"Ariel!"
Ariel memutar bola matanya jengah. Ia malas melihat laki-laki penipu seperti Samuel. Mengucap kata-kata manis nan memabukkan tapi nyatanya kosong dan tak bertanggung jawab.Ya ....Laki-laki memang sama, suka menuai janji indah tapi pada akhirnya menyakitkan hati."Ril, kita perlu bicara!" kata Samuel.Ariel menatap tak suka tangan Samuel yang saat ini mengenggam pergelangan tangannya. Setelah berminggu-minggu hilang dan ditemukan bertunangan dengan wanita lain, kini dia kembali seolah tanpa dosa."Bicara? Bicara apa, Sam? Apa kita saling mengenal sebelumnya. Jangan membuatku tertawa dengan sikapmu saat ini." Ketus Ariel.Samuel menghela nafasnya. Entah apa yang terjadi pada wanita di depannya saat ini. Semalaman ia dibuat tak bisa tidur hanya karena kata-kata menusuk yang diucapkannya tadi malam."Apa kamu marah karena aku tak datang ke mari hampir 2 minggu ini?" tanya Samuel yang mencoba menebak penyebab kemarahan Ariel.Ariel menarik sudut bibirnya. Merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh Samuel yang sayangnya tidak seratus persen salah. Bodoh memang dirinya karena bisa dengan mudah termakan kata-kata manis laki-laki itu."Marah? Memangnya ada hubungan apa kita, sehingga aku harus marah karena kamu tak datang menemuiku!" sungut Ariel."Lalu kenapa kamu terlihat ketus sejak semalam. Kamu juga membandingkan aku dengan laki-laki yang saat itu sedang bersamamu." Selidik Samuel dengan kening mengkerut."Aku tidak membandingkan kalian. Memang kenyataannya begitu. Kamu dan dia memang sama! Sama-sama penipu!" umpat Ariel yang kemudian pergi meninggalkan Samuel, masuk ke dalam cafenya.Samuel yang belum bisa meluluhkan hati Ariel, segera menyusul dara cantik berbadan sekal itu. Saat masuk ke dalam cafe milik Ariel, Samuel mendaratkan pandangannya ke semua penjuru tempat. Di sana dia melihat Ariel sedang tertawa riang dengan seorang pria, tapi kali ini pria itu bukanlah pria yang kemarin malam.Samuel meremas tangannya. Ia kesal, kenapa banyak sekali laki-laki dalam lingkaran Ariel. Membuatnya naik pitam saja. Wanita itu memang cantik. Kulitnya putih bersih. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, tapi padat. Tak heran jika banyak laki-laki yang memujanya, termasuk dia."Aril!" panggil Samuel dengan nada kurang bersahabat.Ariel yang tahu siapa yang saat ini ada di belakangnya, menoleh menatap Samuel dengan ogah-ogahan. Ia paling malas jika harus berhadapan dengan penipu seperti Samuel."Kita perlu bicara!" sambung Samuel.Ariel melipat tangannya di atas dada. Ia mengalihkan sejenak perhatiannya pada teman prianya yang sedang berkunjung ke cafe milikinya."Bicara apa?!" sungut Ariel."Siapa dia?" tanya Samuel menuntut. Matanya menatap tak suka kepada laki-laki yang ada di belakang Ariel."Aku rasa kamu tidak memiliki hak untuk tahu siapa laki-laki ini!" jawab Ariel dengan ketus."Aahh ... dan aku rasa kita perlu memperjelas hubungan di antara kita," imbuh Ariel. Dia tak ingin melihat Samuel terus merecoki hidupnya sementara laki-laki itu sudah memiliki wanita lain yang mungkin saja akan dinikahinya dalam waktu dekat ini.Kening Samuel mengkerut mendengar apa yang diucapkan oleh Ariel. Mendadak hatinya merasa gusar karena memikirkan hal yang tidak diinginkannya. Apa lagi melihat sikap Ariel yang begitu ketus dan dingin kepadanya sejak kemarin malam."Aku rasa kita tak perlu bertemu lagi!" ungkap Ariel.Dan benar saja, baru mendengar beberapa kalimat pembuka dari Ariel. Samuel merasa jika firasatnya mengenai sesuatu hal yang buruk, memang akan terjadi setelah ini."Tunggu dulu! Kenapa kamu memutuskan sesuatu hal secara sepihak!" potong Samuel. Dia tak ingin mendengar lagi kata-kata lebih buruk dari pada ini."Sepihak?" ulang Ariel. "Ini bukan sepihak, Sam! Dan aku rasa ini adalah yang terbaik untuk kita semua. Aku, kamu dan tunanganmu itu!" jelas Ariel."Tunangan?" tanya Samuel dengan kening mengkerut. "Kapan aku bertunangan, huh?" imbuhnya yang masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh Ariel saat ini.Ariel tersenyum mendengar ucapan Samuel. Semua laki-laki memang sama, tak akan pernah mau mengakui kesalahan apa pun yang mereka perbuat."Ril, sungguh aku sama sekali tidak bertunangan dengan siapa pun. Seperti yang kamu sangkakan!" ucap Samuel yang saat ini mencoba untuk menjelaskan semuanya. Ada kesalahpahaman di antara mereka berdua saat ini."Sudahlah, Sam! Kamu tidak perlu menutupi semuanya. Aku sendiri sudah melihatnya dengan jelas! Aku tidak akan marah karena kamu mengingkari janji yang kamu buat. Justru aku akan marah, jika kamu terus bersikap seperti ini!" tegas Ariel."No! Aku sama sekali tidak menutupi apa pun, Ril, sungguh. Dan tentang janjiku itu, aku minta maaf karena belum bisa membuktikannya. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini!" ungkap Samuel."Tentu saja kamu sibuk. Bukankah kamu harus menyiapkan segala keperluan pertunangan kalian, jadi tidak heran jika kamu tidak bisa membuktikan ucapanmu itu kepadaku!" tuduh Ariel. Apa yang Ariel dengan dari dua orang wanita yang ada di pesta tadi malam, cukup menjelaskan kepadanya bahwa Samuellah orang yang akan bertunangan do gedung mewah tersebut."Astaga, Ariel! Harus bagaimana aku mengatakannya. Aku sama sekali tidak bertunangan. Sungguh ...," ujar Samuel mulai sedikit frustasi karena tak juga bisa menemukan cara untuk membuktikan perkataannya."Cukup, Sam! Kamu tidak perlu mengelak terus. Aku jelas-jelas melihatnya sendiri. Semalam telingaku yang masih berfungsi dengan baik ini, mendengar beberapa cuitan dari wanita-wanita yang hadir di pesta itu! Awalnya aku mencoba untuk beranggapan jika itu bukan kamu, tapi saat melihat kehadiranmu semalam, semua prasangka baikku seketika menghilang. Kamu dan mantan suamiku sama saja! Sama-sama penipu!" ungkap Ariel dengan menggebu-gebu.Salahkan saja dirinya yang terlalu bodoh karena mudah terpengaruh dan percaya kepada laki-laki yang bahkan belum genap satu bulan dikenalnya itu."Astaga ...," lirih Samuel saat mendengar ucapan dari Ariel.Ada kelegaan di hati Samuel saat ini. Rupanya wanita di depannya ini telah salah sangka. Semalam dia memang ada di acara pertunangan yang dihadiri oleh Ariel. Namun, bukan dia yang bertunangan melainkan sahabat karibnya. Dia memang diminta untuk datang dan menemani sang sahabat saat itu. Entah sudah memiliki firasat atau apa, ternyata pesta pertunangan itu tak berlangsung dengan baik. Laki-laki yang seharusnya datang malam itu, malah menghilang dan tak terlihat sama sekali batang hidungnya."Dengarkan aku, aku rasa kamu salah paham tentang semua ini. Aku ....""Sudah, Sam! Aku bilang cukup! Aku tidak ingin mendengar apa yang kamu katakan. Karena aku yakin, kamu pasti akan berusaha mengelak untuk saat ini. Aku cukup berterima kasih karena kamu sudah pernah memberikan rasa cintamu kepadaku, tapi sekali lagi, sebaiknya kit cukup akhiri semua sampai di sini karena aku sama sekali tidak mau menjadi orang ke tiga dalam hubungan seseorang!" potong Arel dengan cepat. Ia lantas pergi meninggalkan begitu saja Samuel yang masih terlihat ingin mengatakan sesuatu kepadanya."Loh ... tumben Ril, jam segini sudah pulang."Uhuk .... Uhuk ....Ariel yang sedang menenggak air mineral seketika tersedak saat mendengar suara sang mamah yang tiba-tiba saja muncul seperti hantu.Dengan mata menyipit Ariel, menatap mamahnya yang membawa barang belanjaan di tangan kanan dan kirinya."Mah, Ariel carikan pembantu ya?" tawar Ariel yang saat ini sudah mengambil alih barang belanjaan mamahnya lalu mengeluarkan segala isi yang ada di dalam kantong plastik merah besar itu."Kamu ini mirip sama papah kamu. Dengar ya, Mamah ini masih kuat jalanin semua tugas ini. Buat apa ada pembantu kalau tidak benar-benar dibutuhkan!" sahut Dina. Ia juga mulai mengeluarkan semua belanjaan yang dia beli dari pasar. Dipisah-pisahkannya barang yang perlu dicuci dan tidak.Ariel hanya mendesah pasrah mendengar jawaban dari sang mamah. Wanita berusia 56 tahun itu memang selalu menolak keinginannya untuk mencarikan pembantu. "Kemarin kamu ke mana? Mamah cariin muter-muter kamu tidak ada." Dina
“Jadilah kekasihku!”Ariel mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa ada yang aneh dengan pria di depannya ini. Laki-laki tampan itu tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja menyatakan cinta kepadaya. Mereka bahkan tak saling mengenal sebelumnya.“Maaf ... apa saat ini anda sedang ingin berlatih menyatakan cinta dengan saya?” tanya Ariel. Hanya hal itu yang masuk dalam logikanya saat ini, karena tak sedikit anak-anak muda yang menjadikan cafenya ini tempat untuk menyatakan cinta.Bukannya menjawab kini laki-laki itu malah mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ariel. Melihat Arie yang hanya menatap tangannya, laki-laki tersebut langsung meraih tangan Ariel untuk menerima jabatan tangannya.“Perkenalkan, namaku Samuel! Kamu bisa memanggilku Sam,” terang laki-laki yang mengaku bernama Samuel tersebut.Ariel hanya tersenyum kaku mendengar apa yang dikatakan oleh Samuel. Entah dari mana laki-laki itu bisa mengenalnya dan berakhir menyatakan cinta kepadanya.“Aahh ... da
"Good Morning ...."Ariel dikejutkan dengan penampakan setangkai bunga yang ada di hadapannya. Ia kemudian menoleh dan mendapati pemuda yang kemarin menembaknya sudah berdiri di belakangnya sambil tersenyum lebar."Bunga cantik untuk wanita paling cantik!" kata Samuel. Ia menyodorkan setangkai bunga mawar kepada Ariel.Ariel menghembuskan nafas panjang. Ia kira ucapan uang dikatakan oleh laki-laki itu kemarin hanyalah sebuah bualan belakan. Namun, nyatanya laki-laki itu datang kembali membuktikan ucapannya."Kenapa? Tidak suka?" tanya Samuel ketika Ariel hanya diam menatap bunga pemberiannya tanpa berniat untuk mengambilnya."Baiklah, aku akan memberikan yang paling bagus untukmu, besok pagi. Sekarang terima ini dulu!" kata Samuel sambil menyodorkan bunga yang dibawanya.Ariel mengerenyitkan kening. Ia menatap Samuel dengan tatapan penuh tanya."Apa kamu selalu ke mari di pagi hari?" tanya Ariel.Samuel menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tak lupa ia membuka mulutnya lebar-lebar da
"Loh ... kamu tidak ke cafe, Ril?" tanya Dina–mamah Ariel.Ariel tersenyum menatap mamahnya. Hari ini dia sedang tak ingin pergi ke cafe. Entah kenapa hari-harinya terasa sepi sejak beberapa minggu ini. Lebih tepatnya sejak Samuel tak lagi berkunjung ke cafenya, setelah memberikan janji manis. "Ariel sedang malas, Mah! Lelah juga setiap hari ke cafe," terang Ariel.Dina mengulas senyum mendengar jawaban dari putrinya. Ia cukup senang karena sekarang Ariel tak lagi murung seperti 5 tahun yang lalu. Putrinya itu juga lebih banyak memiliki teman saat ini, dari pada dulu."Bagaimana kalau kamu ikut Mamah?" ajak Dina."Ke mana?" sahut Ariel yang masih asik menikmati senja di sore ini. Seharian tadi dia hanya rebahan di atas ranjang sambil memikirkan sesuatu yang tidak penting."Acara pertunangan anaknya teman, Mamah!" terang Dina. Dia berharap jika putrinya bisa ikut bersamanya. "Kamu mau ya ...?" imbuh Dina saat putrinya hanya diam saja."Siapa tahu nanti kamu bisa bertemu dengan panger