Jawaban itu sudah terpampang jelas di depan mata. Victoria merasa tidak perlu lagi bertanya tentang perasaan Bryan kepadanya. Menurut pandangan matanya, Bryan bukan hanya tergila-gila kepada perempuan yang tadi bersamanya, tetapi dia benar-benar gila dalam mencintai perempuan itu.Victoria mundur perlahan, menjauh dari kafe. Dia tahu bahwa langkah yang diambilnya adalah yang terbaik. Victoria menyadari bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk benar-benar meninggalkan perasaan cinta kepada Bryan. Selama ini, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Bryan mungkin memiliki perasaan yang sama. Namun, kenyataan di depan matanya tak bisa disangkal.Tiba di mobilnya, Victoria menumpahkan segala rasa pedih dalam tangis. Dia harus bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah. Jangan sampai kedua orang tuanya curiga, jangan sampai mereka melihatnya bersedih.Setelah beberapa saat, tangisnya mereda, digantikan oleh kesadaran bahwa dia harus mengambil keputusan. Victoria
Menghabiskan waktu bersama istri tercinta setelah beraktifitas seharian seolah menjadi obat mujarab untuk menghilangkan rasa lelah bagi Ageng. Di atas ranjang king size yang empuk, Queen bersandar nyama di dada bidang sang suami.Sementara itu, Ageng seolah tidak ada bosannya untuk terus mengusap lembut perut buncit istrinya. Sentuhan itu bukan hanya bentuk kasih sayang, tetapi juga cara Ageng untuk berkomunikasi dengan bayi mereka yang akan segera lahir.“Aku suka nama Jinan,” ucap Ageng tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh keyakinan.Queen yang masih tenggelam dalam kenyamanan momen tersebut langsung terdiam sejenak, lalu dengan nada yang agak jahil dia menimpali, “Kenapa Jinan? Apa ini nama calon anakmu dengan Davianna?”Rasa kesal segera menyergap hati Ageng, meskipun dia berusaha menahannya. Dengan hembusan napas yang terdengar jelas, dia merasakan percikan emosi dan perasaan tidak nyaman saat mendengar nama mantan kekasihnya itu.“Ini tidak ada hubungannya dengan Davi. Jangan
Akhir pekan itu, matahari bersinar cerah, seolah menyinari suasana bahagia yang menyelimuti rumah keluarga Wardana. Setelah masa-masa penuh duka yang dialami Queen, Laras sengaja mengundang Arum, Danu, dan kedua anak mereka untuk menghidupkan kembali keceriaan di rumah itu. Tidak hanya sekadar untuk bersilaturahmi, kedatangan mereka membawa angin segar yang sudah dinantikan oleh Queen, terlebih setelah kehilangan sang papa yang begitu dirindukannya.Di ruang tamu, terdengar suara tawa anak-anak yang bermain ceria, sementara di sudut ruangan, Queen duduk dengan wajah yang lebih tenang. Meski masih ada sedikit bayang-bayang duka, kehadiran keluarga besar ini benar-benar membuat suasana hatinya sedikit demi sedikit pulih.Sebenarnya Arum dan Danu sudah berencana untuk datang, bukan hanya sekedar berkunjung karena merasa rindu, tetapi mereka juga membawakan minyak kelapa yang pernah dijanjikan oleh ibu Danu. Minyak kelapa yang katanya bisa membantu mempercepat proses persalinan.“Queen, i
Di ruang keluarga yang hangat, untuk saat ini Ardan, cucu pertama di keluarga Wardana masih menjadi bintangnya. Mungkin setelah Danar tumbuh lucu dan mulai aktif serta disusul dengan kelahiran anak Ageng dan Queen, Ardan harus mulai terbiasa dengan perhatian yang akan terbelah.Di hampir setiap kumpul keluarga seperti ini, Ardan akan menjadi pengisi acara dengan berkaraoke ria menyanyikan lagu-lagu anak yang dia sukai. Sementara para orang dewasa terlihat begitu terhibur dengan suara sumbang yang sering tidak pas nada.Setelah lelah menyanyikan beberapa lagu, Ardan langsung mengambil duduk di antara kedua orang tuanya. Sambil mengatur napasnya, Ardan memukul-mukul lengan Danu, seolah meminta perhatian karena ada hal penting yang ingin dia sampaikan. Wajah bicah itu tampak serius seolah-olah tidak bisa menunda urusannya lagi.“Ya, Nak!” seru Danu yang langsung meraih tubuh putranya dan memangkunya.“Aku kalau adik cantik sudah lahir, biar aku sama oma, sama opa yang jagain Danar sama a
Di ruang tunggu poli kandungan sebuah rumah sakit besar, Ageng duduk di samping Queen, memegang erat tangannya. Mereka tengah menunggu giliran untuk pemeriksaan kandungan rutin. Sudah beberapa kali mereka menjalani momen ini, namun kali ini terasa lebih istimewa karena usia kehamilan Queen sudah memasuki trimester akhir. Tak lama, seorang perawat memanggil nama Queen. Dengan senyum lembut, mereka berdua masuk ke ruangan dokter.Dokter Amira, dokter kandungan yang sudah menangani Queen sejak awal kehamilan, menyambut mereka dengan ramah. “Bagaimana kabarnya hari ini, Bu Queen? Pak Ageng?”“Kami baik, Dok,” jawab Ageng sambil tersenyum, mencoba menutupi sedikit kekhawatiran di hatinya. Dia ingin memastikan semuanya berjalan lancar, terutama terkait proses persalinan yang semakin dekat.Setelah Queen berbaring di ranjang periksa, dokter mulai melakukan pemeriksaan dengan USG. Layar di samping tempat tidur menampilkan gambar bayi mereka yang terlihat semakin jelas. Ageng memperhatikan lay
Melihat Naya sudah keluar, Bryan segera menghampirinya. Tanpa sungkan meski banyak mata yang menyaksikannya, Bryan langsung merengkuh pinggang Naya, hingga mereka berjalan beriringan seperti pasangan kekasih.Layaknya pria sejati yang sering diperlihatkan dalam drama romantic, Bryan membukakan pintu mobil sportnya untuk Naya. Seandainya tidak tahu niat dibalik ini semua, tentu Naya sudah akan melayang di buatnya.Kini Naya dan Bryan sudah duduk berdampingan di dalam mobil. Meski ini bukan yang pertama kalinya, tetapi Naya tetap merasa canggung, atau mungkin lebih tepatnya takut dan tidak nyaman.Selama perjalanan Bryan mencoba untuk membangun komunikasi dengan Naya. Entah, semakin sering bersama dengan sahabat Queen itu membuat Bryan merasa nyaman. Ada tantangan tersendiri yang Bryan rasakan, mengusik jiwanya untuk segera menakhukkannya.Naya tidak jual mahal, bahkan gadis itu jujur mengatakan tertarik dengan segala pesonanya dari segi fisik dan juga finansial tentunya. Namun ada bebe
Bryan melangkah keluar dari mobil sportnya, menatap rumah megah di depannya. Sudah cukup lama sejak terakhir kali dia pulang ke sini, ke rumah kedua orang tuanya. Mamanya mengundangnya untuk makan malam, dan meskipun biasanya dia akan pulang ke apartemennya, kali ini dia memutuskan untuk datang. Namun, ada sesuatu yang tidak biasa di panggilan mamanya kali ini, tapi dia tidak terlalu memikirkannya.Begitu dia masuk ke dalam rumah, aroma makanan lezat segera menyambutnya. Suara tawa dan percakapan ringan terdengar dari ruang tamu. Bryan melongokkan kepalanya dan mendapati ibunya sedang duduk di sofa, berbicara dengan seorang wanita muda yang cantik. Rambut gadis itu tergerai indah, dan tubuhnya sempurna, seperti model yang sering dia lihat di majalah. Bryan mengerutkan dahi. Ada firasat tidak enak yang muncul di benaknya."Bryan, sayang! Ayo, kemari!" suara mamanya memanggil dengan ceria. "Aku ingin memperkenalkanmu pada Naomi, anak teman mama. Dia baru saja kembali dari luar negeri. P
Di kafe milik Derrian, Bryan duduk bersama tiga sahabat karibnya, Ageng, Cyrus, dan Derrian sendiri. Cyrus dan Derrian yang lebih dahulu menikah dan memiliki anak, sedang menggoda Ageng yang istrinya sedang hamil tua.“Ya maaf, aku nggak bisa kumpul-kumpul seperti dulu lagi. Mendekati HPL, jadinya aku harus selalu siaga.” Ageng berkilah karena sekang semakin jarang bisa berkumpul lagi.“Ngakunya bantu istri untuk proses persalinan, biar oksitosin keluar dan kontraksi lancar ….”“Padahal doyan,” seru Derrian memotong kalimat Cyrus.“Terus mau bagaimana lagi? Anjuran dokter juga seperti itu.” Ageng pun turut tertawa.Hubungan suami istri saat mendekati hari persalinan mampu meningkatkan keluarnya hormon oksitosin pada ibu hamil. Hormon tersebut akan merangsang kontraksi otot rahim saat proses persalinan. Sebagai suami siaga yang sangat mencintai istrinya, tentu dengan senang hati untuk membantu sang istri.“Kalian lagi ngomongin apa?” tanya Bryan yang pada pertemuan kali ini lebih banya