Share

Part 5

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 11:05:52

Dia melotot dan mendekat.

 

"Jangan terlalu pede jadi orang. Nih kertas fansmu, jan nghayal aku cemburu melihat kertas tidak jelas ini." Astagfirullah, benar-benar nguji iman ini orang.

 

"Terima kasih tuan Reza. Pastikan kamu tidak terlihat cemburu. Cemburu itu berat, tuan." Aku langsung keluar tanpa permisi. Syukurlah, ini kertas kembali lagi. Mana belum sempat kusimpan nomornya dokter Gunawan. 

 

Miss Dora langsung mengejarku. Benar-benar bersama si Reza membuat tekanan darah semakin tinggi.

 

"Apa hubungan kalian sebenarnya?" tanya Miss Dora.

 

"Seperti halnya miss yang menjaga privasi tuannya. Saya pun demikian. Kalau penasaran tanya sama tuannya," ucapku sambil senyam senyum. Kali aja si Reza mau membuka diri. Dia santai jalan disamping kami seperti biasa dia selalu terlihat pamer.

 

Si Reza berjalan dengan asistennya. Persis seperti adegan di drama korea yang pemeran pangeran dijaga oleh pengawal. Sok cool sekali ini orang. Mau sekeren apa pun nyatanya dia hanya mampu memberi mas kawin seperangkat alat salat. Coba kek artis mas kawinnya berlian atau emas antam. Eh.

 

"Eh, nona sok manis. Jangan lupa skin care an sampai rumah. Kosmetik yang kubelikan kemarin masih ada kan?"

 

"Hm ...."

 

"Jangan lupa dipakai. Aku duluan ada kerjaan di kantor."

 

Idiih, sok cool kali itu orang. Benar-benar menganggu mood saja. Pantes kelakuan anaknya kek gitu, Daddy nya juga begitu orangnya. 

 

Sampai loby rumah sakit ternyata ada dokter Gunawan yang menunggu. Ah, entah mengapa kupu-kupu mulai berterbangan dihatiku. Meski gadis desa dan sebatang kara seperti omongan si Reza masih ada yang peduli juga.

 

Dia memberiku buket bunga. Ulala, jiwaku bertebangan besti nun jauh disana. Tapi, eits lagi-lagi pengacau datang.

 

"Terima kasih pak Dokter atas kepedulian anda terhadap nona manis ini." Ya sallam, mau di hih si Reza ini. 

 

"Iya sama-sama. Tapi bisakah yang mengambil buket ini dek Nina, Tuan Reza." Aku cukup terkejut dokter Gunawan berani dengan si Reza ini.

 

Dokter Gunawan mengambil buket itu dan menyerahkan kepadaku lagi.

 

"Terima kasih mas dokter. Kebaikan anda ini tidak akan pernah saya lupa," jawabku sambil tersenyum. Tidak peduli dengan tatapan si Reza. Puas rasanya melihat kelakuan tuan disebelah.

 

"Jangan lupa minum obatnya, semoga segera membaik."

 

"Baik, pak Dokter. Mari saya duluan ...." Ulala puas sekali rasanya ngerjain si Reza. Hahaha ....

 

Aku dan miss dora menunggu sopir yang sedang mengambil mobil ke parkiran. Namun, lagi-lagi pengacau datang.

 

Tiit ...

 

"Miss Dora, aku yang bawa Nina ke rumah. Miss Dora sama pak Jum saja."

 

"Baik, Tuan. Kalau begitu nona Nina masuk saja ke mobilnya tuan Reza." Ya sallam ini orang sebenarnya maunya apa sih.

 

"Hei ..! Nona sok manis. Masuk!" Ih, asli sebel ketulungan dengan si Reza ini.

 

Kuikuti maunya. Lumayan bisa menikmati Mobil keluaran terbarru si Reza. Eh, mikirin apalagi aku. Ini maunya si Reza agar aku naik, bukan mauku tentunya.

 

"Gak usah mandang aku kayak gitu nona sok manis. Nanti diabetesmu kambuh melihatku yang begitu manis ini." Astaghfirullah ini orang benar-benar buat tensi naik. 

 

Selama diperjalanan aku hanya diam. Sesekali kupandang buket bunga yang ada ditanganku. Bahagia itu ternyata sederhana cukup diperhatikan oleh orang yang kita sayang membuat hati berbunga-bunga. Tidak seperti yang disebelah bawaannya buat tensi naik. Masak hanya mandang wajahnya saja bikin diabetes. Ih.

 

"Nona sok manis nih pake biar tu wajah sedikit glowing." Dia memberiku serum B Erl. Benar-benar ini orang sempat-sempatnya berfikir untuk memberikan skin care.

 

Kuambil lalu kugunakan. Mumpung gratis kenapa tidak. Kuusap perlahan serum kesukaanku ini. Benar-benar fresh dan serum ini sangat cocok di kulit wajahku. 

 

"Lumayan manis setelah pakai tu serum. O, ya, tu buket jangan dicium-cium terus tidak baik bagi kesehatan hidung. Beberapa orang malah alergi lho nona sok manis." Astagfirullah lagi ni orang. Resek banget ini orang, apa jangan-jangan sebenarnya dia cemburu ini orang?

 

***

Tak lama akhirnya sampai rumah. Seperti biasa semua menunggu tuan rumah ini. Semua memberikan senyuman terbaik untuk tuannya sementara denganku mereka malah tidak menoleh sedikit pun. Harta dan tahta memang segalanya, harusnya orang yang terluka yag disambut ini mah semua orang fokus menyambut bos sok gantengnya.

 

"Kenapa makin cakep saja, ya, tuan besar."

 

"Aku terpesona dengan ketampanannya. Udah kaya, perhatian juga dengan ibunya."

 

"Semoga dia tetap jomblo." Mereka saling sahut gosipin bosnya. Pengen banget menyiarkan ke mereka kalau aku ini istri sah bosnya.

 

Seperti biasa si Reza langsung menuju kamar. Sementara aku menuju kamar ibunya. Penasaran bagaimana kabarnya dua hari tidak bertemu. Namun, sayang pintunya tertutup. Menurut perawatnya dua hari ini dia tidak memberontak setelah dia memukul keningku sampai pingsan dan dijahit. Padahal aku ingin tahu bagaimana keadaannya. 

 

Tanpa basa basi aku langsung menuju kamar. Kamar yang kutempati ini memang sangat nyaman karena dekorasi dan fasilitas didalamnya sangat rapi dan lengkap, tapi entah mengapa semua terasa membosankan disini. Kulihat lagi buket bunga dan selembar kertas yang diberikan dokter Gunawan. Lumayan menambah amunisi dihatiku saat ini.

 

Kurebahkan diriku dikasur empuk ini. Namun, baru saja ingin memejamkan mata, suara anak kecil berteriak dan berlari-lari. Pasti bocah kecil anaknya si Reza yang sok keren itu.

 

"Brayen tunggu ...!" suara pengasuhnya berteriak sambil ngos-ngosan menngejar si bocah. 

 

"Kejar aku. Ye, ye, ye. Ayo kejaaar ...!" suara si Brayen semakin keras. Ya Ampun ada-ada saja yang menganggu.

 

"Ada apa ini, mbak?" tanyaku ke pengasuhnya.

 

"Seperti biasa Tuan kecil Brayen kalau makan harus berlari-lari dulu." ya ampun, aku mah ogah ngejar si bocah biar saja dia kelaparan.

 

Pengasuhnya disuruh push up, guling-guling di taman baru dia makan. Satu sendok makan satu kali pengasuhnya push up dan guling-guling. Ini yang salah entah siapa? Benar-benar dikerjain sama si bocah. 

 

"Kalau tidak dituruti dia akan mengamuk, dan kami pasti dipecat kerja. Setelah itu yayasan yang mengirim kami langsung kena denda dari tuan besar." Astaghfirullah, jadi itu masalahnya sampai mereka mau saja melakukan suruhan si bocah. 

 

Dan lebih mencengangkan ini adalah perawat yang ke-15 yang mengasuh Brayen. Luar biasa sekali si bocah ini.

 

"Hei, Bro. Ngapain? " tanyaku basa basi. Dia tidak menyahut justru semakin melancarkan aksinya mengerjai pengasuhnya.

 

"Bro, bisa manjat pohon itu nggak?" Dia menggeleng. 

 

"Belum jadi laki-laki ksatria kalau belum bisa manjat," ucapku yang membuat alisnya terangkat. 

 

Aku langsung melancarkan aksiku naik ke pohon mangga di belakang rumahnya.  Kupetik dua mangga yang mateng untuk pengasuhnya yang terlihat kelelahan.

 

"Ini untuk mbak, masuklah biar aku yang ngurus Brayen," ucapku kepada kedua pengasuhnya si bocah.

 

Mereka masuk dan aku langsung melancarkan aksiku juga. Jangan sampai kalah dengan bocah kecil ini.

 

"Bro, kami di desa udah biasa push up, guling-guling ditanah. Yang lebih ekstrim dari itu mah biasa, bro bagi kami. Brayen pernah main selodor gak?" tanyaku, dan dia langsung menggeleng.

 

"Itu permainan seru, Bro. Tapi harus banyak pemainnya. Bagaimana kalau kita main sepak bola saja?"

 

"Memang Miss Nina bisa?" tanyanya. Lumayan dia menyahutku.

 

"Bisa lah, sama daddy mu aja aku tidak takut melawannya main sepak bola. Apalagi sama kamu tuan ganteng." Aku mengacak rambutnya dan dia tidak marah berarti lumayan ada kemajuan.

 

"Wah, benarkah? Kalau main basket bagaimana, Miss?" tanyanya lagi.

 

"Itu, mah sangat gampang bagiku, Brayen," sahutku. Padahal kelemahanku selama ini adalah main basket.

 

"Wow keren, Miss. Daddy adalah salah satu pemain terbaik di kota ini, Miss. Jika Miss bisa mengalahkan Daddy main basket aku akan mengikuti semua maumu, Miss." Mati aku. Bagaimana ini. Basket adalah kelemahanku.

 

"Daddy mu sibuk, lebih baik Brayen saja yang main denganku." Kalau sama anak kecil pasti menang kan? Jangan sampai aku main dengan Daddy nya bisa malu-maluin nantinya.

 

"Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya.

 

Mati, aku!

Pen rasanya langsung ditelan bumi, gaes.

 

 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
............senjata makan tuan tuh semangat nin.........
goodnovel comment avatar
Darmi Ajah
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Sareta Ahmad
cerita yang bagus lanjut lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dari Desa   Part 6

    "Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya."Ok siap, Daddy." Si bocah semangat sekali mendukung Daddy nya. "Eh, tunggu dulu ....""Apalagi nona sok manis. Ha?" Dia mendekat. Kenapa lama-lama ini orang buat jantung rasanya mau copot."Tuan Reza tidak lihat kalau saya baru pulang dari rumah sakit. Butuh istirahat dulu, bagaimana kalau kita atur waktu." Aduh, kenapa juga aku bilang atur waktu."Kapan?" tanyanya. Jarak kami semakin dekat. Bisa habis oksigen ditubuhku dibuat."Satu minggu lagi. Bagaimana?""Baiklah ...." Dia makin mendekat dan secepat kilat aku masuk ke kamar. Benar-benar itu orang niat banget buat orang mati mendadak.Eh, si bocah sama si Daddy nya malah tertawa melihat tingkahku. Sampai malam aku tidak keluar kamar. Lebih tepatnya mengatur strategi. Satu minggu kedepan aku harus lebih kerja keras agar bisa main basket dan menjadi juaranya.****Bangun pag

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 7

    Kulihat waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Brayen seperti biasa mengerjai pengasuhnya. Mau dipakaikan seragam sekolah saja pengasuhnya ngos-ngosan. Benar-benar ini bocah menguji iman.Si Reza sok keren sudah siap berangkat ke kantor, asistennya begitu sibuk menyiapkan perlengkapannya. Aku mah cuek saja walau beberapa kali dia memandangku. "Miss Rania memang pas mendampingi tuan Reza kita mah apalah cuma ART biasa, tidak naik-naik pangkat," ucap salah satu ART di rumah ini yang bagian menyapu rumah."Memangnya Miss Rania itu mau sama tuan Reza?" tanyaku. Kenapa pula aku begitu kepo."Sangat mau miss. Kami bahkan takut dekat dengan tuan Reza kalau ada Miss Rania. Dia suka melototin. Namun, sayang, tuan Reza tidak membuka hatinya sedikit pun dengan gadis-gadis di rumah ini.""Oh, begitu. Kok jadi takut.""Sebaiknya nona fokus saja dengan tugas nona disini, jangan dekat -dekat dengan tuan Reza saingannya semua ART di rumah ini. Haha ...." Oala, seketika pengen ngumumin. Woi, aku ini istri

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 8

    Kumatikan ponsel yang ada ditanganku. Entah kapan si Reza sok cool ini ada disampingku. Benar-benar meresahkan. Semoga dokter Gunawan paham mengapa aku mematikan ponsel dengan sepihak."Setidaknya aku bisa bercerita dengan orang yang menghargaiku, tuan Reza.""Tapi kamu harus ingat aku adalah suamimu," ucapnya lagi."Maksudnya suami diatas kertas?" Kali ini aku harus tegas agar Reza tidak semena-mena."Siapa bilang, Nina? Itu hanya pradugamu saja.""Sudahlah, Tuan. Aku tidak bisa memaksa tuan menjadi suami sungguhan seperti lainnya. Pastikan saja ketika ibumu sudah sembuh pulangkan aku baik-baik ke orang tuaku.""Apa kamu ingin bersama dengan pak doktermu itu.""Setidaknya ada orang yang masih setia menungguku dari dulu sampai sekarang, tuan. Pada akhirnya aku dengan siapa kita lihat saja nanti," ucapku berlalu.Waktu menunjukkan magrib. Kulakukan salat magrib lalu lanjut tilawah. Hal yang kuimpikan ketika masih muda saat menikah adalah bisa menjalankan ibadah berdua. Tadarusan berdu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 9

    Aku penasaran dengan Pricilia itu siapa. Sengaja aku berjalan menuju taman depan melihat siapa Pricilia itu. Ternyata memang benar, gadis kalangan atas dan terhormat. Pakaiannya sangat berkelas dan mahal. Apalah aku yang hanya gadis desa yang diberi mahar seperangkat alat salat sama si Reza itu."Hei! Cemburu, Miss?" Apaan bocah kecil ini, ngagetin aja."Eh anak kecil tau saja namanya cemburu!""Tau lah Miss, anak YouTube dan tiktok kayak saya ini sangat tau lah." Ya ampun, seketika aku merinding lihat anak sekecil ini tau yang namanya cemburu."Bocah ganteng, ini jam berapa? Kamu tau gak kalau di desa tempat saya jam segini biasanya dipakai anak-anak mengaji. Setelah itu mereka berkumpul dan bercerita ke orang tuanya kegiatan apa yang dilakukan hari ini." Tiba-tiba si Brayen diam. Waduh, apa aku salah ngomong."Apa kamu mau menjadikanku tempat ceritamu, teman? Kita bisa menjadi teman setiap hari." Brayen diam tidak membalas ucapanku. Apa dia tersinggung dengan ucapanku.Tak lama kemu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 10

    "Ngapain ngintip nona sok manis? Apa kamu cemburu?!" Gayanya sungguh sok sekali ini orang. Siapa lagi kalau bukan Reza Adytama."Wah sepertinya anda harus benar-benar diperiksa, selain sok keren anda juga begitu percaya dirii," jawabku sambil berlalu. Mana udah keringetan lagi mau diajak gulat itu orang.Kubersihkan diriku terlebih dahulu. Setelah bersih aku langsung rebahan. Disini aku tidak lelah bekerja. Namun, lelah berfikir. Kenapa si Reza itu tidak jujur dengan semua orang tentang statusku dengan dirinya.Ting, notifikasi dari dokter Gunawan.[Assalamualaikum, dek Nina ini komposisi obat yang Dek Nina minta. Maaf agak telat. Obat ini terbilang berbahaya dan bisa membuat ketagihan penggunanya. Sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa mengak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 11

    "Simpan nomorku," ucapnya lagi. Aku masih seperti patung melihat adegan romantisnya tiba-tiba. Heran saja dengan ini orang.Dia tiba-tiba merebut ponselku lalu menulis namanya dengan 'SayangQ'. Astagfirullah ini orang benar-benar bikin elus dada kelakuannya."Aku berangkat ...." Entah mengapa aku mengangguk dia pamit. Semua seperti bisu melihat adegan kami yang nampak seperti pasangan suami istri.Ada rasa yang tidak biasa, terasa hangat dia mengacak-acak rambutku. Ah, mikir apaan aku ini."Nona Pricilia sudah sampai bandara, tuan. Apa kamar hotel tuan dan nona sama?" Asistenya menjelaskan, ada rasa yang aneh menyergap dihatiku. Bukan cemburu hanya saja sedih melihat dia masih bebas dengan wanita yang pernah dicintai. Walau bagaimana pun dia sudah berjanji dihadapan Tuhan dan orang tuaku. Menjadi istri yang menemaninya. Namun, sampai saat ini tak satu pun keluar dari mulutnya mengakui bahwa aku ini istrinya.Aku berpaling dan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 12

    Pov Dokter GunawanAku Gunawan Atmadja. Lahir dari keluarga Atmadja yang cukup dipandang di kota ini. Saingan berat dari bisnis papaku adalah keluarga Adytama. Entah mengapa papaku menganggap Adytama saingan bisnisnya. Baginya Adytama musuh terbesarnya dan ingin dikalahkan.Lahir dari kalangan atas tidak membuatku tergiur, aku justru lebih menyukai hal yang berbau medis dan lebih senang membantu menjadi sukarelawan. Akhirnya aku memutuskan menjadi seorang dokter. Dokter spesialis bagian syaraf karena aku memang merasa tertantang dengan hal itu.Memiliki keluarga keras dan ambisius membuatku tidak betah di rumah. Sudah berapa kali aku keluar dari rumah yang penuh ambisi ini. Bagiku saat ini adalah memiliki seseorang yang tepat dihatiku. Memiliki wanita sekaligus istri yang akan membantuku setiap hari terutama hobiku menjadi sukarelawan. Dan yang mampu membuatku selalu t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 13

    Masih dikisah Dokter Gunawan.Untuk pertama kalinya aku bertemu lagi dengan Nina. Gadis yang kurindukan beberapa hari ini. Gadis yang membuat tidurku tidak nyenyak. Pertemuan yang tidak semanis dulu kali ini kulihat keningnya berdarah dan terluka sehingga butuh jahitan. Aku gemetar tidak kuasa menahan rasa sesak didadaku antara marah dan rindu. Marah karena Nina diperlakukan tidak baik di kota ini. Di kota yang kudengar dia sebatang kara. Kasihan sekali kamu, Nin."Aku yakin kamu pasti kuat!" Suaminya terlihat cemas, meski dia nampak cuek didepan pelayannya. Apa Nina tidak bahagia dengan suaminya. Aku merasa ada sesuatu diantara mereka berdua.Kubiarkan ruangan ini hanya aku dan perawat yang mengobati lukanya Nina. Agar aku bisa melihat wajah yang menjadi candu bagiku, meski jujur aku panik dan cemas melihat dia belum siuman.Setelah lukanya dijahit dan tekanan darahnya normal aku langsung balik meski perawat yang mendampingiku ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Dasar Aneh

    Aku tak henti tersenyum hingga tak terasa kami sampai rumah. Benar-benar tidak bisa diprediksi itu orang. Bisa-bisanya dia berubah dalam sekejap. Dasar aneh!"Kamu kenapa, Nak? Wajahmu bersemu merah," ucap bunda. Wajah herannya tidak bisa disembunyikan."Mungkin dari pesan yang dibaca," balas daddy. Bisa-bisanya mereka ikut usil. Astagfirullaah Aku pun sendiri bingung dengan tingkah anehku."Apa, iya, dari Brayen? Bukannya tadi dia sedang berduka," sambung bunda lagi."Kamu kayak tidak tahu aja anak nakal itu, dia akan mengejar sampai dapat," balas daddy."Hooh, kayak abang, sih." Eh, kok mereka sekarang yang berdebat."Sudah sampai, Bund. Ayo kita masuk, Monica sudah lapar, apalagi lihat bunda dan Daddy berdebat makin buat Monica lapar." Mau bagaimana lagi, Daddy sama abang Brayen itu memiliki kemiripan. Itu tidak bisa dipungkiri jika mereka berdua susah ditebak.Aku hanya bisa menggelengkan kepala mengingat tingkah unik abang Brayen yang kurasa aneh. Entah mengapa jiwa usilku ngin

  • Pesona Istri Dari Desa   Kau Tak Akan Terganti

    "Maksudnya?" tanya daddy memperjelas."Dokter Brayen baru saja menangani operasi besar, kemungkinan tidak mengaktifkan ponselnya," jawab dokter yang jaga di depan IGD."Syukurlah ...." Bunda ikut lega karena prasangka dari Arvian tidak benar.Sekarang aku yang panik karena ponselku terus bergetar karena pesan dari abang Brayen. Ya Allah, habis aku setelah ini."Arvian cari ayah dulu, Opa," kata Arvian."Iya, cucu eyang yang panikan," balas bunda. Dari masalah ini kami jadi paham jika Arvian selama ini menyimpan luka yang tidak kami sadari. Dia begitu menyanyangi ayahnya-Abang Brayen."Mon kamu mau kemana?" tanya bunda yang melihatku berbalik arah, sebenarnya mau kabur karena pesan yang kukirim pada abang Brayen pasti akan ditagih."Pulang, Bund.""Oh ....""Ayo kita pulang, biarkan Arvian bersama ayahnya," balas daddy."Abang tidak menemui anak nakalnya." Bunda ternyata iseng juga sama daddy. Melihat daddy salah tingkah membuat aku ikut tertawa juga. Lucu ekspresi daddy."Bunda iseng

  • Pesona Istri Dari Desa   Bikin Panik!

    "Maksudmu diantar Brayen?" tanya bunda dengan penuh senyuman. Kenapa bunda bahagia? Daddy juga tidak terlihat marah. Apa aku tidak salah lihat, sementara Arvian balik dan tidak berucap. Aneh kulihat oang-orang."Iya, Bund. Dia maksa mau antar pulang," balasku jujur."Tapi kamu mau," balas daddy menatapku."Dipaksa, Dad." "Bilang saja kamu bahagia diantar oleh si anak nakal itu," sambung daddy. Kenapa aku bahagia mendengar omelan daddy. Anak nakal itu seperti ungkapan kerinduan."Abang gak marah?" tanya bunda heran. Jangankan bunda, aku pun sangat heran."Kita sudah cukup tua untuk sakit hati, biarkan mereka yang menentukan apa yang terbaik bagi mereka." Ha? Apa aku gak salah dengar daddy Reza mengatakan hal tersebut."Wow, menyala abang Reza," sahut bunda. Ada yang menghangat di hatiku, ini tidak mimpi 'kan? semua seperti mendukung kami bersama."Jangan senyum-senyum sendiri, Mon," sambung daddy.Tu kan, semua isi pikiranku hanyalah khayalan semata. Aku tetap sadar diri agar tidak te

  • Pesona Istri Dari Desa   Jujurlah

    Ternyata abang Brayen tidak mau menyerah, dia mengikutiku dari belakang. Tanpa ragu dia bahkan menarik tanganku ke mobilnya. Aku yang ingin melepas diri, kalah dengan tangannya yang begitu kekar. "Biar nanti mobilnya diantar pak sopir saja," katanya enteng."Apa semua wanita begini menyusahkan," katanya lagi. Dia nampak sebal melihat Nugroho mendekatiku. Wajah cemburunya tidak bisa di sembunyikan."Mau kemana?" tanyaku spontan."Aku antar pulang, Daddy sudah menunggumu sejak tadi.""Maksudnya?" apa benar daddy menungguku. Darimana dia tahu. Bisa saja ini hanya akal-akalanya saja agar bisa mendekatiku."Kenapa heran begitu, bukannya kami berdua sama-sama tukang intip," balasnya sambil terkekeh.Dengan santainya dia menyetir, aku dibuat bingung sendiri dengan tingkahnya. Walau entah mengapa ada yang terasa hangat di hatiku. "Singkirkan pikiranmu bisa mencari laki-laki yang lain selain aku," katanya lagi. Kali ini nada bicaranya lebih intens. Ada ketegangan di wajahnya seperti sangat s

  • Pesona Istri Dari Desa   Beri Aku Kesempatan

    Dia terus menatapku membuatku salah tingkah. Dengan entengnya dia minum kopi yang aku pesan. Benar-benar meresahkan. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani menatap wajahnya."Sejak kapan dokter Monica bisa minum kopi?" tanyanya lagi. Aku hanya bisa menunduk, tak kuat hanya sekedar memandangnya. Apa rasa ini tumbuh kembali? Mengingat dia jauh lebih fresh, serta hidupnya kulihat lebih teratur."Kenapa tidak berani memandangku?" tanyanya dengan santai. Cemilan yang bahkan kupesan ikut serta dia makan. Aku terus menarik napas agar bisa mengendalikan diri."Apa kerjaan dokter yang dikatakan hebat ini suka ngintip?" tanyaku. Aku tak mau kalah."Kalau bisa aku akan mengintipmu setiap saat, Sayang." Duh, kenapa dia menatapku seperti itu.Aku bangkit dan beranjak dari tempat duduk, tapi abang Brayen langsung menahanku. Mata kami beradu, dia bahkan menatapku dengan lekat."Mau kemana?" tanyanya."Mau kembali ke rumah sakit, gara-gara kalian hidupku tidak tenang, tidak daddy, anda pun demikian.

  • Pesona Istri Dari Desa   Suka Ngintip?

    "Apa tidak salah dokter mau bekerja sama dengan hospital group, mengingat Perusahaan Adytama salah satu perusahaan terbesar di kota ini.""Tidak masalah, Bu. Yang punya kan daddy saya, sementara saya baru merintis." "Oh, baiklah."Ini bukan sekali dua kali ketika pertemuan mereka terlihat heran, tapi sebenarnya aku sengaja membuka identitasku di depan dokter Ika karena aku melihat dia membuka identitasnya waktu berkenalan. Sebagai pembisnis daddy selalu mengajarkan untuk tidak boleh terlihat lemah. Apalagi seperti orang yang heran dengan kekayaan atau kesuksesan orang lain, meski kita terlihat sederhana, tetapi harus tetap untuk menjaga pembawaan diri agar disegani oleh rival. Ini yang aku pegang, ketika menemukan sosok seperti dokter Ika, maka aku pun tidak boleh menunjukkan kelemahan di hadapan dia."Mari kita mulai, Dok," sambungnya.Setelah panjang lebar kami berkomunikasi akhirnya kami menemukan kesimpulan. Kami juga sepakat membangun kerja sama kedepannya. Fokus dengan tujuan,

  • Pesona Istri Dari Desa   Apa Aku Orang Yang Beruntung?

    Semalaman aku berpikir keras, amarah daddy masih nampak jelas di depanku. Kurasa itu sangat wajar, orang tua mana yang mau melihat anaknya susah untuk kedua kalinya. Aku pun heran bahkan sekian tahun berganti mengapa harus dia? Mengapa dia masih bertahta padahal kesalahannya begitu fatal. Harusnya aku menyadari bahwa dinding diantara kami begitu tinggi dan kokoh, bahkan aku sadar di kehidupan kedua pun tak ada yang merestui hubungan kami. "Monica, bunda boleh masuk?" tanya bunda yang sedang mengetuk pintu kamarku. "Boleh, Bund. Monica tidak menguncinya."Bunda masuk lalu mengajakku bicara, nampak sekali bunda terlihat cemas melihatku. Apakah aku terus yang akan membuat hatinya terluka? Tanpa berbicara pun, bunda paham dengan apa yang aku rasakan. "Apa ucapan daddy mengganggumu?" tanya bunda. "Gak, Bund. Menurutku itu hal wajar sebagai orang tua. Aku pun sebagai orang tua akan bersikap demikian jika membuat hati anakku sakit.""Apa susah bagimu melupakan cinta pertamamu?" tanya b

  • Pesona Istri Dari Desa   Sepertinya Tak ada Harapan

    Ada hangat dalam hati ini yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, setidaknya aku punya harapan bersamanya lagi tanpa merebut dia dari Aksen. Setitik asa mulai terlihat untuk mengulang kembali di masa depan bersamanya. Wajahnya bahkan senyumnya begitu candu bagiku. Aku rasa ini yang dinamakan cinta yang berbalik padaku, wanita yang pernah menjadi adik angkatku itu membuat hidupku berubah drastis. Apa aku serakah dengan perasaan ini? Walau jujur aku bahagia bisa melihatnya lebih dekat tanpa takut dia milik orang lain."Kenapa melamun begitu?" tanya Aksen tiba-tiba sudah ada di rumah sakit.Dia memang laki-laki tak terduga, kadang aku berpikir kenapa ada laki-laki sebaik dia. Meski aku pernah berkelahi dengannya tak sedikit pun dia membalas, dia justru selalu membantuku dalam diam. Hatinya seluas samudera yang kadang membuatku malu sendiri. Walau jujur aku heran dia belum memiliki keturunan bersama Monica."Sejak kapan di Indo?" tanyaku balik."Sudah seminggu ini," balasnya."Kenapa

DMCA.com Protection Status