Pesona Istri Season 3"Stop, stop!" William berseru sembari mundur beberapa langkah saat aku hendak melayangkan pukulan lagi. "Kalau mau adu otot jangan di sini, kita cari tempat yang lebih luas. Jangan bikin keributan di tempat ini," sambung William, jarinya menyeka sudut bibirnya yang berdarah. Sepertinya pukulan ke duaku cukup keras hingga membuat bibirnya berdarah. Aku yang sempat dikuasai oleh amarah seketika itu tersadar. Benar, jangan sampai Yuanita tahu penyebab keributan kami, pasti dia akan kecewa pada tunangannya itu. Bisa jadi dia akan membenci Queena juga."Oke, kita selesaikan urusan ini secara laki-laki," Aku berkata sambil berlalu keluar dari ruangan. Pergi dari sini memang menjadi pilihan. Kalau kami memang harus berduel sampai babak belur, akan kulakukan demi mempertahankan kehormatan sebagai laki-laki dan juga sebagai seorang suami. Tak mau membuat Yuanita khawatir, aku hanya berpamitan pada salah satu karyawan yang sedang beres-beres di bagian depan. Aku yakin
Pesona istri season 3William berkendara seperti orang kesurupan, tak peduli jalanan yang padat merayap. Klakson terus saja dia nyalakan, tak peduli jika menganggu pengendara lain. "Gak usah tergesa-gesa, aku tak mau berakhir di rumah sakit," kataku setengah berteriak. "Kamu masih peduli pada dirimu sendiri tanpa memedulikan istrimu. Suami macam apa kamu ini, hah?!"Astaghfirullah ... dia boleh trauma tapi gak begini juga, Queena dan adiknya orang berbeda. Lagipula bisa-bisanya dia berpikir buruk. "Jangan berpikir buruk dan macam-macam, aku tak suka. Queena akan baik-baik saja." Kali ini aku berusaha menelponnya meskipun sejak tadi tak juga diangkat oleh Queena. Ah mungkin dia masih dalam perjalanan. Mudah-mudahan saja.Mobil terparkir dengan asal begitu kami sampai di parkiran restoran. Aku menarik nafas lega saat melihat mobil yang dikendarai Queena terparkir rapi di ujung parkiran. William segera berlalu masuk ke dalam restoran begitu turun dari mobil, langkah kakinya begitu p
Pesona Istri Season 3Aku bersiap untuk mendobrak pintu karena khawatir pada Yuanita. Bagaimana jika William akan berbuat kasar padanya. Ini tak bisa dibiarkan. "Tolong beri aku kesempatan." Terdengar suara lemah William. Aku yang sudah memegang handel pintu, akhirnya urung membukanya. Kupikir, William tidak akan berbuat kasar. Tak ada jawaban dari Yuanita, sedetik dua detik aku masih tetap berdiri di balik pintu. Namun menit berikutnya, aku seakan mendengar adegan dewasa. Sudahlah, mereka menyelesaikan perdebatan dengan cara mereka. Daripada otakku dan telingaku traveling ke mana-mana lebih baik aku pergi. Mereka adalah dua orang dewasa, pasti tahu batasannya. Aku kembali ke ruanganku dan mendapati Queena sedang tertidur di meja kerjaku dengan posisi menunduk. Kepalanya diletakkan di meja, apakah dia tidak kepayahan tertidur dalam posisi seperti itu.Ruang kerjaku memang tidak begitu luas, namun ada sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Seharusnya dia memilih tiduran di sofa da
Pesona Istri Season 3Setelah aku ceritakan semuanya pada Queena, wanita itu tak lagi terlalu dekat dengan William. Begitu juga dengan William, pria itu mulai membatasi diri untuk bertanya tentang Queena. Sesekali saja pria itu bertanya. Aku yakin dia melakukan itu agar tidak membuat Yuanita cemburu lagi. Istriku juga tak lagi merengek minta untuk dibawa liburan ke rumah peristirahatan milik keluarga William. Queena juga hanya sesekali saja pergi ke restoran. Tak terasa usia kandungannya juga semakin bertambah, meskipun belum membuncit, tapi perutnya sudah mulai kelihatan sedikit menonjol. Bahkan saat aku merabanya, terasa seperti keras dan ada sesuatu di dalam sana. Aku sungguh tak sabar untuk merasakan tendangan maupun mendengar detak jantungnya. Katanya jika usia memasuki empat bulan, detak jantung sudah bisa dideteksi. Menurut dokter, usia kandungannya sudah memasuki dua belas minggu, sebentar lagi memasuki trimester kedua. Selama itu juga, Queena tidak mengidam yang aneh-aneh
Pesona Istri Season 3Wajah cantik itu terlelap dengan tenang dalam pelukanku. Terlihat damai dan tanpa beban. Kupandangi wajah itu tanpa bosan, dia selalu punya cara untuk meruntuhkan dan meluluhkanku. Entah berapa lama kami sama-sama terlelap setelah menikmati indahnya surga dunia. Awalnya aku khawatir dengan kondisi kehamilannya, tapi Queena meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan akhirnya, aku dan dia tengelam bersama dalam kenikmatan. Hal yang beberapa waktu ini tak bisa dinikmati karena khawatir akan menganggu kehamilannya. "Abang gak tidur?" tanya Queena dengan mata memejam saat kurapikan rambutnya yang meriap, menutupi wajahnya. Selain itu, sebuah kecupan kecil kulayangkan di keningnya.Kupikir dia benar-benar terlelap, nyatanya terasa juga saat tanganku dan bibirku menyentuhnya."Tidur, tapi terbangun," balasku. Kembali kuberikan ciuman di pucuk rambutnya. "Jadi kita bisa pergi ke rumah Mama Nia, 'kan?" Queena kembali bertanya. Matanya tetap terpejam. Terlihat t
Pesona istri season 3POV Hanan Suasana rumah sedikit lebih sepi, tak ada Nata lagi di rumah ini. Dia sudah pergi ke rumah mertuanya, sejak hari pertama dia menikah. Wisnu hanya memiliki satu orang putri, wajar jika dia ingin putrinya tetep berada di rumahnya dan Nata juga tak keberatan dengan semua itu. Putraku itu, lebih banyak mendapatkan masalah sejak berusia remaja karena rasa sukanya pada Queena. Dan puncaknya saat dia membawa pergi Queena hingga tengah malam. Waktu itu dia sudah dewasa, harusnya sudah bisa bertanggung jawab dengan semua keputusannya. Harusnya sudah tahu mana yang boleh dan tidak dilakukan, tapi entah kenapa dia melakukan hal itu. Membawa pergi putri orang tanpa pemberitahuan. Atma, sudah beberapa hari ini tinggal di rumah mertuanya. Kedua menantuku sedang hamil dan sebenar lagi aku akan memiliki dua orang cucu. Apakah aku sudah setua itu. "Kamu tetap tampan meskipun sudah tua, Mas," kata Husniah saat aku menanyakan tentang usia dan penampilanku. Jawaban y
Pesona Istri Season 3 Setelah kepergian Hulya, kupandangi lagi pria yang ada di depanku ini. Mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalaku. Apa selama ini mereka sudah saling bertukar pesan atau sekedar saling bertukar informasi seperti layaknya pemuda dan pemudi yang sedang berpacaran dan aku tak mengetahuinya."Bagaimana, Om, apakah Om mengijinkan saya mengenal Hulya lebih dekat?" tanya Aslam lagi. "Kamu dan Hulya sudah saling kenal?" Aku balik bertanya. "Belum, Om." "Lalu kenapa kamu tertarik pada putriku, bagimana bisa itu terjadi. Lalu kenapa berani datang ke sini untuk meminta ijin padaku. Memangnya kamu yakin dia akan mau?" "Saya tertarik dengan Hulya meskipun baru beberapa kali melihatnya. Tertarik tak harus sudah berkomunikasi dengan intens atau mengenal dengan dekat. Lalu kenapa saya berani meminta pada Om Hanan, saya rasa ini yang terbaik. Sama seperti yang disarankan oleh Nata, begitu juga yang saya pikirkan. Langsung bilang pada Om, urusan Hulya mau atau tidak
Pesona Istri Season 3POV HananKupeluk erat tubuh mungil yang ada di depanku. Husniah tetap mungil di usianya yang sekarang. Bahkan anak-anaknya jauh lebih besar dari dia, apalagi dua putra laki-laki kami. Mungkin itu juga yang membuatnya terlihat awet muda."Apa kita jual saja rumah ini dan pindah ke rumah yang lebih kecil, Mas. Jadi kita tidak akan terlalu kesepian karena tak ada banyak penghuninya. Atau kita balik lagi aja ke rumah kamu yang dulu. Anggap saja kita jadi pengantin baru lagi," ujar Husniah."Apa kita kasih syarat aja buat calon suami Hulya, kalau mau nikah dengannya harus mau tinggal di sini." Sebuah ide terlintas begitu saja di kepalaku. "Mana boleh begitu, Mas. Kalau gak ada yang mau sama Hulya gimana. Biasanya menantu laki-laki tak akan nyaman di rumah mertuanya." Husniah tak setuju dengan ideku barusan. "Siapa bilang, itu buktinya Nata bisa. Kalau cinta, semua akan dilakukan untuk orang yang dicintainya.""Jadi biar Hulya cinta-cintaan dulu?" Aku terdiam sejak