'Gimana bisa dia suka sama gue? Kalo alasannya CLTK (cinta lama tumbuh kembali) harusnya dia bisa melawan perasaan terlarangnya itu. Dia tahu gue sudah bersuami, bahkan memiliki dua orang anak,' cicit latifa .Wanita itu terlihat frustasi dengan monolognya sendiri, usai mendapati ungkapan perasaan Fadil, teman sekelasnya dahulu yang ternyata telah menyimpan perasaan kepadanya saat sedari menjadi teman sekelas."Latifa!" seru sebuah suara, yang terlihat menyusul duduk di hadapannya."Manggilnya santai aja, kali,"celetuk Latifa. Ia terperanjat ulah Hana salah satu sahabatnya yang duduk di hadapnnya."Dari tadi gue sudah manggil, Lo. Lagi mikirin apa sih keliatan serius banget!"Hana terlihat mulai menyantap makan siang dari trai makan siangnya. "Neta mana?""Yee bukannya jawab dulu. Malah nanyain Neta,"kilah Hana."Biar nggak cerita dua kali, Mba Han."Setelah mengutarakan itu Hana dan Latifa memecah pandangan mencari keberadaan satu personil mereka yang belum lengkap itu."Dari gue ma
"Nanang menolak menjalani kemo terakhir yang merupakan bagian dari iktiar kita bersama untuk kesembuhannya . Nanang terus mengigau nama Kamu," ungkap Harsa pada notifikasi pesan untuk Latifa.Latifa termenung lama menatap ponsel di tangannya. Wanita itu bimbang akan mengatakan apa pada Harsa sebagai balasannya mengingat obrolan terakhir mereka sedang tidak baik-baik saja."Makanan itu di makan, bukan dianggurin," sindir Hana.Ia duduk di bangku kosong seberang Latifa. Ikut mengambil beberapa potong kentang goreng untuk di masukan ke dalam mulutnya."Menurut Kamu, aku harus gimana, Mbak?" tanya Latifa , tiba-tiba."Gimana apanya? Kamu memang kenapa, Fa?" Hana menjawab pertanyaan latifa dengan bertanya kembali. Wanita itu sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada sahabatnya satu ini."Aku sama mas Harsa berantem. Dia terus paksa aku balik ke Bali. Aku nggak mau mbak, aku belum siap." Hening sesaat."Ini barusan mas Harsa kasih kabar Nanang kritis lagi dan menolak di kemo kemba
Setelah membalas dengan doa tulus notifikasi pesan Harsa pada Latifa kala itu. Hubungan mereka kembali membaik. Komunikasi mereka pun juga kembali lancar.Harsa yang awalnya merasa sendiri sebab keluarga kecilnya berada jauh darinya mulai terhibur dengan respon Latifa sang istri yang terlihat tulus padanya. Harsa juga meyakinkan Latifa bahwa tak apa dirinya dan kedua anaknya tetap berada di sana sampai Adam anak sulungnya mendapatkan ijasah sekolah taman kanak-kanak. Harsa juga terus mengirimkan kondisi terupdate sang nanang pada Latifa, agar sang istri bisa ikut mendoakannya.Latifa sendiri seminggu terakhir usai pengakuan perasaan Fadil padanya menjadi sering tidak masuk kantor. Latifa terus menghindari Fadil, bahkan dirinya telah mengajukan surat perpindahan posisi kerja. Sebab merasa tidak nyaman dengan posisinya sebagai sekretaris yang menuntut cukup banyak waktu berinteraksi dengan Fadil.Latifa sebetulnya bisa saja resign dari kantor. Namun, tidak dipungkiri saat ini dirinya m
" Sekarang di rumah sedang ramai orang, Yank. Nanang sudah tidak merespon di ajak bicara. Tatapan matanya juga kosong."Harsa memperlihatkan sang nanang yang terbujur tak berdaya di atas kasur. Obrolan Latifa dan Harsa sengaja beralih pada panggilan vidio call supaya bisa sambil menunjukkan kabar sebenarnya.Latifa tak kuasa menahan bulir bening di kelopak matanya keluar begitu saja." Hu hu, Mas. Sudah seperti mama waktu itu, ya!"Wanita itu terisak kala mengingat almarhum sang mama mertua berada di posisi yang sama sebelum bertemu ajalnya." Maaf, kami tidak dampingi Kamu di sana, Mas," cicit Latifa, di sela isak tangisnya.Meski menolak juga sering bertengkar perihal permintaan Harsa untuk kembali tinggal di Bali. Nyatanya hati sebagai seorang istri tetap rapuh juga melihat sang suami yang kerepotan seorang diri mengurus orang tua satu-satunya di sana.Sebenarnya mungkin akan lebih baik seperti ini untuk saat ini. Sebab, jika Latifa dan ke dua anaknya berada di Bali Harsa akan lebih
'Selamat bertambah usia, Sayank. Semoga sehat selalu, bahagia selalu, juga semakin bermanfaat usia yang di milikinya. Maaf mas tidak berada di samping Kamu saat ini. Kadonya nanti insya Alloh menyusul saat kita bertemu langsung, ya.'Kedua sudut bibir Latifa tertarik ke atas usai membaca notifikasi pesan dari Harsa. Latifa bahkan lupa jika hari ini adalah ulang tahunnya. Meski demikian Latifa sangat bahagia mendapati Harsa menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.Dengan senyum yang masih bertengger Latifa berselancar jari di benda pipih miliknya memberikan balasan kata dari perhatian yang suaminya sematkan itu.'Yah lowbat,' umpat Latifa. Wanita itu kemudian mencari kabel charger guna mengisi daya ponselnya.Sebelum pergi ke kamar mandi guna bersiap kan ke kantor. Latifa memilih menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu pada notifikasi balasan untuk Harsa. Saking bahagianya mendapat ucapan dari sang suami Latifa yang jarang membuat story menjadikan ucapan pe
Suasana hati Latifa ketika pulang dari kantor cukup baik. Sahabat Latifa hari ini memperlakukan wanita itu dengan begitu manis. Hana dan Neta selain ikut memberikan kejutan kecil ketika dirinya tiba di ruang kerja tadi. Mereka berdua juga menyiapkan kado berupa tas yang sudah lama Latifa inginkan. Hana yang pandai memasak bahkan membuatkan makanan favorit Latifa 'Chika spicy' dengan tangannya sendiri sembari menahan pinggang yang pegal ulah perutnya yang semakin membuncit. Wanita itu mungkin bukan depan sudah akan cuti melahirkan dari kantor.Fadil sebagai bos juga hari ini memberikan pekerjaan yang tidak sebanyak hari biasanya pada Latifa. Sehingga Latifa hari ini cukup bisa menikmati peringatan hari lahirnya dengan baik tanpa harus melakukan over time."Tumben nggak lembur, Mbak?"Galih menyapa Latifa kala sang kakak baru saja masuk ke dalam mobilnya. "Mungkin karena hari ini spesial, jadi hari ini nggak di suruh lembur."Latifa sengaja menjawab dengan kalimat sindiran pada sang
"Kamu bercanda, Mas kasih kado ultah saya seperti ini?"Latifa meletakkan kembali kotak kado pemberian Fadil di atas meja kerja Fadil.Flash back on.Latifa kembali mencari keberadaan sang adik untuk memastikan. Meski kemungkinan kado itu dari siapa sudah jelas dalam benak Latifa. Wanita itu nyatanya ingin mendengar penjelasan langsung dari mulut sang adik yang membawa kado mewah itu untuknya."Galih kenapa tidak tolak kado itu," tegur Latifa pada sang adik. Latifa menemukan keberadaan sang adik tengah bersama kedua anaknya di taman bekalang rumah. Meski berada di belakang rumah. Penerangan di sana cukup terang sehingga membuat anggota keluarga cukup nyaman, yang ingin sekedar bercengkrama di sana.Galih mendekati sang kakak guna memastikan benda yang dimaksud Latifa," ohh, itu. aku kira pria tampan itu rekan kerja kakak. Jadi ku terima saja."Galih kembali asik dengan keseruannya bersama kedua keponakannya. Latifa sendiri usai mendengar jawaban santai sang adik memilih kembali ke k
Latifa mendapat kabar nanangnya di Bali meninggal semalam. Latifa tidak bisa pergi ke Bali, sebab belum mendapat jatah cuti dari perusahaan tempat dirinya bekerja, yang belum ada satu tahun itu.Latifa meminta ijin pada Harsa untuk mendoakan sang nanang dari kejauhan. Harsa tentu tidak bisa melakukan banyak hal, selain menyetujui usulan Latifa, pasalnya ia juga tidak bisa membiarkan Latifa dan anak-anaknya berangkat ke Bali tanpa pendampingan dirinya."Emak sama Bapak tidak ke sana tidak mengapa kan, Nduk?" Emak Rodiah memastikan keputusan mereka sebagai orang tua sekaligus mertua dari Harsa sudah disetujui sang anak."Iya, Mak. Yang terpenting doanya. Mas Harsa dan keluarganya di sana pasti bisa menghandle sendiri," jawab Latifa.Wanita itu kemudian mencium punggung tangan sang emak, sebelum berangkat kerja bersama Galih yang kebetulan hari ini ada kelas presentasi di kampusnya.Galih tak banyak bertanya atau sekedar mengobrol seperti biasa menyadari sang kakak butuh ruang sendiri s