Share

Kecelakaan Tragis

Author: Merry Heafy
last update Last Updated: 2025-02-04 20:35:22

BRUAK!!

"Mas, ada kecelakaan di sana!"

"Mana, mana?"

"Itu, ada motor ditabrak sama mobil!"

Warga yang berada di dekat lokasi kecelakaan sontak dibuat geger oleh suara tabrakan yang begitu kencang di tengah derasnya hujan. Suara sirine mulai berlalu lalang di di sekitar ruas jalan yang menjadi saksi tragedi malang antara satu mobil mewah dengan satu motor tua milik orang tua Savira.

Tempat kecelakaan itu saat ini sudah penuh dengan kerumunan warga sekitar. Mereka bergegas memanggil ambulans dan melaporkan kecelakaan itu agar para korban bisa segera mendapatkan penanganan medis.

"Apa yang terjadi?" Savira masih merasakan rintik hujan yang menetes di wajahnya.

Gadis itu tak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun, karena bagian perut hingga kakinya terhimpit sepeda motor. Sementara Rahman, pria paruh baya itu sudah terpental jauh dan kepalanya menghantam aspal keras setelah motornya ditabrak oleh pengemudi yang melajukan kendaraan dengan ugal-ugalan.

Kejadiannya begitu cepat, hingga Rahman tak sempat menghindari hantaman mobil. Hanya dalam waktu beberapa detik, motor tua dan tubuh kurus pria paruh baya itu hancur di tengah jalan raya.

"Kasihan banget, ya? Itu bapak-bapak yang di sebelah sana udah ngeluarin darah banyak banget."

"Aku nggak kuat lihatnya. Lukanya kayaknya parah banget."

"Orang yang ada di dalam mobil itu gimana? Harusnya dia nggak kenapa-napa, 'kan?"

"Aku nggak lihat muka orang yang nabrak, tapi katanya orang yang bawa mobil itu habis minum-minum."

"Jadi orangnya mabuk? Pantas aja dia bawa mobil sampai nabrak-nabrak. Udah tahu lagi mabuk, kenapa dia masih maksain nyetir?"

"Katanya dia sendirian di dalam mobil. Harusnya sih lukanya nggak parah."

"Udah jelas korban yang luka parah pasti pengendara motornya. Kamu nggak lihat, tuh! Perempuan itu sama bapak-bapak di sana udah banjir darah."

Savira mendengar dengan jelas suara orang-orang yang bergerombol di dekatnya. Gadis itu masih bisa menjaga kesadarannya, sampai petugas tiba di lokasi kejadian. Savira ingin sekali meraih tangan ayahnya, tapi posisi Rahman terlalu jauh darinya. Savira hanya bisa menangis, berharap ayahnya bisa segera mendapatkan pertolongan.

"Ayah harus kuat!" batin Savira.

Perlahan, mata Savira mulai menutup. Gadis itu mulai kehilangan kesadaran karena Savira sudah mengeluarkan darah terlalu banyak.

Tak butuh waktu lama bagi para korban untuk tiba di rumah sakit terdekat. Savira, Rahman, dan juga satu orang pengemudi mobil yang menabrak Savira segera dibawa ke ruang gawat darurat untuk menerima penanganan medis.

Kabar mengenai laka lalu lintas tersebut langsung menyebar ke keluarga korban dengan cepatnya. Dania, istri dari Rahman, langsung menuju ke rumah sakit setelah mendapat kabar mengenai kecelakaan yang dialami oleh putri dan juga suaminya.

"Bagaimana kondisi anak dan suami saya, Dok?" tanya Dania dengan panik pada petugas medis.

"Pasien masih membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sampai saat ini, pasien masih belum sadarkan diri."

Lutut Dania lemas. Wanita itu tak dapat menahan tangisnya, meratapi nasib buruk yang menimpa anak serta suaminya.

"Tolong selamatkan suami dan anak saya, Dok."

"Kami akan mengusahakan yang terbaik."

***

Sudah lebih dari 10 jam Savira memejamkan mata. Setelah mendapat perawatan di ruang gawat darurat, akhirnya Savira dipindahkan ke ruang perawatan intensif. Kondisi gadis itu sudah stabil dan Savira sudah berhasil melewati masa kritis.

"Savira, kapan kamu bangun, Nak?" Dania menggenggam erat tangan Savira dengan wajah putus asa.

Seharusnya Savira sudah sadarkan diri saat ini. Namun, Dania yang terus menemani Savira masih belum juga melihat putrinya siuman.

"A-ayah ...."

Tiba-tiba, Dania dikejutkan oleh suara putrinya yang masih terbaring lemas di ranjang pasien. Pelan-pelan, Savira membuka mata dan melihat sosok ibunya yang berdiri di hadapannya.

"Savira, kamu sudah sadar, Nak?" Dania benar-benar bersyukur, akhirnya putrinya membuka mata.

Wanita paruh baya itu memeluk putrinya dengan manik mata berkaca-kaca. "Syukurlah, Kamu udah bangun. Ibu benar-benar khawatir sama kamu."

Savira celingukan, memandangi ruangan asing yang ditempati olehnya saat ini. "Aku ada di mana, Bu?" tanya Savira.

"Kamu ada di rumah sakit sekarang, Nak."

"Ayah mana? Kenapa Ayah nggak ada di sini? Ayah di mana, Bu?" Savira mulai panik dan histeris, begitu ia sadar dirinya berada di ruangan itu hanya bersama dengan ibunya.

"Ayah pasti masih di jalan, Bu! Kita harus jemput Ayah sekarang! Ayah butuh pertolongan, Bu! Ayah ngeluarin banyak darah dan—"

"Tenang dulu, Savira!" Dengan sabar, Dania berusaha menenangkan putrinya yang kalang kabut.

"Bu, kenapa kaki aku nggak bisa digerakin?" tanya Savira kembali panik. Setelah histeris mencari sang ayah, gini Savira dibuat gugup karena ia tak bisa menggerakkan tubuh bagian bawah.

Savira merasa tubuhnya masih terhimpit motor. Gadis itu terlihat begitu kesulitan saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya.

"Kaki aku kenapa, Bu? Kenapa aku nggak bisa gerak? Kenapa rasanya berat?"

Dania mengusap kepala Savira dengan lembut, kemudian memeluk putrinya itu seerat mungkin. "Kamu harus sabar, Savira! Kamu harus tabah."

"Apa yang terjadi sama aku, Bu? Kaki aku masih ada, 'kan? Aku masih punya dua kaki, 'kan?"

Air mata Dania mengucur makin deras. "Kedua kaki kamu masih utuh, Savira. Tapi Dokter bilang, kemungkinan besar tubuh kamu bagian bawah ... akan mengalami kelumpuhan," ungkap Dania diiringi tangis pilu.

Kecelakaan yang dialami Savira benar-benar menjadi malapetaka bagi gadis itu. Beberapa jam yang lalu, Savira masih bisa berlarian dengan menggunakan kedua kakinya. Namun, hanya dalam waktu sekejap, Savira langsung berubah menjadi gadis lumpuh yang tak bisa menggerakkan kakinya dengan bebas lagi.

"Aku ... lumpuh?"

Savira lemas. Gadis itu tak mampu berkata-kata. Kesedihannya saat ini tak bisa diutarakan dalam bentuk kata.

Savira menangis tanpa bersuara. Gadis itu membalas pelukan dari ibunya tak kalah erat.

Pikiran Savira mulai teralihkan sejenak. Savira tak lagi berteriak mencari ayahnya, tapi gadis itu saat ini mulai sibuk meratapi nasibnya yang akan melanjutkan hidup dengan kaki lumpuh.

"Kamu harus tetap kuat, Savira. Ibu akan selalu ada di samping kamu," ucap Dania.

Savira menangis cukup lama. Gadis itu masih berusaha untuk menerima kenyataan.

Savira tak bisa menyalahkan takdir. Ia harus menerima cobaan ini dengan ikhlas. Setidaknya, Savira masih bisa selamat dari maut usai mengalami tabrakan hebat di jalan raya.

"Kondisi Ayah gimana, Bu?" tanya Savira setelah gadis itu berhasil mengendalikan diri.

Dania bungkam. Ekspresi murung di wajah wanita itu terlihat begitu jelas.

"Ayah baik-baik aja, 'kan? Apa Ayah juga lumpuh sama seperti aku?" tanya Savira.

Dania tak mampu menatap mata putrinya. Wanita itu berusaha keras menahan tangis di depan Savira.

"A-ayah kamu ... ayah kamu sudah meninggalkan kita semua. Ayah sudah pergi untuk selamanya."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Nikahi Dia

    3)Runtuh sudah dunia Savira. Gadis itu tidak hanya kehilangan kaki dan kebebasannya, tapi Savira juga harus kehilangan ayah satu-satunya yang sangat ia cinta.Siapa sangka, canda tawa antara Savira dan Rahman sebelumnya akan menjadi momen terakhir bagi ayah dan anak itu. Hidup Savira benar-benar dibuat hancur karena kecelakaan ini."Nggak mungkin! Ayah pasti baik-baik aja, 'kan? Ayah nggak mungkin ninggalin kita, Bu! Ayah pasti baik-baik aja!" seru Savira menyangkal perkataan sang ibu.Gadis itu sangat shock, hingga ia tak bisa menerima kenyataan. Savira tak akan bisa melanjutkan hidupnya jika ia kehilangan ayah kesayangannya.Selama ini, Rahman sudah menjadi sandaran dan tumpuan hidup Savira. Pria paruh baya itu adalah sosok ayah dan suami yang sangat bertanggung jawab pada keluarga, dan selalu bekerja keras untuk membahagiakan anak serta istrinya.Walaupun Savira berasal dari keluarga yang serba kekurangan secara finansial, tapi Savira tak pernah kekurangan cinta dan perhatian dari

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Perdebatan

    Refal membelalakkan mata. Memang pria itu sudah membuat kesalahan besar, hingga ia menghilangkan nyawa seseorang. Tapi Refal tak menduga, ayahnya akan meminta dirinya untuk memberikan tanggung jawab dalam bentuk pernikahan."Maksud Papa apa? Kenapa aku harus menikah sama anak gadisnya yang udah lumpuh itu?" protes Refal. "Bukan aku satu-satunya orang yang bersalah dalam kecelakaan ini! Kalau aja motor itu nggak muncul tiba-tiba, aku juga nggak akan nabrak motor itu! Kenapa cuma aku yang disalahin? Orang yang bawa motor itu juga salah!""Kamu masih berani membela diri?" sentak Adrian. "Apa omelan Papa masih kurang? Apa teriakan Papa masih kurang kencang? Kamu tahu nggak, perbuatan kamu itu sudah fatal, Refal!""Tapi permintaan Papa itu nggak masuk akal! Kenapa Papa tiba-tiba minta Refal buat nikahin perempuan lumpuh itu?" sahut Rosnita ikut melayangkan protes pada suaminya. Rosnita juga tidak setuju pada rencana Adrian yang ingin menikahkan putra kesayangannya dengan gadis sembarangan.

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Kesepakatan

    Refal dan Adrian saat ini sudah berdiri di depan pintu ruangan Savira. Ayah dan anak itu akan menjumpai Savira serta ibunya untuk membahas mengenai kompensasi, dan juga pernikahan yang akan ditawarkan oleh Adrian.Refal tidak mempunyai pilihan lain saat ini. Untuk sementara, ia akan mengikuti rencana sang ayah. Refal sangat tahu bagaimana sifat ayahnya yang tak bisa ditentang. Refal hanya akan membuat ayahnya semakin marah jika ia tak mau menuruti perintah."Selamat siang, Bu Dania!" sapa Adrian pada Dania dengan sopan.Savira dan Dania cukup terkejut dengan kedatangan orang-orang yang tidak mereka kenal. Dania terlalu sibuk mengurus putrinya yang lumpuh dan mempersiapkan pemakaman suaminya, hingga wanita paruh baya itu belum sempat menjumpai orang yang sudah menabrak anak dan suaminya."Mohon maaf, Bapak siapa?" tanya Dania.Adrian mengeluarkan kartu nama di sakunya, kemudian menyodorkannya pada Dania. "Saya orang tua dari Refal, pengemudi mobil yang terlibat kecelakaan dengan motor

    Last Updated : 2025-02-09
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Pernikahan Tak Diinginkan

    "Apa maksud Bapak? Kenapa anak saya harus menikah dengan orang yang sudah melukainya?" protes Dania."Ibu dan anak Ibu pasti akan mendapatkan banyak keuntungan jika anak Ibu mau menikah dengan anak saya," jelas Adrian. "Saya akan membantu memberikan dukungan finansial pada Ibu dan putri Ibu setelah menikah nanti. Saya sudah tahu sedikit mengenai kondisi keluarga Ibu saat ini. Mendiang suami Ibu hanya bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji pas-pasan, dan Ibu sendiri hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Dengan kondisi anak Ibu yang seperti sekarang ini, Ibu pasti akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, 'kan?" ungkap Adrian."Bapak pikir kami menginginkan uang Bapak?" balas Dania.Savira melirik ke arah ibunya. Gadis itu memperhatikan uban di rambut Dania dan keriput di wajah ibunya itu."Sekarang Ayah udah nggak ada dan aku lumpuh. Aku nggak akan bisa kerja lagi," batin Savira dengan wajah muram. Savira mulai mencemaskan ibunya. Mau tak mau, Dania harus ba

    Last Updated : 2025-02-09
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Surat Perjanjian

    "Baca dan pahami, lalu tanda tangani," ujar Refal, sembari menyodorkan selembar kertas pada Savira.Baru saja Savira meraih kertas itu, ia seketika dibuat terperangah kala membaca deretan huruf besar pada kalimat awal yang tertera pada kertas tersebut. "Surat perjanjian? Perjanjian apa lagi ini? Bukankah semua perjanjiannya sudah jelas?" tanyanya, dengan kening mengerut. Menduga bahwa isi kertas tersebut akan membuatnya tidak aman."Ck! Gak usah banyak nanya, baca aja!" bentak Refal.Savira berusaha memendam perasaannya yang merasa geram karena sikap Refal yang sangat dingin dan sinis padanya. Dengan perlahan wanita yang saat ini menggunakan kursi roda itu pun membetulkan posisi kertas lalu membacanya.Kata demi kata ia baca dengan seksama, tetapi semakin banyak yang ia baca, raut wajahnya berubah, kerutan pada keningnya semakin terlihat jelas, pun ekspresi wajahnya menggambarkan bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang baik."Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing?" Kening Savira ber

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Rasa Penasaran

    "Rania? Siapa dia?" batin Savira menerka-nerka.Betapa tidak? Sejak Savira datang ke rumah itu dan mendapat sambutan yang kurang baik dari para panghuninya, ia sudah mempersiapkan terkait hal tersebut. Bahkan Savira tidak terlalu berharap lebih karena ia pun menyadari posisinya hanya gadis biasa yang hidup sederhana, tanpa kemewahan seperti suaminya.Namun, saat ia mendengar nama wanita lain, entah mengapa rasa penasarannya mulai mencuat. Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan Refal sangat spesial sehingga keluarga suaminya begitu mengelu-elukan wanita tersebut meski mereka kini sudah mempunyai sosok menantu baru?"Ah! Apa dia wanita yang harusnya jadi istri Mas Refal?" batinnya lagi, "dan apakah kehadiranku nghak sengaja merusak hubungan mereka?""Cukup, LUNA!"Di tengah-tengah tanda tanya yang terus berputar-putar dalam benaknya, Savira tiba-tiba dikejutkan dengan suara bentakan yang dikeluarkan oleh Adrian. Tampak lelaki paruh baya itu menatap anak bungsunya dengan tajam dan penu

    Last Updated : 2025-03-20
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Perlakuan Luna

    DEG!!Savira terdiam seketika, ia mengurungkan beberapa kalimat yang hendak ia ucapkan untuk menanggapi perkataan suaminya setelah mendengar cacian Refal yang begitu jelas di telinga. Tanpa banyak berkata lagi, Refal akhirnya benar-benar pergi dari kamar itu, tanpa rasa bersalah karena telah melukai Savira dengan perkataannya hingga membuat wanita itu tak bisa berkutik lagi."Aku? Kampungan?" lirihnya dengan kening mengerut, lalu detik berikutnya ia berdecih, "sembarangan!"Ya, Savira tampak berusaha tegar dan sejak awal sudah mempersiapkan diri jika ia mendapati perlakuan yang tak menyenangkan dari suaminya. Namun, entah mengapa cacian yang terdengar di telinganya kini justru terngiang-ngiang dalam pikirannya, seperti tak ingin pergi dan bersemayam sehingga tanpa disadari genangan air mata itu pun mulai terkumpul di sudut mata wanita berhijab tersebut.Savira pun mengerjap-ngerjapkan matanya, lekas menyeka air mata yang hampir menetes."Astaghfirullah ... kuatkan hamba yaa Allah ...

    Last Updated : 2025-03-23
  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Dusta

    "Huft! Sepi banget ...." Savira menggunam pelan. Perempuan berhijab itu duduk di kursi rodanya, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Di halaman depan rumah, Rosnita dan Luna tampak sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang sedang mereka bahas tetapi hal itu terlihat sangat hangat dan sukses membuat Savira merasa iri.Perlahan, tanpa sadar Savira mengembangkan senyumannya. "Keliatannya mereka sangat akrab, kapan aku bisa ikut bergabung dengan mereka?"Untuk sesaat wanita itu membayangkan bagaimana saat ia bisa ikut berbaur dengan ibu mertua serta adik iparnya dan bercanda tawa bersama. Pasti akan sangat menyenangkan dan hari pun terlewati dengan suka cita. Namun, harapan itu seketika sirna, Savira menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri sembari tersenyum getir"Sedang apa aku ini? Malah mikirin hal yang gak akan kejadian, jelas-jelas mereka gak akan pernah suka sama aku."Savira

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Diam-diam cemas

    Mobil yang Savira tumpangi akhirnya tiba di pekarangan rumah setelah sesi terapi yang cukup melelahkan. Wajahnya terlihat lebih tenang, meskipun tubuhnya masih terasa lelah akibat latihan fisik yang cukup intens. Hadi membantu mendorong kursi roda Savira hingga ke ruang tamu sebelum berpamitan untuk kembali ke kantor."Terima kasih, Hadi," ucap Savira dengan senyum tipis."Sama-sama, Nyonya. Anda bisa beristirahat agar tenaga anda cepat pulih," jawab Hadi sebelum melangkah keluar.Savira pun mengangguk pelan, sebelum akhirnya Hadi berpamitan dan pintu rumah tertutup, Savira menghela napas panjang. Ia merasakan sedikit kelegaan setelah menjalani terapi pertamanya dengan baik. Namun, perasaan lega itu tak berlangsung lama. Dari sudut ruangan, Luna muncul dengan wajah dingin dan senyum sinis yang sudah sangat dikenal Savira."Wow, Kakak iparku kelihatannya sumringah banget hari ini," ujar Luna dengan nada menyindir. "Pasti menyenangkan, ya? Keluar rumah ketemu cowok lain?"Savira menoleh

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Dokter Muda dan Tampan

    "Kita sudah sampai, Nyonya," ujar Hadi. "Tolong tunggu sebentar, saya akan membantu anda turun."Savira lantas mengangguk pelan dan menjawab. "Terima kasih."Hadi segera keluar dari mobil dan membantu Savira turun lalu mendorong kursi rodanya memasuki rumah sakit. Tiada hentinya Savira berterima kasih kepada Hadi bahkan saat mereka menunggu di meja resepsionis.Suasana rumah sakit itu tampak ramai dan banyak dokter muda berparas tampan berlalu lalang bercampur dengan para pasien yang berdatangan. Savira pun merasa gugup hari ini meski sejak tadi berusaha menyembunyikannya."Apa dokternya belum datang?" tanya Savira, melihat ke arah Hadi yang baru saja selesai berbincang dengan salah satu petugas resepsionis.Hadi pun lekas mengalihkan pandangannya kemudian menjawab. "Sudah, Nyonya. Kita disuruh menunggu karena dokter Aryan masih ada pasien."Savira pun mengangguk paham dan tidak kembali bertanya lebih. Meski dalam pikirannya tiba-tiba terlintas sebuah nama yang baru saja disebutkan ol

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Datar dan Dingin

    "Astaghfirullah ...." Savira bergumam dalam hati, berusaha menenangkan dadanya yang bergemuruh.Savira terdiam, menatap kosong. Ia tidak pernah menyangka suaminya akan bersikap dan berkata sekejam ini. Meski mustahil, ia masih menyimpan harapan kecil bahwa mungkin seiring berjalannya waktu, Refal akan melunak dan mau bersikap tidak terlalu bersikap dingin padanya. Namun, malam ini semua harapan itu hancur berkeping-keping. Rasanya sangat mustahil seorang Refal berubah dalam memperlakukannya. Melihat Savira yang menangis dalam diam, Refal sama sekali tidak menunjukkan rasa simpati. "Besok pagi, kamu akan memulai terapi. Aku sudah mengatur semuanya," katanya tanpa melihat ke arah Savira. "Jangan pikir ini karena aku peduli padamu atau semacamnya. Aku cuma mau kamu cepat pulih biar kita bisa segera pisah."Savira menghela napas pelan. "Ya. Aku tahu ... tapi minimal kamu bisa bersikap sedikit hangat. Toh, semua ini juga karenamu."Refal lalu menaikkan sebelah alisnya, terkejut dengan pen

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Derita

    "Akhirnya kamu pulang, Mas." Savira tersenyum menyambut suaminya yang baru saja muncul dari balik pintu. Tetapi Refal hanya diam tak menanggapinya bahkan meneruskan langkah melewati Savira yang berada tepat di hadapannya. Savira pun tersenyum simpul, tidak menghiraukan respon suaminya yang demikian, dengan berusaha menyingkirkan perasaannya yang tak menentu, Savira tetap tersenyum dan berusaha mencairkan suasana. "Nanti kita makan malam sama-sama, ya? Aku udah masak," ucapnya lagi sembari menggerakkan kursi rodanya, berusaha menyusul langkah Refal yang tentu tidak akan terkejar olehnya. Savira pun terduduk dengan wajah penuh harap. Ia tahu bahwa malam ini adalah gilirannya untuk menyajikan makan malam bagi suaminya. Meski ia tidak sepenuhnya memasak sendiri dan masih banyak dibantu oleh Mbok Sari, ia tetap merasa senang dan berharap Refal akan menghargai usahanya. Di meja makan sudah tertata sop ayam hangat, nasi putih, dan tumis sayuran. Ia juga menyajikan teh hangat favorit Refa

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Penuh Kebohongan

    "Gimana kabar Ibu di rumah? Maaf Savira belum bisa main ke rumah lagi, soalnya---"Ucapan Savira terhenti seketika, saat ibunya menepuk pundak sembari menggelengkan kepalanya dengan menorehkan senyuman hangatnya."Ibu baik-baik aja, Nak. Gak apa-apa ... Ibu ngerti, gak usah dipikirin yang penting kamu di sini sehat," ungkap Dania. "Biar Ibu aja yang main ke sini."Savira lalu mengangguk, membalas senyuman Dania meski hatinya merasakan kepedihan, terlebih nasibnya yang sehari-hari harus mendapatkan sikap buruk dari ibu mertua dan juga adik iparnya.Ya, Savira sudah tidak memikirkan sikap dingin Refal padanya bahkan sejak keduanya bertemu untuk kali pertama. Namun, Savira masih tak habis pikir dan terkejut dengan sikap kedua wanita itu. Padahal yang dirugikan di sini adalah Savira dan keluarganya. Pun posisi Savira seharusnya menjadi penyelamat keluarga konglomerat itu dari jeratan hukum. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Savira seakan-akan suda

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Dusta

    "Huft! Sepi banget ...." Savira menggunam pelan. Perempuan berhijab itu duduk di kursi rodanya, menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Di halaman depan rumah, Rosnita dan Luna tampak sedang berbincang-bincang sambil tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang sedang mereka bahas tetapi hal itu terlihat sangat hangat dan sukses membuat Savira merasa iri.Perlahan, tanpa sadar Savira mengembangkan senyumannya. "Keliatannya mereka sangat akrab, kapan aku bisa ikut bergabung dengan mereka?"Untuk sesaat wanita itu membayangkan bagaimana saat ia bisa ikut berbaur dengan ibu mertua serta adik iparnya dan bercanda tawa bersama. Pasti akan sangat menyenangkan dan hari pun terlewati dengan suka cita. Namun, harapan itu seketika sirna, Savira menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyadarkan diri sembari tersenyum getir"Sedang apa aku ini? Malah mikirin hal yang gak akan kejadian, jelas-jelas mereka gak akan pernah suka sama aku."Savira

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Perlakuan Luna

    DEG!!Savira terdiam seketika, ia mengurungkan beberapa kalimat yang hendak ia ucapkan untuk menanggapi perkataan suaminya setelah mendengar cacian Refal yang begitu jelas di telinga. Tanpa banyak berkata lagi, Refal akhirnya benar-benar pergi dari kamar itu, tanpa rasa bersalah karena telah melukai Savira dengan perkataannya hingga membuat wanita itu tak bisa berkutik lagi."Aku? Kampungan?" lirihnya dengan kening mengerut, lalu detik berikutnya ia berdecih, "sembarangan!"Ya, Savira tampak berusaha tegar dan sejak awal sudah mempersiapkan diri jika ia mendapati perlakuan yang tak menyenangkan dari suaminya. Namun, entah mengapa cacian yang terdengar di telinganya kini justru terngiang-ngiang dalam pikirannya, seperti tak ingin pergi dan bersemayam sehingga tanpa disadari genangan air mata itu pun mulai terkumpul di sudut mata wanita berhijab tersebut.Savira pun mengerjap-ngerjapkan matanya, lekas menyeka air mata yang hampir menetes."Astaghfirullah ... kuatkan hamba yaa Allah ...

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Rasa Penasaran

    "Rania? Siapa dia?" batin Savira menerka-nerka.Betapa tidak? Sejak Savira datang ke rumah itu dan mendapat sambutan yang kurang baik dari para panghuninya, ia sudah mempersiapkan terkait hal tersebut. Bahkan Savira tidak terlalu berharap lebih karena ia pun menyadari posisinya hanya gadis biasa yang hidup sederhana, tanpa kemewahan seperti suaminya.Namun, saat ia mendengar nama wanita lain, entah mengapa rasa penasarannya mulai mencuat. Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan Refal sangat spesial sehingga keluarga suaminya begitu mengelu-elukan wanita tersebut meski mereka kini sudah mempunyai sosok menantu baru?"Ah! Apa dia wanita yang harusnya jadi istri Mas Refal?" batinnya lagi, "dan apakah kehadiranku nghak sengaja merusak hubungan mereka?""Cukup, LUNA!"Di tengah-tengah tanda tanya yang terus berputar-putar dalam benaknya, Savira tiba-tiba dikejutkan dengan suara bentakan yang dikeluarkan oleh Adrian. Tampak lelaki paruh baya itu menatap anak bungsunya dengan tajam dan penu

  • Pesona Istri Lumpuh yang Tak Diinginkan   Surat Perjanjian

    "Baca dan pahami, lalu tanda tangani," ujar Refal, sembari menyodorkan selembar kertas pada Savira.Baru saja Savira meraih kertas itu, ia seketika dibuat terperangah kala membaca deretan huruf besar pada kalimat awal yang tertera pada kertas tersebut. "Surat perjanjian? Perjanjian apa lagi ini? Bukankah semua perjanjiannya sudah jelas?" tanyanya, dengan kening mengerut. Menduga bahwa isi kertas tersebut akan membuatnya tidak aman."Ck! Gak usah banyak nanya, baca aja!" bentak Refal.Savira berusaha memendam perasaannya yang merasa geram karena sikap Refal yang sangat dingin dan sinis padanya. Dengan perlahan wanita yang saat ini menggunakan kursi roda itu pun membetulkan posisi kertas lalu membacanya.Kata demi kata ia baca dengan seksama, tetapi semakin banyak yang ia baca, raut wajahnya berubah, kerutan pada keningnya semakin terlihat jelas, pun ekspresi wajahnya menggambarkan bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang baik."Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing?" Kening Savira ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status