Share

Part 3

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 11:04:28

"Daddy ngapain di kamar ini ...?" syukur akhirnya aku terselamatkan. Brayen nyelonong ke kamar persis seperti Daddy nya. Anak dan bapak kelakuannya sama saja. Si Reza jadi salah tingkah, emang enak.

 

"Ini Daddy mau cek saja. Agar tamu kita nyaman." Bingung kan mau jawab apa. Oke sip, aku dibilang tamu disini.

 

"Ayok ke kamar, Brayen ingin cerita." si bocah mengajak Reza untuk menemaninya tidur.

 

"Siap, komandan." Akhirnya dia keluar juga. Dan secepat kilat aku langsung kunci pintu jangan sampai kebablasan yang kedua kali. Sudah duda, punya anak, sok keren lagi itu orang. 

 

Besok adalah babak baru bagiku. Aku harus menyiapkan amunisi selama disini. Selain itu, sepertinya aku harus buat perjanjian dengan si Reza agar tidak semena-mena denganku. Meski berasal dari desa setidaknya aku harus punya strategi untuk mengalahkan musuh. 

 

Semangat, Nina!

 

***

Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Bangun tidur aku langsung salat tahajud dilanjutkan tilawah dan salat subuh. Setelah ini aku akan langsung mengecek ibunya si Reza yang sedang sakit. Misi pertamaku adalah mengetahui kondisi ibu mertua yang sedang mengalami gangguan jiwa.

 

"Toloong ...!"

 

"Tidak! Kumohon jangan ganggu aku! Tolong!" Astagfirullah itu suara siapa? 

 

Semakin kudekati semakin jelas jika suara itu dari kamar ibunya Reza. Dan tak ada satu pun yang bangun mendengar suara ibunya yang berteriak termasuk perawatnya.

 

"Biasa saja, neng. Kami sudah biasa mendengar teriakan ini setiap pagi," ucap perawat yang menjaganya. Maksudnya? Dan mereka membiarkannya. 

 

"Toloong ...!"

 

"Aku takut!"

 

Aku mendekat ke arahnya. Dia semakin terlihat ketakutan.

 

"Siapa kamu?! Kamu pasti ingin membunuhku juga kan? Sama seperti perawat-perawat itu!" Matanya melotot. Cukup mengerikan. 

 

Aku semakin dekat. Entah mengapa jiwa penasaranku semakin kuat.

 

"Pergi kamu! Jangan mendekat!" Selain matanya melotot, dia sangat mengerikan ketika marah.

 

Reza berlari dan langsung memeluk ibunya.

 

"Ini Reza, Mi. Semuanya akan baik-baik saja. Mami tetap tenang." Reza melihatku dan seperti mengusirku. 

 

Ibunya tenang dan aku kembali ke kamarku. Baru segitu saja aku sudah merasa takut. Tatapan mata ibunya yang melotot cukup mengerikan. Rumah ini berasa horor seketika. Namun, aku harus kuat, aku menganggap ini sudah bagian dari hidupku. Aku yakin bahwa ridho orang tua yang mengantarku kesini pasti ada asbabnya. 

 

Tok! Tok! Tok!

 

"Siapa?"

 

"Aku, Reza."

 

Kubuka pintu kali ini aku harus siaga dan melanjutkan misiku semalam.

 

"Ada apa?" tanyaku

 

"Kenapa mami sampai ketakutan begitu melihatmu?" tanyanya.

 

"Itu wajar karena aku orang baru disini."

 

"Aku harap kamu tidak semakin memperburuk keadaan mami dengan kehadiranmu." Maksudnya? Wah ini si Reza ngajak berantem sepertinya.

 

"Maksudmu?"

 

"Aku tidak segan mengusirmu jika mami semakin parah dengan kehadiranmu." Sadis sekali mulutnya si Reza.

 

"Tak masalah, aku malah semakin suka kamu mengusirku," jawabku santai. Kalau sudah tidak baik dimata orang sekalian tidak baik. Jangan sampai pura-pura baik. Itu sangat melelahkan.

 

"Aku ingin mengajukan perjanjian padamu Reza."

 

"Perjanjian apa?"

 

"Jika aku bisa menyembuhkan ibumu, aku mau kamu melepasku. Mengembalikan aku pada orang tuaku dengan baik. Selain itu jangan pernah sentuh aku."

 

"Jika tidak berhasil?" tanyanya kembali.

 

"Aku akan mengikuti maumu."

 

"Yakin?" Dia meragukanku.

 

"Dari tadi malam sampai saat ini kamu belum mengenalkanku dengan semua orang bahwa aku istrimu. Aku tahu kamu juga tidak ada rasa denganku. Entah apa perjanjianmu dengan orang tuaku. Namun, saat ini aku ikhlas menjalani semuanya."

 

"Jangan berburuk sangka. Berburuk sangka itu tidak baik bagi kesehatan. Apa aku harus mengenalkanmu ke semua orang."

 

"Tidak perlu. Itu nanti menyulitkanku ketika pergi dari rumah ini."

 

"Kamu yakin? Jangan sampai kamu justru terpesona denganku lalu bertahan disini." Tarik nafas Nina, memang si Reza ini bukan lawan main yang biasa. Justru kamu yang akan terpesona dengan gadis desa ini, Reza.

 

Kuberikan selembar perjanjian kepadanya lalu kuminta tanda tangan. Tidak sia-sia menulis sampai larut tadi malam.

 

"Cepat tanda tangan!"

 

"Wow, ternyata kamu lebih cepat. Kenapa tidak diketik. Tu laptop sama printer di kamarmu." Kenapa juga aku tidak memperhatikan fasilitas di kamar ini. Walau bagaimana pun tidak elok rasanya jika lansgung menggunaka fasilitas yang ada.

 

"Harus dengan karya sendiri, ini tulisan asliku." Tak lupa kububuhi materai untung ada materai yang teraisa didompetku. 

 

Dengan gaya sok coolnya dia tanda tangan juga. Percaya dirinya jangan diragukan lagi ini orang. Benar-benar pede pokoknya.

 

"Kupastikan kamu akan terpesona padaku," ucapnya. Gak kebalik gaes. 

 

Dia keluar dari kamar. Brayen nampak berlari kesana kemari dikejar pengasuhnya. Ya sallam, tu bocah benar-benar bikin tensi naik. Sepertinya aku harus mempelajari semua orang di rumah ini.

 

"Nona, sarapan sudah siap Tuan Reza menyuruhku untuk memanggilmu ke ruang makan." Dora, asisten rumah tangga memanggilku.

 

"Baik, aku akan segera kesana." 

 

Semua terlihat kesana kemari. Reza juga tidak ada ditempat makan. Seketika perasaanku tidak enak melihat kondisi rumah yang horor ini.

 

"Ada apa miss Dora?"

 

"Seperti biasa nyonya besar kumat lagi."

 

Brayen juga sedang diawasi oleh pengasuhnya kesana kemari. Pagi yang bikin mulas perut melihat kondisi ini.

 

Ini kesempatanku untuk ke ruang ibunya Reza. Barangkali ini berhasil. Tak ada salahnya mencoba.

 

"Mau kemana, Nona? Sebaiknya nona diam di tempat makan. Jangan ikut campur dengan kondisi di rumah ini." Miss Dora menghalangiku.

 

"Aku ingin melihat kondisi ibunya tuan Reza," sambungku. Kali ini aku harus memanggil si Reza dengan sebutan tuan. Biar tak ada satu pun yang mengetahui bahwa aku adalah istrinya Reza.

 

"Diam saja dan sarapan. Kamu tidak akan berhasil. Puluhan dokter dan perawat sudah menyerah merawat nyonya besar. Apalagi kamu orang baru pastinya Kamu juga tidak akan berhasil." Separah itu kah ibunya si Reza sampai puluhan dokter dan perawat sudah melihat kondisinya.

 

Aku semakin tertantang dengan semua ini.

 

Kali ini aku harus lebih semangat demi perjanjian yang telah kubuat. Aku pernah belajar psikolog. Akan kulakukan dengan kedekatan kasih sayang. Ini penting melihat kondisi ibunya si Reza sepertinya trauma dan kelihatan butuh tempat untuk bersandar.

 

"Pergi kalian!"  ibunya Reza berteriak histeris

 

Semua benda didekatnya dilempar. Reza tidak ada di kamar ibunya.

 

"Tuan Reza kemana?" tanyaku ke salah satu perawat yang ada di kamar ibunya Reza. 

 

"Dia sedang menghubungi dokter pribadi keluarga." Perawat yang satunya menjawab.

 

"Memangnya apa yang terjadi?"

 

"Sekali waktu nyonya besar seperti ini, kami hanya diminta menjaga agar nyonya besar tidak keluar kamar. Tuan Reza khawatir jika ibunya keluar kamar bisa kabur dari rumah."

 

Bahkan dari mereka ada yang terdengar bisik-bisik, "Benar-benar meresahkan nyonya besar ini." 

 

Sepertinya ini sangat menarik di rumah ini ada dua kubu yang kulihat ada yang benar-benar menjaga dan merawat. Namun, ada juga yang sepertinya enggan untuk menjaga ibunya Reza. Ini juga harus aku teliti siapa tahu sebenarnya ada yang menginginkan ibunya Reza seperti ini. 

 

Ibunya Reza semakin histeris dan memecahkan benda-benda yang ada di kamarnya. Ini bahaya karena sudah ke ranah melukai diri sendiri dan orang lain. Aku memberanikan diri mendekat ke arah ibunya si Reza yang baru kutahu namanya bu Ratna itu.

 

"Ibu ...." Ku gunakan teknik pendekatan verbal terlebih dahulu. Dia diam mendengar aku menyebutnya dengan sebutan ibu.

 

"Ibu ... Ini aku anakmu, Nina."  Dia melepas benda yang ada ditangannya. Lumayan dia merespon. Semoga teknik ini berhasil.

 

"Bolehkah aku memelukmu, ibu?"  Dia merespon dengan air mata. Perawat dan ART yang lain nampaknya ikut terkesima melihat respon ibunya Reza.

 

Tak menyangka dia mendekatiku lalu kami berpelukan seperti seorang anak dan ibu yang dilanda kerinduan. Kulihat Reza masuk ke kamar ibunya dengan tatapan heran melihatku dipeluk ibunya. Yes, kali ini aku pasti berhasil membuat ibunya luluh denganku. Nina dilawan!

 

Tak berselang lama kemudian ....

 

"Nina, Awaaas!" Reza berteriak. 

 

Seketika pandanganku kabur, semua nampak gelap. Aku melihat darah ditanganku. 

 

Apa aku pingsan!

 

Ada apa dengan Nina? Apa yang terjadi sebenarnya? 

 

 

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
ada apa??terjadi sesuatu kah??
goodnovel comment avatar
Owoh Lee Lea
ulah ibu mertua yang kerasukan
goodnovel comment avatar
Aam Aminah
lanjut makin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dari Desa   Part 4

    Asa-ku seperti menari-nari. Ragaku seakan mati. Melakukan sesuatu yang tidak disenangi sungguh melelahkan. Kali ini aku tidak bertarung dengan hatiku saja. Namun, pikiran dan jiwaku ikut berjuang agar bisa keluar dari zona ini. (Nina Humaira)****Aroma rumah sakit menyeruak dihidungku. Ada Miss Dora yang menungguku. Cukup lama otakku berputar mengingat kejadian yang menimpaku. Aku baru sadar ternyata aku pingsan setelah memeluk ibunya Reza. Kuraba ternyata keningku yang diperban."Syukurlah akhirnya nona sadar juga," ucap miss Dora. Walaupun dia terlihat kaku, tapi dia cukup perhatian. Aku taksir umurnya miss Dora seumuran ibuku. Walau bagaimana pun dia memiliki jiwa keibuan."Lain kali dengar ucapanku nona. Jangan terlalu percaya diri jika dinasehati," sambungnya. Kali ini aku menarik nafas, bukan merasa bersalah. Hanya disalahkan rasanya menyesakkan sekali. Apa salahnya mencoba mengulurkan tangan berbuat baik meski aku sadar itu bisa berakibat fatal karena nyawaku taruhannya."Nyon

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 5

    Dia melotot dan mendekat."Jangan terlalu pede jadi orang. Nih kertas fansmu, jan nghayal aku cemburu melihat kertas tidak jelas ini." Astagfirullah, benar-benar nguji iman ini orang."Terima kasih tuan Reza. Pastikan kamu tidak terlihat cemburu. Cemburu itu berat, tuan." Aku langsung keluar tanpa permisi. Syukurlah, ini kertas kembali lagi. Mana belum sempat kusimpan nomornya dokter Gunawan. Miss Dora langsung mengejarku. Benar-benar bersama si Reza membuat tekanan darah semakin tinggi."Apa hubungan kalian sebenarnya?" tanya Miss Dora."Seperti halnya miss yang menjaga privasi tuannya. Saya pun demikian. Kalau penasaran tanya sama tuannya," ucapku sambil senyam senyum. Kali aja si Reza mau membuka diri. Dia santai jalan disamping kami seperti biasa dia selalu terlihat pamer.Si Reza berjalan dengan asistennya. Persis seperti adegan di drama korea yang pemeran pangeran dijaga oleh pengawal. Sok cool sekali ini orang. Mau sekeren apa pun nyatanya dia hanya mampu memberi mas kawin sep

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 6

    "Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya."Ok siap, Daddy." Si bocah semangat sekali mendukung Daddy nya. "Eh, tunggu dulu ....""Apalagi nona sok manis. Ha?" Dia mendekat. Kenapa lama-lama ini orang buat jantung rasanya mau copot."Tuan Reza tidak lihat kalau saya baru pulang dari rumah sakit. Butuh istirahat dulu, bagaimana kalau kita atur waktu." Aduh, kenapa juga aku bilang atur waktu."Kapan?" tanyanya. Jarak kami semakin dekat. Bisa habis oksigen ditubuhku dibuat."Satu minggu lagi. Bagaimana?""Baiklah ...." Dia makin mendekat dan secepat kilat aku masuk ke kamar. Benar-benar itu orang niat banget buat orang mati mendadak.Eh, si bocah sama si Daddy nya malah tertawa melihat tingkahku. Sampai malam aku tidak keluar kamar. Lebih tepatnya mengatur strategi. Satu minggu kedepan aku harus lebih kerja keras agar bisa main basket dan menjadi juaranya.****Bangun pag

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 7

    Kulihat waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Brayen seperti biasa mengerjai pengasuhnya. Mau dipakaikan seragam sekolah saja pengasuhnya ngos-ngosan. Benar-benar ini bocah menguji iman.Si Reza sok keren sudah siap berangkat ke kantor, asistennya begitu sibuk menyiapkan perlengkapannya. Aku mah cuek saja walau beberapa kali dia memandangku. "Miss Rania memang pas mendampingi tuan Reza kita mah apalah cuma ART biasa, tidak naik-naik pangkat," ucap salah satu ART di rumah ini yang bagian menyapu rumah."Memangnya Miss Rania itu mau sama tuan Reza?" tanyaku. Kenapa pula aku begitu kepo."Sangat mau miss. Kami bahkan takut dekat dengan tuan Reza kalau ada Miss Rania. Dia suka melototin. Namun, sayang, tuan Reza tidak membuka hatinya sedikit pun dengan gadis-gadis di rumah ini.""Oh, begitu. Kok jadi takut.""Sebaiknya nona fokus saja dengan tugas nona disini, jangan dekat -dekat dengan tuan Reza saingannya semua ART di rumah ini. Haha ...." Oala, seketika pengen ngumumin. Woi, aku ini istri

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 8

    Kumatikan ponsel yang ada ditanganku. Entah kapan si Reza sok cool ini ada disampingku. Benar-benar meresahkan. Semoga dokter Gunawan paham mengapa aku mematikan ponsel dengan sepihak."Setidaknya aku bisa bercerita dengan orang yang menghargaiku, tuan Reza.""Tapi kamu harus ingat aku adalah suamimu," ucapnya lagi."Maksudnya suami diatas kertas?" Kali ini aku harus tegas agar Reza tidak semena-mena."Siapa bilang, Nina? Itu hanya pradugamu saja.""Sudahlah, Tuan. Aku tidak bisa memaksa tuan menjadi suami sungguhan seperti lainnya. Pastikan saja ketika ibumu sudah sembuh pulangkan aku baik-baik ke orang tuaku.""Apa kamu ingin bersama dengan pak doktermu itu.""Setidaknya ada orang yang masih setia menungguku dari dulu sampai sekarang, tuan. Pada akhirnya aku dengan siapa kita lihat saja nanti," ucapku berlalu.Waktu menunjukkan magrib. Kulakukan salat magrib lalu lanjut tilawah. Hal yang kuimpikan ketika masih muda saat menikah adalah bisa menjalankan ibadah berdua. Tadarusan berdu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 9

    Aku penasaran dengan Pricilia itu siapa. Sengaja aku berjalan menuju taman depan melihat siapa Pricilia itu. Ternyata memang benar, gadis kalangan atas dan terhormat. Pakaiannya sangat berkelas dan mahal. Apalah aku yang hanya gadis desa yang diberi mahar seperangkat alat salat sama si Reza itu."Hei! Cemburu, Miss?" Apaan bocah kecil ini, ngagetin aja."Eh anak kecil tau saja namanya cemburu!""Tau lah Miss, anak YouTube dan tiktok kayak saya ini sangat tau lah." Ya ampun, seketika aku merinding lihat anak sekecil ini tau yang namanya cemburu."Bocah ganteng, ini jam berapa? Kamu tau gak kalau di desa tempat saya jam segini biasanya dipakai anak-anak mengaji. Setelah itu mereka berkumpul dan bercerita ke orang tuanya kegiatan apa yang dilakukan hari ini." Tiba-tiba si Brayen diam. Waduh, apa aku salah ngomong."Apa kamu mau menjadikanku tempat ceritamu, teman? Kita bisa menjadi teman setiap hari." Brayen diam tidak membalas ucapanku. Apa dia tersinggung dengan ucapanku.Tak lama kemu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 10

    "Ngapain ngintip nona sok manis? Apa kamu cemburu?!" Gayanya sungguh sok sekali ini orang. Siapa lagi kalau bukan Reza Adytama."Wah sepertinya anda harus benar-benar diperiksa, selain sok keren anda juga begitu percaya dirii," jawabku sambil berlalu. Mana udah keringetan lagi mau diajak gulat itu orang.Kubersihkan diriku terlebih dahulu. Setelah bersih aku langsung rebahan. Disini aku tidak lelah bekerja. Namun, lelah berfikir. Kenapa si Reza itu tidak jujur dengan semua orang tentang statusku dengan dirinya.Ting, notifikasi dari dokter Gunawan.[Assalamualaikum, dek Nina ini komposisi obat yang Dek Nina minta. Maaf agak telat. Obat ini terbilang berbahaya dan bisa membuat ketagihan penggunanya. Sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa mengak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 11

    "Simpan nomorku," ucapnya lagi. Aku masih seperti patung melihat adegan romantisnya tiba-tiba. Heran saja dengan ini orang.Dia tiba-tiba merebut ponselku lalu menulis namanya dengan 'SayangQ'. Astagfirullah ini orang benar-benar bikin elus dada kelakuannya."Aku berangkat ...." Entah mengapa aku mengangguk dia pamit. Semua seperti bisu melihat adegan kami yang nampak seperti pasangan suami istri.Ada rasa yang tidak biasa, terasa hangat dia mengacak-acak rambutku. Ah, mikir apaan aku ini."Nona Pricilia sudah sampai bandara, tuan. Apa kamar hotel tuan dan nona sama?" Asistenya menjelaskan, ada rasa yang aneh menyergap dihatiku. Bukan cemburu hanya saja sedih melihat dia masih bebas dengan wanita yang pernah dicintai. Walau bagaimana pun dia sudah berjanji dihadapan Tuhan dan orang tuaku. Menjadi istri yang menemaninya. Namun, sampai saat ini tak satu pun keluar dari mulutnya mengakui bahwa aku ini istrinya.Aku berpaling dan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Dasar Aneh

    Aku tak henti tersenyum hingga tak terasa kami sampai rumah. Benar-benar tidak bisa diprediksi itu orang. Bisa-bisanya dia berubah dalam sekejap. Dasar aneh!"Kamu kenapa, Nak? Wajahmu bersemu merah," ucap bunda. Wajah herannya tidak bisa disembunyikan."Mungkin dari pesan yang dibaca," balas daddy. Bisa-bisanya mereka ikut usil. Astagfirullaah Aku pun sendiri bingung dengan tingkah anehku."Apa, iya, dari Brayen? Bukannya tadi dia sedang berduka," sambung bunda lagi."Kamu kayak tidak tahu aja anak nakal itu, dia akan mengejar sampai dapat," balas daddy."Hooh, kayak abang, sih." Eh, kok mereka sekarang yang berdebat."Sudah sampai, Bund. Ayo kita masuk, Monica sudah lapar, apalagi lihat bunda dan Daddy berdebat makin buat Monica lapar." Mau bagaimana lagi, Daddy sama abang Brayen itu memiliki kemiripan. Itu tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua susah ditebak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala mengingat tingkah unik abang Brayen yang kurasa aneh. Entah mengapa jiwa usilku ngin

  • Pesona Istri Dari Desa   Kau Tak Akan Terganti

    "Maksudnya?" tanya daddy memperjelas."Dokter Brayen baru saja menangani operasi besar, kemungkinan tidak mengaktifkan ponselnya," jawab dokter yang jaga di depan IGD."Syukurlah ...." Bunda ikut lega karena prasangka dari Arvian tidak benar.Sekarang aku yang panik karena ponselku terus bergetar karena pesan dari abang Brayen. Ya Allah, habis aku setelah ini."Arvian cari ayah dulu, Opa," kata Arvian."Iya, cucu eyang yang panikan," balas bunda. Dari masalah ini kami jadi paham jika Arvian selama ini menyimpan luka yang tidak kami sadari. Dia begitu menyanyangi ayahnya-Abang Brayen."Mon kamu mau kemana?" tanya bunda yang melihatku berbalik arah, sebenarnya mau kabur karena pesan yang kukirim pada abang Brayen pasti akan ditagih."Pulang, Bund.""Oh ....""Ayo kita pulang, biarkan Arvian bersama ayahnya," balas daddy."Abang tidak menemui anak nakalnya." Bunda ternyata iseng juga sama daddy. Melihat daddy salah tingkah membuat aku ikut tertawa juga. Lucu ekspresi daddy."Bunda iseng

  • Pesona Istri Dari Desa   Bikin Panik!

    "Maksudmu diantar Brayen?" tanya bunda dengan penuh senyuman. Kenapa bunda bahagia? Daddy juga tidak terlihat marah. Apa aku tidak salah lihat, sementara Arvian balik dan tidak berucap. Aneh kulihat oang-orang."Iya, Bund. Dia maksa mau antar pulang," balasku jujur."Tapi kamu mau," balas daddy menatapku."Dipaksa, Dad." "Bilang saja kamu bahagia diantar oleh si anak nakal itu," sambung daddy. Kenapa aku bahagia mendengar omelan daddy. Anak nakal itu seperti ungkapan kerinduan."Abang gak marah?" tanya bunda heran. Jangankan bunda, aku pun sangat heran."Kita sudah cukup tua untuk sakit hati, biarkan mereka yang menentukan apa yang terbaik bagi mereka." Ha? Apa aku gak salah dengar daddy Reza mengatakan hal tersebut."Wow, menyala abang Reza," sahut bunda. Ada yang menghangat di hatiku, ini tidak mimpi 'kan? semua seperti mendukung kami bersama."Jangan senyum-senyum sendiri, Mon," sambung daddy.Tu kan, semua isi pikiranku hanyalah khayalan semata. Aku tetap sadar diri agar tidak te

  • Pesona Istri Dari Desa   Jujurlah

    Ternyata abang Brayen tidak mau menyerah, dia mengikutiku dari belakang. Tanpa ragu dia bahkan menarik tanganku ke mobilnya. Aku yang ingin melepas diri, kalah dengan tangannya yang begitu kekar. "Biar nanti mobilnya diantar pak sopir saja," katanya enteng."Apa semua wanita begini menyusahkan," katanya lagi. Dia nampak sebal melihat Nugroho mendekatiku. Wajah cemburunya tidak bisa di sembunyikan."Mau kemana?" tanyaku spontan."Aku antar pulang, Daddy sudah menunggumu sejak tadi.""Maksudnya?" apa benar daddy menungguku. Darimana dia tahu. Bisa saja ini hanya akal-akalanya saja agar bisa mendekatiku."Kenapa heran begitu, bukannya kami berdua sama-sama tukang intip," balasnya sambil terkekeh.Dengan santainya dia menyetir, aku dibuat bingung sendiri dengan tingkahnya. Walau entah mengapa ada yang terasa hangat di hatiku. "Singkirkan pikiranmu bisa mencari laki-laki yang lain selain aku," katanya lagi. Kali ini nada bicaranya lebih intens. Ada ketegangan di wajahnya seperti sangat s

  • Pesona Istri Dari Desa   Beri Aku Kesempatan

    Dia terus menatapku membuatku salah tingkah. Dengan entengnya dia minum kopi yang aku pesan. Benar-benar meresahkan. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani menatap wajahnya."Sejak kapan dokter Monica bisa minum kopi?" tanyanya lagi. Aku hanya bisa menunduk, tak kuat hanya sekedar memandangnya. Apa rasa ini tumbuh kembali? Mengingat dia jauh lebih fresh, serta hidupnya kulihat lebih teratur."Kenapa tidak berani memandangku?" tanyanya dengan santai. Cemilan yang bahkan kupesan ikut serta dia makan. Aku terus menarik napas agar bisa mengendalikan diri."Apa kerjaan dokter yang dikatakan hebat ini suka ngintip?" tanyaku. Aku tak mau kalah."Kalau bisa aku akan mengintipmu setiap saat, Sayang." Duh, kenapa dia menatapku seperti itu.Aku bangkit dan beranjak dari tempat duduk, tapi abang Brayen langsung menahanku. Mata kami beradu, dia bahkan menatapku dengan lekat."Mau kemana?" tanyanya."Mau kembali ke rumah sakit, gara-gara kalian hidupku tidak tenang, tidak daddy, anda pun demikian.

  • Pesona Istri Dari Desa   Suka Ngintip?

    "Apa tidak salah dokter mau bekerja sama dengan hospital group, mengingat Perusahaan Adytama salah satu perusahaan terbesar di kota ini.""Tidak masalah, Bu. Yang punya kan daddy saya, sementara saya baru merintis." "Oh, baiklah."Ini bukan sekali dua kali ketika pertemuan mereka terlihat heran, tapi sebenarnya aku sengaja membuka identitasku di depan dokter Ika karena aku melihat dia membuka identitasnya waktu berkenalan. Sebagai pembisnis daddy selalu mengajarkan untuk tidak boleh terlihat lemah. Apalagi seperti orang yang heran dengan kekayaan atau kesuksesan orang lain, meski kita terlihat sederhana, tetapi harus tetap untuk menjaga pembawaan diri agar disegani oleh rival. Ini yang aku pegang, ketika menemukan sosok seperti dokter Ika, maka aku pun tidak boleh menunjukkan kelemahan di hadapan dia."Mari kita mulai, Dok," sambungnya.Setelah panjang lebar kami berkomunikasi akhirnya kami menemukan kesimpulan. Kami juga sepakat membangun kerja sama kedepannya. Fokus dengan tujuan,

  • Pesona Istri Dari Desa   Apa Aku Orang Yang Beruntung?

    Semalaman aku berpikir keras, amarah daddy masih nampak jelas di depanku. Kurasa itu sangat wajar, orang tua mana yang mau melihat anaknya susah untuk kedua kalinya. Aku pun heran bahkan sekian tahun berganti mengapa harus dia? Mengapa dia masih bertahta padahal kesalahannya begitu fatal. Harusnya aku menyadari bahwa dinding diantara kami begitu tinggi dan kokoh, bahkan aku sadar di kehidupan kedua pun tak ada yang merestui hubungan kami. "Monica, bunda boleh masuk?" tanya bunda yang sedang mengetuk pintu kamarku. "Boleh, Bund. Monica tidak menguncinya."Bunda masuk lalu mengajakku bicara, nampak sekali bunda terlihat cemas melihatku. Apakah aku terus yang akan membuat hatinya terluka? Tanpa berbicara pun, bunda paham dengan apa yang aku rasakan. "Apa ucapan daddy mengganggumu?" tanya bunda. "Gak, Bund. Menurutku itu hal wajar sebagai orang tua. Aku pun sebagai orang tua akan bersikap demikian jika membuat hati anakku sakit.""Apa susah bagimu melupakan cinta pertamamu?" tanya b

  • Pesona Istri Dari Desa   Sepertinya Tak ada Harapan

    Ada hangat dalam hati ini yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, setidaknya aku punya harapan bersamanya lagi tanpa merebut dia dari Aksen. Setitik asa mulai terlihat untuk mengulang kembali di masa depan bersamanya. Wajahnya bahkan senyumnya begitu candu bagiku. Aku rasa ini yang dinamakan cinta yang berbalik padaku, wanita yang pernah menjadi adik angkatku itu membuat hidupku berubah drastis. Apa aku serakah dengan perasaan ini? Walau jujur aku bahagia bisa melihatnya lebih dekat tanpa takut dia milik orang lain."Kenapa melamun begitu?" tanya Aksen tiba-tiba sudah ada di rumah sakit.Dia memang laki-laki tak terduga, kadang aku berpikir kenapa ada laki-laki sebaik dia. Meski aku pernah berkelahi dengannya tak sedikit pun dia membalas, dia justru selalu membantuku dalam diam. Hatinya seluas samudera yang kadang membuatku malu sendiri. Walau jujur aku heran dia belum memiliki keturunan bersama Monica."Sejak kapan di Indo?" tanyaku balik."Sudah seminggu ini," balasnya."Kenapa

DMCA.com Protection Status