Pesona istri season 3"William hanya perhatian, Ma. Tidak lebih dari itu, dia tak mungkin suka padaku," sanggah Queena. "Apa perhatian Nata padamu kurang, hingga kamu butuh perhatian dari pria lain. Suamimu melakukan apa saja untukmu bagaimana bisa kamu mencari perhatian dari pria lain," ucap Tante Syifa. Aku masih dengan setia mendengar percakapan Ibu dan anak tersebut dan mengabaikan tujuanku datang ke sini tadi mencari Queena. "Abang Nata sibuk mengurus tesisnya. Sibuk dengan urusan restorannya," ucap Queena. Tante Syifa tertawa mendengar perkataan putrinya. "Sibuk bagaimana, sesibuk-sibuknya Nata, suamimu tetap peduli padamu. Lihat saja dia lebih memilih tidak pergi menemui dosennya demi kamu, setiap hari kamu diajaknya pergi ke restoran. Meskipun mungkin saja dia tak nyaman dengan kedekatanmu dengan William.""Tetap saja aku merasa Abang Nata, tak peduli padaku dan William lebih peduli." Aku menghela nafas dalam-dalam. Kupikir aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk memahami
Pesona Istri Season 3 bab"Mau kemana?" tanya Yuanita yang melihatku tergesa hendak pamitan padanya. "Biasa ibu hamil," jawabku sambil tertawa. "Maaf yaa, kalau ada apa-apa langsung telepon saja," sambungku. Yuanita hanya tertawa untuk membalas perkataanku. Dia masih terlihat sibuk dengan smartphonenya, mungkin masih berusaha menelpon William. Pria yang saat ini sedang ada di rumahku, entah apa yang dia lakukan. Setelah berpamitan dengan Yuanita, bergegas aku pulang ke rumah. Seperti yang aku katakan tadi, aku hanya bilang ada sesuatu dengan Queena, tak mau mengatakan ada William di rumah kami. Tak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya, di rumah ada Tante Syifa, ada juga asisten rumah tangga dan satpam. Hanya saja, aku penasaran dengan tujuan pria itu datang ke rumah kami. Apa sekarang dia terang-terangan akan memberikan perhatian pada istri orang. Tak peduli apapun lagi. Ah, William. Apa sebenarnya yang ada di kepalanya itu kenapa dia nekat melakukan semua ini. Mendatangi rumah
Pesona Istri Season 3Aku mencoba untuk menahan diri, bagaimana bisa Queena mengajak pergi ke rumah peristirahatan milik William saat pria itu bukan siapa-siapa kami. Bahkan mamanya juga sudah menasehatinya agar tak terlalu dekat dengan pria itu. "Sayang, kita bisa pergi ke tempat model apapun dan dimanapun. Tapi mengapa kamu malah ingin pergi ke rumah peristirahatan milik orang. Kita cari tempat lain saja, kamu maunya yang seperti apa biar Abang cari.""Ini beda, Abang. Tempatnya keren dan nyaman. Aku suka banget sama kamarnya. Pas dibuka, bagian belakangnya langsung ada kolam renangnya. Kolamnya juga beda, gak kayak kolam kebanyakan. Terus pemandangan dekat kolam itu, sawah sungai dan gunung," papar Queena dengan antusias. "Pokoknya gak ada tempat sebagus ini," sambungnya. Queena begitu fasih mendeskripsikan tempat itu, seakan dia sudah melihatnya saja. Dia benar-benar melihat atau hanya lewat cerita William tadi siang. "Mana ada tempat seperti itu di dekat sini?" Aku mulai tak
Pesona Istri Season 3"Stop, stop!" William berseru sembari mundur beberapa langkah saat aku hendak melayangkan pukulan lagi. "Kalau mau adu otot jangan di sini, kita cari tempat yang lebih luas. Jangan bikin keributan di tempat ini," sambung William, jarinya menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Sepertinya pukulan ke duaku cukup keras hingga membuat bibirnya berdarah. Aku yang sempat dikuasai oleh amarah seketika itu tersadar. Benar, jangan sampai Yuanita tahu penyebab keributan kami, pasti dia akan kecewa pada tunangannya itu. Bisa jadi dia akan membenci Queena juga."Oke, kita selesaikan urusan ini secara laki-laki," Aku berkata sambil berlalu keluar dari ruangan. Pergi dari sini memang menjadi pilihan. Kalau kami memang harus berduel sampai babak belur, akan kulakukan demi mempertahankan kehormatan sebagai laki-laki dan juga sebagai seorang suami. Tak mau membuat Yuanita khawatir, aku hanya berpamitan pada salah satu karyawan yang sedang beres-beres di bagian depan. Aku yakin
Pesona istri season 3William berkendara seperti orang kesurupan, tak peduli jalanan yang padat merayap. Klakson terus saja dia nyalakan, tak peduli jika menganggu pengendara lain. "Gak usah tergesa-gesa, aku tak mau berakhir di rumah sakit," kataku setengah berteriak. "Kamu masih peduli pada dirimu sendiri tanpa memedulikan istrimu. Suami macam apa kamu ini, hah?!"Astaghfirullah ... dia boleh trauma tapi gak begini juga, Queena dan adiknya orang berbeda. Lagipula bisa-bisanya dia berpikir buruk. "Jangan berpikir buruk dan macam-macam, aku tak suka. Queena akan baik-baik saja." Kali ini aku berusaha menelponnya meskipun sejak tadi tak juga diangkat oleh Queena. Ah mungkin dia masih dalam perjalanan. Mudah-mudahan saja.Mobil terparkir dengan asal begitu kami sampai di parkiran restoran. Aku menarik nafas lega saat melihat mobil yang dikendarai Queena terparkir rapi di ujung parkiran. William segera berlalu masuk ke dalam restoran begitu turun dari mobil, langkah kakinya begitu p
Pesona Istri Season 3Aku bersiap untuk mendobrak pintu karena khawatir pada Yuanita. Bagaimana jika William akan berbuat kasar padanya. Ini tak bisa dibiarkan. "Tolong beri aku kesempatan." Terdengar suara lemah William. Aku yang sudah memegang handel pintu, akhirnya urung membukanya. Kupikir, William tidak akan berbuat kasar. Tak ada jawaban dari Yuanita, sedetik dua detik aku masih tetap berdiri di balik pintu. Namun menit berikutnya, aku seakan mendengar adegan dewasa. Sudahlah, mereka menyelesaikan perdebatan dengan cara mereka. Daripada otakku dan telingaku traveling ke mana-mana lebih baik aku pergi. Mereka adalah dua orang dewasa, pasti tahu batasannya. Aku kembali ke ruanganku dan mendapati Queena sedang tertidur di meja kerjaku dengan posisi menunduk. Kepalanya diletakkan di meja, apakah dia tidak kepayahan tertidur dalam posisi seperti itu.Ruang kerjaku memang tidak begitu luas, namun ada sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Seharusnya dia memilih tiduran di sofa da
Pesona Istri Season 3Setelah aku ceritakan semuanya pada Queena, wanita itu tak lagi terlalu dekat dengan William. Begitu juga dengan William, pria itu mulai membatasi diri untuk bertanya tentang Queena. Sesekali saja pria itu bertanya. Aku yakin dia melakukan itu agar tidak membuat Yuanita cemburu lagi. Istriku juga tak lagi merengek minta untuk dibawa liburan ke rumah peristirahatan milik keluarga William. Queena juga hanya sesekali saja pergi ke restoran. Tak terasa usia kandungannya juga semakin bertambah, meskipun belum membuncit, tapi perutnya sudah mulai kelihatan sedikit menonjol. Bahkan saat aku merabanya, terasa seperti keras dan ada sesuatu di dalam sana. Aku sungguh tak sabar untuk merasakan tendangan maupun mendengar detak jantungnya. Katanya jika usia memasuki empat bulan, detak jantung sudah bisa dideteksi. Menurut dokter, usia kandungannya sudah memasuki dua belas minggu, sebentar lagi memasuki trimester kedua. Selama itu juga, Queena tidak mengidam yang aneh-aneh
Pesona Istri Season 3Wajah cantik itu terlelap dengan tenang dalam pelukanku. Terlihat damai dan tanpa beban. Kupandangi wajah itu tanpa bosan, dia selalu punya cara untuk meruntuhkan dan meluluhkanku. Entah berapa lama kami sama-sama terlelap setelah menikmati indahnya surga dunia. Awalnya aku khawatir dengan kondisi kehamilannya, tapi Queena meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya, aku dan dia tengelam bersama dalam kenikmatan. Hal yang beberapa waktu ini tak bisa dinikmati karena khawatir akan menganggu kehamilannya. "Abang gak tidur?" tanya Queena dengan mata memejam saat kurapikan rambutnya yang meriap, menutupi wajahnya. Selain itu, sebuah kecupan kecil kulayangkan di keningnya.Kupikir dia benar-benar terlelap, nyatanya terasa juga saat tanganku dan bibirku menyentuhnya."Tidur, tapi terbangun," balasku. Kembali kuberikan ciuman di pucuk rambutnya. "Jadi kita bisa pergi ke rumah Mama Nia, 'kan?" Queena kembali bertanya. Matanya tetap terpejam. Terlihat t