*
"Iya, Pak. Sepertinya sibuk sekali.""Benar, Bu. Kita akan dikunjungi pengusaha dari kota. Investasinya sangat besar sampai kepala daerah juga turun tangan.""Alhamdulillah, pak. Ada yang melirik desa kita," sambungku sambil menemani Shaka yang sedang aktif-aktifnya berlari.Entah mengapa perasaanku melayang jauh mendengar pengusaha dari kota akan membangun hotel di tempat ini. Fatia juga begitu sibuk hari ini, tapi tetap menyempatkan diri untuk menemani Shaka bermain."Nona gak niat kembali ke kota tempat ayahnya Shaka." Entah mengapa Fatia bertanya kembali ke kota lagi. Apa ada kaitannya dengan pengusaha yang akan datang."Belum, Mbak. Aku masih betah disini.""Hm ....""Kenapa, mbak?"Dia menyodorkan ponselnya kepadaku. Kulihat gambar Reza di instagram gosip bersama Pricilia. Terlihat bahagia seperti pasangan suami istri. "Biasa aja, mbak. Aku"Apakah itu benar Dik Nina?" Kali ini aku tidak bisa mengelak lagi."Terus yang digendong ...." suara dokter Gunawan tercekat, aku tau pasti begitu banyak yang ingin ditanyakan.Namun, aku justru berbalik dan meminta Fatia yang mengurus dokter Gunawan. Aku belum siap untuk bertemu dengan masa laluku. Shaka masih dalam pelukanku. Maafkan aku dokter Gunawan, aku benar-benar belum siap."Dik Nina ...." setengah berlari aku meninggalkan dokter Gunawan. Kulihat Fatia ikut membantu menenangkan dokter Gunawan agar tidak banyak bertanya. Meski aku tahu Fatia tidak kenal dengan dokter Gunawan sebelumnya.Keesokannya, semua toko, apotek dan klinik aku tutup. Mengingat dokter Gunawan yang sudah mengetahui keberadaanku. Setelah ini pasti ada y
****Hari ini aku janji bertemu dengan dokter Gunawan. Mungkin sudah saatnya aku terbuka dan menceritakan semuanya hingga aku kabur ke kampung ini. Kunjungan pengusaha itu juga tak kalah heboh dan ramainya di kampung ini. "Siapa sih, mbak, pengusaha yang datang itu. Sampai warga kita heboh." "Katanya ganteng dan bening. Wajahnya mulus tanpa jerawat," sahut tetangga sebelah yang membuat kami tergelak ketawa. Ada-ada saja orang-orang ini. "Memang wajahnya orang kota beda, ya, terawat sekali," sambung salah satu karyawan sekaligus tetangga terdekat kami. Aku dan Fatia ikut tersenyum mendengar warga sekitar yang sepertinya terpesona dengan wajah pengusaha baru. "Bunda Shaka, ngomong-ngomong pria yang empat hari selalu nengok ke rumah itu siapa? Ganteng juga." "Oh, itu rekan saya dulu waktu di kota namanya dokter Gunawan, beliau juga sukarelawan." "Oh, dokter. Tau gitu ta kedipin tadi, bu."
Pov RezaGadis kecil itu berlari-lari sesekali melihatku, tapi dia begitu cuek. Aku pun hanya bisa menikmati gadis yang masih belia itu. Gadis yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Demi janji yang telah dibuat Daddy dan ayahnya untuk memenuhi wasiat mami.Namaku Reza Adytama. Daddy sudah meninggal lima tahun yang lalu. Kehidupanku nyaris berubah. Bahkan aku sudah memiliki anak, lebih tepatnya anak angkat. Ketika Daddy meninggal aku frustasi hingga menabrak wanita hamil yang sedang menyeberang. Saat itu juga aku yang merawat anak itu sampai saat ini. Merawat anak itu hidupku semakin berubah, aku bahkan belajar lebih dewasa. Namun, pesan dari ibunya Brayen masih kupegang saat ini, "Rawatlah anak ini, berikan dia nama Brayen seperti nama papanya yang sudah bahagia bersama istri barunya." Sampai saat ini Brayen hanya tahu aku adalah Daddy ny
Nina bahkan mengalami kekerasan yang kedua kalinya, entah bagaimana menginformasikan bahwa Ibu tiriku itu sebenarnya mengonsumsi obat yang membuatnya over dosis. Bahkan perawat dan dokter sudah berapa kali ganti, lebih sulit menyembuhkan orang yang pura-pura sakit daripada yang benar-benar sakit. Selain itu, aku tau dia nantinya akan memanfaatkan istriku Nina untuk mengambil sebagian harta yang kumiliki.Ibu tiriku punya motif dengan sakitnya akan menyerangku pada akhirnya nanti di media. Bagai buah simalakama ibu tiriku setelah di cek kesehatannya memang mengalami gangguan jiwa karena selalu mengonsumsi obat yang berbahaya dan kami tahu dia tidak bisa lepas dari obat itu. Karena harta seseorang bisa nekat. Sebenarnya jika dia minta baik-baik pasti akan kuberi sesuai porsinya, tapi dia justru main serong dibelakangku dan aku tahu itu semua dari informan yang sudah kubayar.Lagi, kedua kalinya Nina mengalami kekerasan dengan asistenku Rania. Untungnya
"Kalau kamu tidak bahagia bersamaku kenapa kamu harus pergi dan tinggal dengan dokter sialan itu, ha!!" Suaranya bahkan membuat pengunjung menatap kami.Jadi pengusaha yang viral hari ini adalah Reza Adytama!Mata kami beradu, semua tiba-tiba menjadi hening. Nampak kepala desa ikut terkejut melihat aksi tuan Reza terhormat. Bahkan setelah sekian tahun pun dia masih tidak berubah, tetap arogan seperti biasanya.Kupercepat langkahku tak ingin mempedulikan aksi Reza, dokter Gunawan pun mengikuti langkahku selayaknya pasangan bahagia. Rasanya ini seperti mimpi bagiku, kenapa takdir harus mempertemukanku dengan mereka berdua secara langsung. Reza dan Gunawan adalah masa lalu yang sangat ingin kuhindari.Fatia berlari mendekatiku,
"Suami macam apa kamu menggauli istrimu dengan hina, apakah kamu tidak mendengar jeratan tangisku malam itu tuan terhormat!" Aku lebih berteriak dia tidak bisa berkata apa-apa."Iya, karena aku memang hina dimatamu, tuan! Gadis desa yang tidak masuk list kriteriamu. Jika bumi berputar maka aku pun tak ingin melihatmu apalagi menjadi istrimu, tuan!" Aku sudah tidak peduli jika tetangga pun mendengar teriakanku, hatiku sudah terlanjur sakit."Iya aku tau aku salah, tapi kenapa kamu harus berhubungan dengan dokter sialan itu, ha? O, aku tau kalian sengaja menghindar dan sekarang punya anak.""Jaga mulutmu, tuan terhormat!" aku berteriak dan hampir menamparnya."Kamu marah karena aku benar, kan!"Plak!Satu tamparan mendarat di wajahnya, biar kali ini aku menjadi istri yang durhaka. Mulutnya benar-benar tidak disekolahkan."Dengarkan baik-baik tuan terhormat, aku memang gadis desa, gad
Reza berhenti lalu mengambil bola yang menggelinding ke arahnya. "Mau ambil ini?" tanyanya, Shaka mengangguk. "Mainnya pelan-pelan, ya, ganteng." "Oke." Shaka mengangkat jempolnya membuat semua yang bersama Reza tertawa melihat ulahnya Shaka. Yah, bagaimana tidak tertawa mereka kan sedarah pasti ada kesamaan. Kadang kalau melihat Shaka aku sering mengingat Brayen yang mirip dengan daddy nya. Dokter Gunawan ikut menemani Shaka bermain sambil kami bercerita banyak hal meski tuan terhormat memasang tampang tidak suka melihat dokter Gunawan yang mencari perhatian padaku dan Shaka. Memang enak dicueki. Entah apa yang dilihat di lahan ini, perasaan tak ada yang istimewa di lahan kosong ini, tapi dia terus berputar kesana kemari yang justru lucu menurutku. Para gadis di kampung ini terus mencuri pandang kepadanya. Ah, bukan Reza namanya kalau tidak cari perhatian dimana-mana. "Bagaimana melihatnya setelah s
"Anda memang pernah berhak atas hidupku karena anda adalah suamiku. Tapi itu dulu, tuan." Kulepas pelukannya begitu saja dan ingin segera masuk ke rumah. Namun, lagi-lagi tanganku dicekal olehnya. "Maafkan aku, Nin ...." Suaranya begitu serak seperti seseorang yang sedang terluka. "Aku memang salah telah menyakitimu," sambungnya lagi. Tanganku masih dipegang olehnya. Kali ini aku yang bingung bagaimana harus menjawabnya. "Pulanglah ... aku ingin istirahat," jawabku. "Sebelum masuk jawab dulu pertanyaanku, Nin." "Apa lagi tuan terhormat?"