirinya mulai tertarik dengan wanita yang berstatus sebagai janda itu."Samuel, aku tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu! Lebih baik kamu melupakan aku dan mencari wanita lain, oke!" jawab Ariel yang sudah sejak awal mendirikan tembok pembatas yang begitu tinggi untuk laki-laki itu."Kenapa?" tanya Samuel yang kembali mencoba menahan tangan Ariel di saat wanita itu memberontak ingin melepaskan genggamannya.Ariel memejamkan matanya. Melihat penampilan Samuel, dia tahu dengan jelas jika laki-laki di hadapannya ini adalah anak dari keluarga berada. Dia tak ingin lagi mengulang kesalahan dengan cara merajut tali kasih yang menyebabkan keluarganya dihina. Cukup satu kali dia direndahkan oleh mantan mertuanya dulu. Tak hanya itu dengan statusnya sebagai janda, dia begitu yakin jika pihak keluarga Samuel nantinya akan menolak mentah-mentah hubungan ke duanya. Ini sudah sering terjadi dan dia tak menyukai itu."Apa di matamu aku bukan laki-laki baik-baik?" tanya Samuel lagi saat Ariel hanya diam."Berapa usiamu?" timpal Ariel."25 tahun. Kenapa?" jawab Samuel sedikit bingung. Ia tak tahu kenapa Ariel mendadak menanyakan usianya.Samuel dapat melihat seringai di bibir Ariel ketika ia menjawab tentang umurnya."Kenapa? Apa ada yang salah dengan umurku?" cicit Samuel."Dengarkan aku Samuel, kamu terlalu muda untuk jatuh cinta kepadaku! Lebih baik kamu mencari wanita lain!" usul Ariel. Dia kemudian menghempaskan tangan Samuel dengan begitu keras, hingga tangan kekar itu terlepas dari tangannya."Bukankah cinta tidak mengenal usia!" teriak Samuel, saat Ariel hendak meninggalkannya lagi.Ariel berbalik, lagi-lagi langkahnya harus terhenti karena ucapan Samuel dan tatapan para pegawainya."Katakan padaku, berapa umurmu!" Todong Samuel. Ia menatap dengan berani Ariel yang saat ini terlihat jengah dengannya."30 tahu!" jawab Ariel dengan jujur.Ariel melipat ke dua tangannya di atas dada. Melihat sejenak reaksi Samuel yang tak terlihat gentar sama sekali. Di mata laki-laki itu masih terlihat jelas, keinginannya yang menggebu-gebu untuk bisa menjalin kasih dengannya."Samuel, dengarkan aku! Aku adalah seorang janda ....""Lalu kenapa jika kamu janda ...." potong Samuel dengan cepat."Kamu mungkin belum tahu, tapi aku sudah banyak melewati hal seperti ini. Menyandang status seperti diriku ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Kamu harus siap dilihat serta dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Dan apa yang paling menyedihkan dari itu semua. Para orang tua laki-laki yang berusaha mendekatiku, selalu menatapku sebelah mata. Di mata mereka berhubungan dengan seorang janda adalah sebuah aib!" ujar Ariel dengan suara menggebu-gebu."Dan aku berbeda dari mereka! Aku tidak akan membiarkan orang lain memandangmu remeh, termasuk keluargaku!" terang Samuel penuh janji.Ariel hanya tersenyum simpul mendengar apa yang dikatakan oleh Samuel. Sudah terlalu banyak janji dan ucapan seperti itu yang dia dengar, tapi dari semua itu tak ada yang benar-benar menunjukkan keseriusannya."Aku akan membawa mamahku ke mari. Akan ku tunjukkan kepadamu jika aku berbeda!" kata Samuel saat melihat senyuman penuh keraguan dari Ariel."Loh ... kamu tidak ke cafe, Ril?" tanya Dina–mamah Ariel.Ariel tersenyum menatap mamahnya. Hari ini dia sedang tak ingin pergi ke cafe. Entah kenapa hari-harinya terasa sepi sejak beberapa minggu ini. Lebih tepatnya sejak Samuel tak lagi berkunjung ke cafenya, setelah memberikan janji manis. "Ariel sedang malas, Mah! Lelah juga setiap hari ke cafe," terang Ariel.Dina mengulas senyum mendengar jawaban dari putrinya. Ia cukup senang karena sekarang Ariel tak lagi murung seperti 5 tahun yang lalu. Putrinya itu juga lebih banyak memiliki teman saat ini, dari pada dulu."Bagaimana kalau kamu ikut Mamah?" ajak Dina."Ke mana?" sahut Ariel yang masih asik menikmati senja di sore ini. Seharian tadi dia hanya rebahan di atas ranjang sambil memikirkan sesuatu yang tidak penting."Acara pertunangan anaknya teman, Mamah!" terang Dina. Dia berharap jika putrinya bisa ikut bersamanya. "Kamu mau ya ...?" imbuh Dina saat putrinya hanya diam saja."Siapa tahu nanti kamu bisa bertemu dengan panger
"Ariel!"Ariel memutar bola matanya jengah. Ia malas melihat laki-laki penipu seperti Samuel. Mengucap kata-kata manis nan memabukkan tapi nyatanya kosong dan tak bertanggung jawab.Ya ....Laki-laki memang sama, suka menuai janji indah tapi pada akhirnya menyakitkan hati. "Ril, kita perlu bicara!" kata Samuel.Ariel menatap tak suka tangan Samuel yang saat ini mengenggam pergelangan tangannya. Setelah berminggu-minggu hilang dan ditemukan bertunangan dengan wanita lain, kini dia kembali seolah tanpa dosa."Bicara? Bicara apa, Sam? Apa kita saling mengenal sebelumnya. Jangan membuatku tertawa dengan sikapmu saat ini." Ketus Ariel.Samuel menghela nafasnya. Entah apa yang terjadi pada wanita di depannya saat ini. Semalaman ia dibuat tak bisa tidur hanya karena kata-kata menusuk yang diucapkannya tadi malam. "Apa kamu marah karena aku tak datang ke mari hampir 2 minggu ini?" tanya Samuel yang mencoba menebak penyebab kemarahan Ariel.Ariel menarik sudut bibirnya. Merasa lucu dengan ap
"Loh ... tumben Ril, jam segini sudah pulang."Uhuk .... Uhuk ....Ariel yang sedang menenggak air mineral seketika tersedak saat mendengar suara sang mamah yang tiba-tiba saja muncul seperti hantu.Dengan mata menyipit Ariel, menatap mamahnya yang membawa barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya."Mah, Ariel carikan pembantu ya?" tawar Ariel yang saat ini sudah mengambil alih barang belanjaan mamahnya lalu mengeluarkan segala isi yang ada di dalam kantong plastik merah besar itu."Kamu ini mirip sama papah kamu. Dengar ya, Mamah ini masih kuat jalanin semua tugas ini. Buat apa ada pembantu kalau tidak benar-benar dibutuhkan!" sahut Dina. Ia juga mulai mengeluarkan semua belanjaan yang dia beli dari pasar. Dipisah-pisahkannya barang yang perlu dicuci dan tidak.Ariel hanya mendesah pasrah mendengar jawaban dari sang mamah. Wanita berusia 56 tahun itu memang selalu menolak keinginannya untuk mencarikan pembantu. "Kemarin kamu ke mana? Mamah cariin muter-muter kamu tidak ada." Dina
“Jadilah kekasihku!”Ariel mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa ada yang aneh dengan pria di depannya ini. Laki-laki tampan itu tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja menyatakan cinta kepadaya. Mereka bahkan tak saling mengenal sebelumnya.“Maaf ... apa saat ini anda sedang ingin berlatih menyatakan cinta dengan saya?” tanya Ariel. Hanya hal itu yang masuk dalam logikanya saat ini, karena tak sedikit anak-anak muda yang menjadikan cafenya ini tempat untuk menyatakan cinta.Bukannya menjawab kini laki-laki itu malah mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ariel. Melihat Arie yang hanya menatap tangannya, laki-laki tersebut langsung meraih tangan Ariel untuk menerima jabatan tangannya.“Perkenalkan, namaku Samuel! Kamu bisa memanggilku Sam,” terang laki-laki yang mengaku bernama Samuel tersebut.Ariel hanya tersenyum kaku mendengar apa yang dikatakan oleh Samuel. Entah dari mana laki-laki itu bisa mengenalnya dan berakhir menyatakan cinta kepadanya.“Aahh ... da
"Loh ... tumben Ril, jam segini sudah pulang."Uhuk .... Uhuk ....Ariel yang sedang menenggak air mineral seketika tersedak saat mendengar suara sang mamah yang tiba-tiba saja muncul seperti hantu.Dengan mata menyipit Ariel, menatap mamahnya yang membawa barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya."Mah, Ariel carikan pembantu ya?" tawar Ariel yang saat ini sudah mengambil alih barang belanjaan mamahnya lalu mengeluarkan segala isi yang ada di dalam kantong plastik merah besar itu."Kamu ini mirip sama papah kamu. Dengar ya, Mamah ini masih kuat jalanin semua tugas ini. Buat apa ada pembantu kalau tidak benar-benar dibutuhkan!" sahut Dina. Ia juga mulai mengeluarkan semua belanjaan yang dia beli dari pasar. Dipisah-pisahkannya barang yang perlu dicuci dan tidak.Ariel hanya mendesah pasrah mendengar jawaban dari sang mamah. Wanita berusia 56 tahun itu memang selalu menolak keinginannya untuk mencarikan pembantu. "Kemarin kamu ke mana? Mamah cariin muter-muter kamu tidak ada." Dina
"Ariel!"Ariel memutar bola matanya jengah. Ia malas melihat laki-laki penipu seperti Samuel. Mengucap kata-kata manis nan memabukkan tapi nyatanya kosong dan tak bertanggung jawab.Ya ....Laki-laki memang sama, suka menuai janji indah tapi pada akhirnya menyakitkan hati. "Ril, kita perlu bicara!" kata Samuel.Ariel menatap tak suka tangan Samuel yang saat ini mengenggam pergelangan tangannya. Setelah berminggu-minggu hilang dan ditemukan bertunangan dengan wanita lain, kini dia kembali seolah tanpa dosa."Bicara? Bicara apa, Sam? Apa kita saling mengenal sebelumnya. Jangan membuatku tertawa dengan sikapmu saat ini." Ketus Ariel.Samuel menghela nafasnya. Entah apa yang terjadi pada wanita di depannya saat ini. Semalaman ia dibuat tak bisa tidur hanya karena kata-kata menusuk yang diucapkannya tadi malam. "Apa kamu marah karena aku tak datang ke mari hampir 2 minggu ini?" tanya Samuel yang mencoba menebak penyebab kemarahan Ariel.Ariel menarik sudut bibirnya. Merasa lucu dengan ap
"Loh ... kamu tidak ke cafe, Ril?" tanya Dina–mamah Ariel.Ariel tersenyum menatap mamahnya. Hari ini dia sedang tak ingin pergi ke cafe. Entah kenapa hari-harinya terasa sepi sejak beberapa minggu ini. Lebih tepatnya sejak Samuel tak lagi berkunjung ke cafenya, setelah memberikan janji manis. "Ariel sedang malas, Mah! Lelah juga setiap hari ke cafe," terang Ariel.Dina mengulas senyum mendengar jawaban dari putrinya. Ia cukup senang karena sekarang Ariel tak lagi murung seperti 5 tahun yang lalu. Putrinya itu juga lebih banyak memiliki teman saat ini, dari pada dulu."Bagaimana kalau kamu ikut Mamah?" ajak Dina."Ke mana?" sahut Ariel yang masih asik menikmati senja di sore ini. Seharian tadi dia hanya rebahan di atas ranjang sambil memikirkan sesuatu yang tidak penting."Acara pertunangan anaknya teman, Mamah!" terang Dina. Dia berharap jika putrinya bisa ikut bersamanya. "Kamu mau ya ...?" imbuh Dina saat putrinya hanya diam saja."Siapa tahu nanti kamu bisa bertemu dengan panger
"Good Morning ...."Ariel dikejutkan dengan penampakan setangkai bunga yang ada di hadapannya. Ia kemudian menoleh dan mendapati pemuda yang kemarin menembaknya sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum lebar."Bunga cantik untuk wanita paling cantik!" kata Samuel. Ia menyodorkan setangkai bunga mawar kepada Ariel.Ariel menghembuskan nafas panjang. Ia kira ucapan uang dikatakan oleh laki-laki itu kemarin hanyalah sebuah bualan belakan. Namun, nyatanya laki-laki itu datang kembali membuktikan ucapannya."Kenapa? Tidak suka?" tanya Samuel ketika Ariel hanya diam menatap bunga pemberiannya tanpa berniat untuk mengambilnya."Baiklah, aku akan memberikan yang paling bagus untukmu, besok pagi. Sekarang terima ini dulu!" kata Samuel sambil menyodorkan bunga yang dibawanya.Ariel mengerenyitkan kening. Ia menatap Samuel dengan tatapan penuh tanya."Apa kamu selalu ke mari di pagi hari?" tanya Ariel.Samuel menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tak lupa ia membuka mulutnya lebar-lebar da
“Jadilah kekasihku!”Ariel mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa ada yang aneh dengan pria di depannya ini. Laki-laki tampan itu tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja menyatakan cinta kepadaya. Mereka bahkan tak saling mengenal sebelumnya.“Maaf ... apa saat ini anda sedang ingin berlatih menyatakan cinta dengan saya?” tanya Ariel. Hanya hal itu yang masuk dalam logikanya saat ini, karena tak sedikit anak-anak muda yang menjadikan cafenya ini tempat untuk menyatakan cinta.Bukannya menjawab kini laki-laki itu malah mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ariel. Melihat Arie yang hanya menatap tangannya, laki-laki tersebut langsung meraih tangan Ariel untuk menerima jabatan tangannya.“Perkenalkan, namaku Samuel! Kamu bisa memanggilku Sam,” terang laki-laki yang mengaku bernama Samuel tersebut.Ariel hanya tersenyum kaku mendengar apa yang dikatakan oleh Samuel. Entah dari mana laki-laki itu bisa mengenalnya dan berakhir menyatakan cinta kepadanya.“Aahh ... da