Seminggu kemudian"Selamat pagi,"sapa Fadil pada notifikasi pesan untuk Latifa."Jangan lupa hari ini kita ada rapat pagi dengan tender baru, ya,"sambung Fadil, pada notifikasi pesannya.Latifa yang baru bangun dari tidur mengumpulkan kesadaran kembali usai membaca sekilas pesan dari Fadil.'Harusnya gue yang bilang seperti itu ke dia.' Latifa bermonolog seorang diri. Kemudian membalas notifikasi pesan untuk Fadil.Seminggu terakhir usai Fadil mengungkapkan apa yang pria itu tahu tentang kehidupan pribadi Latifa pria itu memang semakin gencar memberikan perhatian pada wanita yang di cintainya itu."Harusnya saya yang mengingatkan anda, Pak,"balas Latifa.Fadil mengirim emoticon tertawa kemudian meminta Latifa bergegas berangkat ke kantor."Baik," balas Latifa, lagi.Wanita itu bergegas ke kamar mandi dan berkemas. Ketika sudah siap emak Rodiah seperti biasa telah selesai menyiapkan sarapan di meja makan."Mak, Ifa ijin tidak ikut sarapan di rumah,ya. Ada rapat dengan tender baru soaln
Latifa mendapati notifikasi masuk dari mobile banking yang ia miliki. Harsa suaminya untuk pertama kali setelah tiga bulan lamanya ia yang menghandle sendiri kebutuhannya juga kedua anaknya."Kamu sudah dapat pekerjaan di sana, Mas?" tanya Latifa, pada panggilan suara nya.Di sela kesibukan menjadi sekretaris Fadil, Latifa menyempatkan diri untuk mengkonfirmasi kebenaran nominal uang yang masuk ke rekeningnya adalah benar adanya dari sang suami."Iya, Yank. Dua Minggu terakhir ini aku terus bekerja. Maaf baru bisa transfer, ya,"jawab Harsa."Tidak perlu minta maaf terus, Mas! Kamu inget kami. Inget tanggung jawab Kamu pada kami saja sudah sangat bersyukur rasanya, aku."Tidak dipungkiri Latifa memang bersyukur sebab Harsa sebagai suaminya masih ingat padanya dan kedua anaknya mengingat belakangan ini dirinya cukup sudah diajak berbicara karena kesal juga waktu yang Latifa miliki sangat terbatas."Aku bukan laki-laki pengecut. Yang lari dari tanggung jawab. Kalian tanggung jawabku samp
Jam break pertama terdengar suara ketukan di pintu ruang kerja Latifa.Viktor masuk dengan segelas minuman ditangannya."Seperti biasa, kan?" tanya Latifa.Viktor menggeleng."Fadil memintaku menggantinya dengan coklat hangat."Pria itu kemudian meletakan minuman di tangannya di meja kerja Latifa."Fadil benar. Kopi tidak baik untuk kesehatan kamu, Ifa. Mulai hari ini ada baiknya kamu mulai menggantinya dengan yang lebih baik seperti coklat ini atau teh melati. Minuman itu juga sama bisa kembali bantu naikan mood kita."Latifa terlihat tidak mengeluarkan sepatah katapun. Pandangan mata wanita itu fokus pada minuman yang baru Viktor bawakan untuknya.Viktor sendiri setelah mengatakan itu, memilih pergi meninggalkan ruangan kerja Latifa kembali.Konsumsi kopi sudah menjadi kebiasaan Latifa setiap hari di kantor. Jika sedang tidak sempat keluar di jam istirahat yang hanya sebentar, Latifa sering meminta tolong Viktor untuk mengantarkannya kopi ke ruangan."Padahal sekarang gue lagi butuh
'Gimana bisa dia suka sama gue? Kalo alasannya CLTK (cinta lama tumbuh kembali) harusnya dia bisa melawan perasaan terlarangnya itu. Dia tahu gue sudah bersuami, bahkan memiliki dua orang anak,' cicit latifa .Wanita itu terlihat frustasi dengan monolognya sendiri, usai mendapati ungkapan perasaan Fadil, teman sekelasnya dahulu yang ternyata telah menyimpan perasaan kepadanya saat sedari menjadi teman sekelas."Latifa!" seru sebuah suara, yang terlihat menyusul duduk di hadapannya."Manggilnya santai aja, kali,"celetuk Latifa. Ia terperanjat ulah Hana salah satu sahabatnya yang duduk di hadapnnya."Dari tadi gue sudah manggil, Lo. Lagi mikirin apa sih keliatan serius banget!"Hana terlihat mulai menyantap makan siang dari trai makan siangnya. "Neta mana?""Yee bukannya jawab dulu. Malah nanyain Neta,"kilah Hana."Biar nggak cerita dua kali, Mba Han."Setelah mengutarakan itu Hana dan Latifa memecah pandangan mencari keberadaan satu personil mereka yang belum lengkap itu."Dari gue ma
"Nanang menolak menjalani kemo terakhir yang merupakan bagian dari iktiar kita bersama untuk kesembuhannya . Nanang terus mengigau nama Kamu," ungkap Harsa pada notifikasi pesan untuk Latifa.Latifa termenung lama menatap ponsel di tangannya. Wanita itu bimbang akan mengatakan apa pada Harsa sebagai balasannya mengingat obrolan terakhir mereka sedang tidak baik-baik saja."Makanan itu di makan, bukan dianggurin," sindir Hana.Ia duduk di bangku kosong seberang Latifa. Ikut mengambil beberapa potong kentang goreng untuk di masukan ke dalam mulutnya."Menurut Kamu, aku harus gimana, Mbak?" tanya Latifa , tiba-tiba."Gimana apanya? Kamu memang kenapa, Fa?" Hana menjawab pertanyaan latifa dengan bertanya kembali. Wanita itu sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada sahabatnya satu ini."Aku sama mas Harsa berantem. Dia terus paksa aku balik ke Bali. Aku nggak mau mbak, aku belum siap." Hening sesaat."Ini barusan mas Harsa kasih kabar Nanang kritis lagi dan menolak di kemo kemba
Setelah membalas dengan doa tulus notifikasi pesan Harsa pada Latifa kala itu. Hubungan mereka kembali membaik. Komunikasi mereka pun juga kembali lancar.Harsa yang awalnya merasa sendiri sebab keluarga kecilnya berada jauh darinya mulai terhibur dengan respon Latifa sang istri yang terlihat tulus padanya. Harsa juga meyakinkan Latifa bahwa tak apa dirinya dan kedua anaknya tetap berada di sana sampai Adam anak sulungnya mendapatkan ijasah sekolah taman kanak-kanak. Harsa juga terus mengirimkan kondisi terupdate sang nanang pada Latifa, agar sang istri bisa ikut mendoakannya.Latifa sendiri seminggu terakhir usai pengakuan perasaan Fadil padanya menjadi sering tidak masuk kantor. Latifa terus menghindari Fadil, bahkan dirinya telah mengajukan surat perpindahan posisi kerja. Sebab merasa tidak nyaman dengan posisinya sebagai sekretaris yang menuntut cukup banyak waktu berinteraksi dengan Fadil.Latifa sebetulnya bisa saja resign dari kantor. Namun, tidak dipungkiri saat ini dirinya m
" Sekarang di rumah sedang ramai orang, Yank. Nanang sudah tidak merespon di ajak bicara. Tatapan matanya juga kosong."Harsa memperlihatkan sang nanang yang terbujur tak berdaya di atas kasur. Obrolan Latifa dan Harsa sengaja beralih pada panggilan vidio call supaya bisa sambil menunjukkan kabar sebenarnya.Latifa tak kuasa menahan bulir bening di kelopak matanya keluar begitu saja." Hu hu, Mas. Sudah seperti mama waktu itu, ya!"Wanita itu terisak kala mengingat almarhum sang mama mertua berada di posisi yang sama sebelum bertemu ajalnya." Maaf, kami tidak dampingi Kamu di sana, Mas," cicit Latifa, di sela isak tangisnya.Meski menolak juga sering bertengkar perihal permintaan Harsa untuk kembali tinggal di Bali. Nyatanya hati sebagai seorang istri tetap rapuh juga melihat sang suami yang kerepotan seorang diri mengurus orang tua satu-satunya di sana.Sebenarnya mungkin akan lebih baik seperti ini untuk saat ini. Sebab, jika Latifa dan ke dua anaknya berada di Bali Harsa akan lebih
'Selamat bertambah usia, Sayank. Semoga sehat selalu, bahagia selalu, juga semakin bermanfaat usia yang di milikinya. Maaf mas tidak berada di samping Kamu saat ini. Kadonya nanti insya Alloh menyusul saat kita bertemu langsung, ya.'Kedua sudut bibir Latifa tertarik ke atas usai membaca notifikasi pesan dari Harsa. Latifa bahkan lupa jika hari ini adalah ulang tahunnya. Meski demikian Latifa sangat bahagia mendapati Harsa menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.Dengan senyum yang masih bertengger Latifa berselancar jari di benda pipih miliknya memberikan balasan kata dari perhatian yang suaminya sematkan itu.'Yah lowbat,' umpat Latifa. Wanita itu kemudian mencari kabel charger guna mengisi daya ponselnya.Sebelum pergi ke kamar mandi guna bersiap kan ke kantor. Latifa memilih menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu pada notifikasi balasan untuk Harsa. Saking bahagianya mendapat ucapan dari sang suami Latifa yang jarang membuat story menjadikan ucapan pe