Share

Part 2

Author: Ummi Salmiah
last update Last Updated: 2023-04-10 11:03:28

Aku menarik nafas lalu memghembuskannya pelan. Apa aku kabur saja, secara malam pertama belum kami lakukan. Itu artinya aku masih seperti gadis alias perawan. 

Ayah dan ibuku melambaikan tangan, apa mereka tahu jika laki-laki bernama Reza ini sudah menikah. Astagfirullah sudah mahluk tidak jelas, kemungkinan juga aku adalah istri keduanya.

Dia masuk dan duduk disebelahku. 

"Berangkat pak Jum ...."

"Siap Den!" Lagi-lagi aku menghembuskan nafas sambil berdo'a semoga keadaanku baik-baik saja.

"Bisu lagi? Santai aja, kamu kayak mau perang!" Matanya dikedipkan sok cool banget ini orang.

"Kamu sudah punya anak?" tanyaku memberanikan diri, tidak tahan dengan semua rasa penasaran ini.

"Iya, memang kenapa?" 

"Berarti kamu telah menipu keluargaku, Reza. Bukannya kamu mengaku perjaka?"

"Siapa bilang?! Nikmati saja kehidupan baru kita. Kamu sudah menjadi istriku dan orang tuamu sudah menyerahkanmu kepadaku jadi tidak perlu komplen," ucapnya penuh penekanan.

Lagi, aku dilanda perasaan resah. Tenang Nina. Lima tahun belajar psikolog harusnya aku bisa menahan emosi. Ini hanya praduga saja yang belum tentu menjadi sebuah kenyataan.  

  

Jika kubisa, ingin kuubah takdir yang kulewati ini. Namun, jelas wajah ayah yang penuh misteri sangat menginginkanku menikah dengan si Reza ini.

  

Ponselnya berdering lagi.

  

"Sabar, Nak. Daddy ada di jalan sama pak Jum. Brayen tunggu Daddy, perjalanan masih lumayan jauh." Bersama anaknya yang bernama Brayen itu dia mengubah suaranya. Lembut sekali.

  

Kupejam mataku. Berfikir keras bahwa ini akan menjadi awal babak baru dalam hidupku. Gadis desa yang hobi silat, karate, naik gunung, manjat pohon kelapa telah menjadi seorang istri. Aku tahu alasan ayah menyuruhku untuk kuliah psikologi agar bisa lebih peminim. Meski begitu aku tidak pernah lepas jilbab walau sedikit bar-bar jika didekati orang yang tidak jelas.

Wajah dokter Gunawan pun ikut menghiasi dalam bayanganku. Setelah sekian purnama baru kali ini hatiku dipenuhi dengan satu nama. Wajahnya mampu membuat candu sendiri. Tenang dan damai, sesuai dengan laki-laki idamanku.

Ketika kamu jatuh cinta, kamu harus menyiapkan dua ruang dalam hatimu. Satu ruang untuk cinta, satu ruang untuk luka. Dan aku pun merasakannya.

***

"Neng, bangun. Sudah sampai di rumahnya Bos."   Bahkan Pak Jum pun tidak tahu kalau bos nya sudah menikah denganku. 

Entahlah dia suami macam apa, istrinya ditinggal  begitu saja di mobil.

Keluar dari mobil hatiku sedikit berdebar, rumah modern yang megah dengan taman yang luas  bak istana kerajaan. Jadi si Reza ini orang kaya lalu punya banyak istri? Entahlah, kenapa aku selalu berfikiran negatif dengan si Reza ini. Seketika perasaan horor menyergapku apa didalam juga ada selir-selirnya si Reza? Tu kan, negatif lagi ini pikiran.

Asisten rumah tangganya menunggu di depan pintu. Meski sudah larut malam mereka masih siaga menunggu bosnya. Lucunya wajah mereka sedikit cemberut melihat si Reza menungguku di luar mobil. Sepertinya ini akan menjadi kisah yang menarik di rumah ini. Kecemburuan Para fans Reza yang membawa seorang gadis. Eh.

"Kenalkan ini namanya bu Dora kepala asisten rumah tangga di rumah ini. Kamu bisa minta tolong kepadanya." Lagi, dia hanya mengenalkan tetapi dia tidak mengatakan bahwa ini adalah istrinya. 

Satu per satu dia mengenalkanku dengan ART nya, begitu juga dengan kamar yang akan aku tempati. Namun, lagi-lagi dia tidak mengatakan bahwa aku ini adalah istrinya didepan semua ART nya. Baiklah, mungkin ini yang namanya istri hanya di atas kertas. 

Kurapikan bajuku yang tak seberapa ini. Tak lupa foto ayah dan ibu kupajang. Waktu menunjukkan jam sebelas malam, tapi tak ada rasa kantuk yang kurasa. Ini mungkin yang namanua dilema tinggal jauh dari orang tua dan lebih anehnya orang tuaku begitu sangat percaya dengan si Reza. Ingin mengadu ke mereka, tapi nampaknya hanya sia-sia belaka.

Dia datang tanpa basa-basi dan langsung duduk di sofa kamarku.

"Bagaimana? Semoga kamu betah disini."

"Hm ...."

"Bersiaplah, aku akan kenalkan dengan ibuku." Dia menarikku menuju kamar ibunya. Semua barangku yang masih tersisa langsung dibereskan oleh pembantunya. Ngakunya kaya, tapi kata ayah dia hanya mampu memberi mas kawin seperangkat alat salat. Aneh.

Di kamar yang  lumayan besar ada seorang wanita yang berumur sekitar 50 tahun. Jam sebelas malam ibunya masih belum tidur.  Tatapannya kosong, seperti ada beban dihatinya. Begitu kami masuk dia tak ada reaksi apa pun.  

"Mi, Reza pulang ...." Dia mencium tangan ibunya lalu memeluknya. Namun, respon tidak ada dari ibunya.

"Ini namanya Nina, dia yang akan menemani ibu setiap harinya." Deg! Maksudnya? Aku bakalan jadi perawat ibunya?

 

Dia menjelaskan jika ibunya sudah ada perawat khusus. Setahun belakangan ini ibunya mengalami gangguan jiwa jadi dia lebih banyak dikurung. Selain itu, ibunya mengidap insomnia, setiap malam dia nyaris tidak bisa tidur. Namun, si Reza tidak menjelaskan alasan kenapa ibunya mengalami gangguan. Aku hanya menjadi pendengar saja, tidak ingin banyak bertanya ini dan itu.

"Bagaimana keadaan mami?" tanya Reza ke perawat yang menjaga ibunya.

"Tadi sempat histeris waktu kami menelpon tuan, tapi sekarang udah mulai tenang setelah disuntik." si Reza menarik nafasnya. Ada beban di wajahnya.

"Kami mengatakan tuan sedang di jalan, makanya nyonya besar tenang. Tadi kami sempat kewalahan, tuan."

Walau bagaimana pun salut juga dengan si Reza, dia sangat bertanggung jawab dengan ibunya. Eits, pikiranku kenapa memujinya?  

"Semua kebutuhanmu akan dipenuhi di rumah ini. Yang kuminta kamu melihat dan menemani ibuku di rumah ini. Dia kesepian." Begitu katanya.  Kulihat ada dua perawat yang stand by di kamarnya.

"Selain kamu siapa di rumah ini?" tanyaku. Ini penting agar bisa menjaga kestabilan emosiku di rumah. Tak apa-apa tidak dianggap sebagai istri olehnya. Minimal aku bisa menjaga diriku agar tetap baik-baik saja di rumah ini.

"Aku punya saudara perempuan. Namanya Rena sekarang dia sedang jalan-jalan ke luar negeri." Oh, jadi si Reza ini punya anak, punya saudara perempuan dan ibu yang sedang sakit. Rumit banget hidupnya orang kaya satu ini. Rena punya hobi traveling, tidak suka di rumah. Bisa dikatakan kerjaannya menghabiskan duit apalagi menjaga ibunya yang sedang sakit.

Perawat yang dibelakang terdengar bisik-bisik.

"Mungkin itu baby siternya Brayen, secara tu anak sudah sepuluh kali ganti pengasuh. Kalau aku sih ogah jagain si Brayen. Nakalnya ketulungan." Deg, apaan lagi ini. Rumit amat isi di rumah ini. Jadi si Brayen itu juga banyak masalah dengan pengasuhnya.

Tak lama setelah dia menjelaskan dan suara bisik-bisik dari para ART  terdengar suara anak kecil berteriak sambil berlari.  

"Daddy ...!"

"Kenapa tidak bangunkan Brayen. Kangen sama Daddy. Semua di rumah ini sangat menyebalkan. Brayen minta ini itu tidak ada yang penuhi. Apalagi miss Dora yang Daddy banggakan itu tak bisa sama sekali kerja." Kusilangkan kakiku kali ini sambil tarik nafas. Sepertinya kehidupanku makin berat. Si Reza langsung memeluk anaknya. Seperti menenangkan.

"Itu siapa, Dad?" tanya si bocah. Umurnya kisaran empat tahun dari tatapan mata anak ini butuh kasih sayang, meski begitu nampaknya membuat ulah adalah sebuah kebanggaannya. Senyumnya mulai diubah melihatku. Oh, ini bocah mulai mengujiku. 

"Hai, Bro. Apa kabar? Kenalkan aku Nina yang akan menjadi sahabatmu." Dia diam, nampaknya aku mulai satu langkah kedepan darinya.

"Santai saja denganku, Bro. Kita akan jadi teman seperti para Bestie lovers di luar sana." Dia mulai kaget, masak aku kalah sama bocah. Ogah!  

"Pak Reza yang terhormat aku kembali ke kamar dulu, perjalanan dari desa ke kota sangat jauh." Dia hanya mengangguk. Kupandang lagi ibunya yang seperti meresponku, tapi dia segera alihkan. Apa benar dia sakit ibunya? Aneh.

"Besok kita main ya, Bestie. Kali ini aku begitu lelah." kukedipkan mata kepada si bocah. Setidaknya menghindari banyak rasa di kamar ibunya. Si Reza nampak tersenyum. Terpesona kali ma gadis desa. Uhuk!

Sesampai di kamar, semua sudah bersih dan harum. Bu Dora yang dipanggil Miss Dora oleh Brayen nampak meneliti semua ruangan.

"Itu alat apa, Miss?" tanyaku, dia nampak terkejut aku panggil miss.

"Maaf tadi aku dengar dari Brayen dia memanggil ibu dengan sebutan Miss."

"Ini adalah alat untuk mengukur debu, supaya nona nyaman di rumah ini. Tapi, ngomong-ngomong ...." suaranya terputus.

"Ngomong-ngomong apa, Miss?"

"Nona siapanya tuan? Sampai Tuan Reza menempatkan nona di ruangan ini?" apa aku harus jujur, aku ini istri tuannya itu.  

"Memang kenapa?" tanyaku penasaran.

"Dari sekian wanita baru kali ini tuan Reza membawa ke rumah dan mengenalkan ke nyonya besar. Dan aneh lagi nona diberikan ruangan yang kami tidak boleh masuki sekian tahun." maksudnya? Makin membuat bingung saja. Apa si Reza ini masih perjaka? Atau duda? Banyak istri sepertinya hanya dugaanku saja. Ini sungguh semakin menarik.

"Miss Dora ...!" Brayen berteriak memanggilnya. Syukurlah aku aman berarti, bagaimana aku menjelaskan bahwa aku ini istri sah bosnya. Sementara bosnya tidak mengungkit sedikit pun bahwa aku ini istrinya.

***

Suasana makin terasa sunyi. Sepertinya semua sudah tidur. Kuambil selembar kertas lalu membuat rancangan di rumah ini. Aku merasa ilmu perguruan tinggi yang kupelajari benar-benar diterapkan di rumah ini. Brayen yang terlihat banyak mencari perhatian. Ibunya seperti ada beban yang dipikul. Lalu hubungan ayah dan ibuku apa? Tidak mungkin mereka tidak mengetahui kondisi yang kualami di rumah ini. 

Satu persatu kuhubungkan dengan semua yang kurasakan hari ini. Terutama mengapa ayah begitu ikhlas Reza menjadikanku sebagai istrinya. Sementara selama ini ayah adalah orang yang selalu menentang jika aku dekat dengan laki-laki yang menurutnya harus jelas bibit, bebet, dan bobotnya.  

"Lagi buat apa? Katanya capek." Deg. Kenapa aku berdebar si Reza masuk ke kamarku. Kenapa pula ini orang seenaknya masuk ke kamar begitu saja. Sepertinya mulai besok aku harus mengunci kamar ini.  

"Mau apa ke kamarku?" Eh, dia malah senyum.  

"Aku suamimu, kamu lupa?" Harusnya dia mengakui di depan semua orang, seenaknya saja ini orang.

"Kamu tidak mau melayaniku malam ini, ha?" Astagfirullah ini orang seenak jidat ngomongnya.

"Maksudmu?" tanyaku kembali.

"Bukannya ini malam pertama kita, sayang?"  

Oalaaa. Kelakuan si Reza.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
suka banget sama sosok Reza yang suka godain Nina ...
goodnovel comment avatar
Muhammad Hanif Habibi Munifab_05
oalah... .
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
penasaran...emang ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri Dari Desa   Part 3

    "Daddy ngapain di kamar ini ...?" syukur akhirnya aku terselamatkan. Brayen nyelonong ke kamar persis seperti Daddy nya. Anak dan bapak kelakuannya sama saja. Si Reza jadi salah tingkah, emang enak."Ini Daddy mau cek saja. Agar tamu kita nyaman." Bingung kan mau jawab apa. Oke sip, aku dibilang tamu disini."Ayok ke kamar, Brayen ingin cerita." si bocah mengajak Reza untuk menemaninya tidur."Siap, komandan." Akhirnya dia keluar juga. Dan secepat kilat aku langsung kunci pintu jangan sampai kebablasan yang kedua kali. Sudah duda, punya anak, sok keren lagi itu orang. Besok adalah babak baru bagiku. Aku harus menyiapkan amunisi selama disini. Selain itu, sepertinya aku harus buat perjanjian dengan si Reza agar tidak semena-mena denganku. Meski berasal dari desa setidaknya aku harus punya strategi untuk mengalahkan musuh. Semangat, Nina!***Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Bangun tidur aku langsung salat tahajud dilanjutkan tilawah dan salat subuh. Setelah ini aku akan langsung m

    Last Updated : 2023-04-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 4

    Asa-ku seperti menari-nari. Ragaku seakan mati. Melakukan sesuatu yang tidak disenangi sungguh melelahkan. Kali ini aku tidak bertarung dengan hatiku saja. Namun, pikiran dan jiwaku ikut berjuang agar bisa keluar dari zona ini. (Nina Humaira)****Aroma rumah sakit menyeruak dihidungku. Ada Miss Dora yang menungguku. Cukup lama otakku berputar mengingat kejadian yang menimpaku. Aku baru sadar ternyata aku pingsan setelah memeluk ibunya Reza. Kuraba ternyata keningku yang diperban."Syukurlah akhirnya nona sadar juga," ucap miss Dora. Walaupun dia terlihat kaku, tapi dia cukup perhatian. Aku taksir umurnya miss Dora seumuran ibuku. Walau bagaimana pun dia memiliki jiwa keibuan."Lain kali dengar ucapanku nona. Jangan terlalu percaya diri jika dinasehati," sambungnya. Kali ini aku menarik nafas, bukan merasa bersalah. Hanya disalahkan rasanya menyesakkan sekali. Apa salahnya mencoba mengulurkan tangan berbuat baik meski aku sadar itu bisa berakibat fatal karena nyawaku taruhannya."Nyon

    Last Updated : 2023-04-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 5

    Dia melotot dan mendekat."Jangan terlalu pede jadi orang. Nih kertas fansmu, jan nghayal aku cemburu melihat kertas tidak jelas ini." Astagfirullah, benar-benar nguji iman ini orang."Terima kasih tuan Reza. Pastikan kamu tidak terlihat cemburu. Cemburu itu berat, tuan." Aku langsung keluar tanpa permisi. Syukurlah, ini kertas kembali lagi. Mana belum sempat kusimpan nomornya dokter Gunawan. Miss Dora langsung mengejarku. Benar-benar bersama si Reza membuat tekanan darah semakin tinggi."Apa hubungan kalian sebenarnya?" tanya Miss Dora."Seperti halnya miss yang menjaga privasi tuannya. Saya pun demikian. Kalau penasaran tanya sama tuannya," ucapku sambil senyam senyum. Kali aja si Reza mau membuka diri. Dia santai jalan disamping kami seperti biasa dia selalu terlihat pamer.Si Reza berjalan dengan asistennya. Persis seperti adegan di drama korea yang pemeran pangeran dijaga oleh pengawal. Sok cool sekali ini orang. Mau sekeren apa pun nyatanya dia hanya mampu memberi mas kawin sep

    Last Updated : 2023-04-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 6

    "Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya."Ok siap, Daddy." Si bocah semangat sekali mendukung Daddy nya. "Eh, tunggu dulu ....""Apalagi nona sok manis. Ha?" Dia mendekat. Kenapa lama-lama ini orang buat jantung rasanya mau copot."Tuan Reza tidak lihat kalau saya baru pulang dari rumah sakit. Butuh istirahat dulu, bagaimana kalau kita atur waktu." Aduh, kenapa juga aku bilang atur waktu."Kapan?" tanyanya. Jarak kami semakin dekat. Bisa habis oksigen ditubuhku dibuat."Satu minggu lagi. Bagaimana?""Baiklah ...." Dia makin mendekat dan secepat kilat aku masuk ke kamar. Benar-benar itu orang niat banget buat orang mati mendadak.Eh, si bocah sama si Daddy nya malah tertawa melihat tingkahku. Sampai malam aku tidak keluar kamar. Lebih tepatnya mengatur strategi. Satu minggu kedepan aku harus lebih kerja keras agar bisa main basket dan menjadi juaranya.****Bangun pag

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 7

    Kulihat waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Brayen seperti biasa mengerjai pengasuhnya. Mau dipakaikan seragam sekolah saja pengasuhnya ngos-ngosan. Benar-benar ini bocah menguji iman.Si Reza sok keren sudah siap berangkat ke kantor, asistennya begitu sibuk menyiapkan perlengkapannya. Aku mah cuek saja walau beberapa kali dia memandangku. "Miss Rania memang pas mendampingi tuan Reza kita mah apalah cuma ART biasa, tidak naik-naik pangkat," ucap salah satu ART di rumah ini yang bagian menyapu rumah."Memangnya Miss Rania itu mau sama tuan Reza?" tanyaku. Kenapa pula aku begitu kepo."Sangat mau miss. Kami bahkan takut dekat dengan tuan Reza kalau ada Miss Rania. Dia suka melototin. Namun, sayang, tuan Reza tidak membuka hatinya sedikit pun dengan gadis-gadis di rumah ini.""Oh, begitu. Kok jadi takut.""Sebaiknya nona fokus saja dengan tugas nona disini, jangan dekat -dekat dengan tuan Reza saingannya semua ART di rumah ini. Haha ...." Oala, seketika pengen ngumumin. Woi, aku ini istri

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 8

    Kumatikan ponsel yang ada ditanganku. Entah kapan si Reza sok cool ini ada disampingku. Benar-benar meresahkan. Semoga dokter Gunawan paham mengapa aku mematikan ponsel dengan sepihak."Setidaknya aku bisa bercerita dengan orang yang menghargaiku, tuan Reza.""Tapi kamu harus ingat aku adalah suamimu," ucapnya lagi."Maksudnya suami diatas kertas?" Kali ini aku harus tegas agar Reza tidak semena-mena."Siapa bilang, Nina? Itu hanya pradugamu saja.""Sudahlah, Tuan. Aku tidak bisa memaksa tuan menjadi suami sungguhan seperti lainnya. Pastikan saja ketika ibumu sudah sembuh pulangkan aku baik-baik ke orang tuaku.""Apa kamu ingin bersama dengan pak doktermu itu.""Setidaknya ada orang yang masih setia menungguku dari dulu sampai sekarang, tuan. Pada akhirnya aku dengan siapa kita lihat saja nanti," ucapku berlalu.Waktu menunjukkan magrib. Kulakukan salat magrib lalu lanjut tilawah. Hal yang kuimpikan ketika masih muda saat menikah adalah bisa menjalankan ibadah berdua. Tadarusan berdu

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 9

    Aku penasaran dengan Pricilia itu siapa. Sengaja aku berjalan menuju taman depan melihat siapa Pricilia itu. Ternyata memang benar, gadis kalangan atas dan terhormat. Pakaiannya sangat berkelas dan mahal. Apalah aku yang hanya gadis desa yang diberi mahar seperangkat alat salat sama si Reza itu."Hei! Cemburu, Miss?" Apaan bocah kecil ini, ngagetin aja."Eh anak kecil tau saja namanya cemburu!""Tau lah Miss, anak YouTube dan tiktok kayak saya ini sangat tau lah." Ya ampun, seketika aku merinding lihat anak sekecil ini tau yang namanya cemburu."Bocah ganteng, ini jam berapa? Kamu tau gak kalau di desa tempat saya jam segini biasanya dipakai anak-anak mengaji. Setelah itu mereka berkumpul dan bercerita ke orang tuanya kegiatan apa yang dilakukan hari ini." Tiba-tiba si Brayen diam. Waduh, apa aku salah ngomong."Apa kamu mau menjadikanku tempat ceritamu, teman? Kita bisa menjadi teman setiap hari." Brayen diam tidak membalas ucapanku. Apa dia tersinggung dengan ucapanku.Tak lama kemu

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 10

    "Ngapain ngintip nona sok manis? Apa kamu cemburu?!" Gayanya sungguh sok sekali ini orang. Siapa lagi kalau bukan Reza Adytama."Wah sepertinya anda harus benar-benar diperiksa, selain sok keren anda juga begitu percaya dirii," jawabku sambil berlalu. Mana udah keringetan lagi mau diajak gulat itu orang.Kubersihkan diriku terlebih dahulu. Setelah bersih aku langsung rebahan. Disini aku tidak lelah bekerja. Namun, lelah berfikir. Kenapa si Reza itu tidak jujur dengan semua orang tentang statusku dengan dirinya.Ting, notifikasi dari dokter Gunawan.[Assalamualaikum, dek Nina ini komposisi obat yang Dek Nina minta. Maaf agak telat. Obat ini terbilang berbahaya dan bisa membuat ketagihan penggunanya. Sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa mengak

    Last Updated : 2023-05-03

Latest chapter

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Dasar Aneh

    Aku tak henti tersenyum hingga tak terasa kami sampai rumah. Benar-benar tidak bisa diprediksi itu orang. Bisa-bisanya dia berubah dalam sekejap. Dasar aneh!"Kamu kenapa, Nak? Wajahmu bersemu merah," ucap bunda. Wajah herannya tidak bisa disembunyikan."Mungkin dari pesan yang dibaca," balas daddy. Bisa-bisanya mereka ikut usil. Astagfirullaah Aku pun sendiri bingung dengan tingkah anehku."Apa, iya, dari Brayen? Bukannya tadi dia sedang berduka," sambung bunda lagi."Kamu kayak tidak tahu aja anak nakal itu, dia akan mengejar sampai dapat," balas daddy."Hooh, kayak abang, sih." Eh, kok mereka sekarang yang berdebat."Sudah sampai, Bund. Ayo kita masuk, Monica sudah lapar, apalagi lihat bunda dan Daddy berdebat makin buat Monica lapar." Mau bagaimana lagi, Daddy sama abang Brayen itu memiliki kemiripan. Itu tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua susah ditebak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala mengingat tingkah unik abang Brayen yang kurasa aneh. Entah mengapa jiwa usilku ngin

  • Pesona Istri Dari Desa   Kau Tak Akan Terganti

    "Maksudnya?" tanya daddy memperjelas."Dokter Brayen baru saja menangani operasi besar, kemungkinan tidak mengaktifkan ponselnya," jawab dokter yang jaga di depan IGD."Syukurlah ...." Bunda ikut lega karena prasangka dari Arvian tidak benar.Sekarang aku yang panik karena ponselku terus bergetar karena pesan dari abang Brayen. Ya Allah, habis aku setelah ini."Arvian cari ayah dulu, Opa," kata Arvian."Iya, cucu eyang yang panikan," balas bunda. Dari masalah ini kami jadi paham jika Arvian selama ini menyimpan luka yang tidak kami sadari. Dia begitu menyanyangi ayahnya-Abang Brayen."Mon kamu mau kemana?" tanya bunda yang melihatku berbalik arah, sebenarnya mau kabur karena pesan yang kukirim pada abang Brayen pasti akan ditagih."Pulang, Bund.""Oh ....""Ayo kita pulang, biarkan Arvian bersama ayahnya," balas daddy."Abang tidak menemui anak nakalnya." Bunda ternyata iseng juga sama daddy. Melihat daddy salah tingkah membuat aku ikut tertawa juga. Lucu ekspresi daddy."Bunda iseng

  • Pesona Istri Dari Desa   Bikin Panik!

    "Maksudmu diantar Brayen?" tanya bunda dengan penuh senyuman. Kenapa bunda bahagia? Daddy juga tidak terlihat marah. Apa aku tidak salah lihat, sementara Arvian balik dan tidak berucap. Aneh kulihat oang-orang."Iya, Bund. Dia maksa mau antar pulang," balasku jujur."Tapi kamu mau," balas daddy menatapku."Dipaksa, Dad." "Bilang saja kamu bahagia diantar oleh si anak nakal itu," sambung daddy. Kenapa aku bahagia mendengar omelan daddy. Anak nakal itu seperti ungkapan kerinduan."Abang gak marah?" tanya bunda heran. Jangankan bunda, aku pun sangat heran."Kita sudah cukup tua untuk sakit hati, biarkan mereka yang menentukan apa yang terbaik bagi mereka." Ha? Apa aku gak salah dengar daddy Reza mengatakan hal tersebut."Wow, menyala abang Reza," sahut bunda. Ada yang menghangat di hatiku, ini tidak mimpi 'kan? semua seperti mendukung kami bersama."Jangan senyum-senyum sendiri, Mon," sambung daddy.Tu kan, semua isi pikiranku hanyalah khayalan semata. Aku tetap sadar diri agar tidak te

  • Pesona Istri Dari Desa   Jujurlah

    Ternyata abang Brayen tidak mau menyerah, dia mengikutiku dari belakang. Tanpa ragu dia bahkan menarik tanganku ke mobilnya. Aku yang ingin melepas diri, kalah dengan tangannya yang begitu kekar. "Biar nanti mobilnya diantar pak sopir saja," katanya enteng."Apa semua wanita begini menyusahkan," katanya lagi. Dia nampak sebal melihat Nugroho mendekatiku. Wajah cemburunya tidak bisa di sembunyikan."Mau kemana?" tanyaku spontan."Aku antar pulang, Daddy sudah menunggumu sejak tadi.""Maksudnya?" apa benar daddy menungguku. Darimana dia tahu. Bisa saja ini hanya akal-akalanya saja agar bisa mendekatiku."Kenapa heran begitu, bukannya kami berdua sama-sama tukang intip," balasnya sambil terkekeh.Dengan santainya dia menyetir, aku dibuat bingung sendiri dengan tingkahnya. Walau entah mengapa ada yang terasa hangat di hatiku. "Singkirkan pikiranmu bisa mencari laki-laki yang lain selain aku," katanya lagi. Kali ini nada bicaranya lebih intens. Ada ketegangan di wajahnya seperti sangat s

  • Pesona Istri Dari Desa   Beri Aku Kesempatan

    Dia terus menatapku membuatku salah tingkah. Dengan entengnya dia minum kopi yang aku pesan. Benar-benar meresahkan. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani menatap wajahnya."Sejak kapan dokter Monica bisa minum kopi?" tanyanya lagi. Aku hanya bisa menunduk, tak kuat hanya sekedar memandangnya. Apa rasa ini tumbuh kembali? Mengingat dia jauh lebih fresh, serta hidupnya kulihat lebih teratur."Kenapa tidak berani memandangku?" tanyanya dengan santai. Cemilan yang bahkan kupesan ikut serta dia makan. Aku terus menarik napas agar bisa mengendalikan diri."Apa kerjaan dokter yang dikatakan hebat ini suka ngintip?" tanyaku. Aku tak mau kalah."Kalau bisa aku akan mengintipmu setiap saat, Sayang." Duh, kenapa dia menatapku seperti itu.Aku bangkit dan beranjak dari tempat duduk, tapi abang Brayen langsung menahanku. Mata kami beradu, dia bahkan menatapku dengan lekat."Mau kemana?" tanyanya."Mau kembali ke rumah sakit, gara-gara kalian hidupku tidak tenang, tidak daddy, anda pun demikian.

  • Pesona Istri Dari Desa   Suka Ngintip?

    "Apa tidak salah dokter mau bekerja sama dengan hospital group, mengingat Perusahaan Adytama salah satu perusahaan terbesar di kota ini.""Tidak masalah, Bu. Yang punya kan daddy saya, sementara saya baru merintis." "Oh, baiklah."Ini bukan sekali dua kali ketika pertemuan mereka terlihat heran, tapi sebenarnya aku sengaja membuka identitasku di depan dokter Ika karena aku melihat dia membuka identitasnya waktu berkenalan. Sebagai pembisnis daddy selalu mengajarkan untuk tidak boleh terlihat lemah. Apalagi seperti orang yang heran dengan kekayaan atau kesuksesan orang lain, meski kita terlihat sederhana, tetapi harus tetap untuk menjaga pembawaan diri agar disegani oleh rival. Ini yang aku pegang, ketika menemukan sosok seperti dokter Ika, maka aku pun tidak boleh menunjukkan kelemahan di hadapan dia."Mari kita mulai, Dok," sambungnya.Setelah panjang lebar kami berkomunikasi akhirnya kami menemukan kesimpulan. Kami juga sepakat membangun kerja sama kedepannya. Fokus dengan tujuan,

  • Pesona Istri Dari Desa   Apa Aku Orang Yang Beruntung?

    Semalaman aku berpikir keras, amarah daddy masih nampak jelas di depanku. Kurasa itu sangat wajar, orang tua mana yang mau melihat anaknya susah untuk kedua kalinya. Aku pun heran bahkan sekian tahun berganti mengapa harus dia? Mengapa dia masih bertahta padahal kesalahannya begitu fatal. Harusnya aku menyadari bahwa dinding diantara kami begitu tinggi dan kokoh, bahkan aku sadar di kehidupan kedua pun tak ada yang merestui hubungan kami. "Monica, bunda boleh masuk?" tanya bunda yang sedang mengetuk pintu kamarku. "Boleh, Bund. Monica tidak menguncinya."Bunda masuk lalu mengajakku bicara, nampak sekali bunda terlihat cemas melihatku. Apakah aku terus yang akan membuat hatinya terluka? Tanpa berbicara pun, bunda paham dengan apa yang aku rasakan. "Apa ucapan daddy mengganggumu?" tanya bunda. "Gak, Bund. Menurutku itu hal wajar sebagai orang tua. Aku pun sebagai orang tua akan bersikap demikian jika membuat hati anakku sakit.""Apa susah bagimu melupakan cinta pertamamu?" tanya b

  • Pesona Istri Dari Desa   Sepertinya Tak ada Harapan

    Ada hangat dalam hati ini yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, setidaknya aku punya harapan bersamanya lagi tanpa merebut dia dari Aksen. Setitik asa mulai terlihat untuk mengulang kembali di masa depan bersamanya. Wajahnya bahkan senyumnya begitu candu bagiku. Aku rasa ini yang dinamakan cinta yang berbalik padaku, wanita yang pernah menjadi adik angkatku itu membuat hidupku berubah drastis. Apa aku serakah dengan perasaan ini? Walau jujur aku bahagia bisa melihatnya lebih dekat tanpa takut dia milik orang lain."Kenapa melamun begitu?" tanya Aksen tiba-tiba sudah ada di rumah sakit.Dia memang laki-laki tak terduga, kadang aku berpikir kenapa ada laki-laki sebaik dia. Meski aku pernah berkelahi dengannya tak sedikit pun dia membalas, dia justru selalu membantuku dalam diam. Hatinya seluas samudera yang kadang membuatku malu sendiri. Walau jujur aku heran dia belum memiliki keturunan bersama Monica."Sejak kapan di Indo?" tanyaku balik."Sudah seminggu ini," balasnya."Kenapa

DMCA.com Protection Status