Share

Part 5

Penulis: Ummi Salmiah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 11:05:52

Dia melotot dan mendekat.

 

"Jangan terlalu pede jadi orang. Nih kertas fansmu, jan nghayal aku cemburu melihat kertas tidak jelas ini." Astagfirullah, benar-benar nguji iman ini orang.

 

"Terima kasih tuan Reza. Pastikan kamu tidak terlihat cemburu. Cemburu itu berat, tuan." Aku langsung keluar tanpa permisi. Syukurlah, ini kertas kembali lagi. Mana belum sempat kusimpan nomornya dokter Gunawan. 

 

Miss Dora langsung mengejarku. Benar-benar bersama si Reza membuat tekanan darah semakin tinggi.

 

"Apa hubungan kalian sebenarnya?" tanya Miss Dora.

 

"Seperti halnya miss yang menjaga privasi tuannya. Saya pun demikian. Kalau penasaran tanya sama tuannya," ucapku sambil senyam senyum. Kali aja si Reza mau membuka diri. Dia santai jalan disamping kami seperti biasa dia selalu terlihat pamer.

 

Si Reza berjalan dengan asistennya. Persis seperti adegan di drama korea yang pemeran pangeran dijaga oleh pengawal. Sok cool sekali ini orang. Mau sekeren apa pun nyatanya dia hanya mampu memberi mas kawin seperangkat alat salat. Coba kek artis mas kawinnya berlian atau emas antam. Eh.

 

"Eh, nona sok manis. Jangan lupa skin care an sampai rumah. Kosmetik yang kubelikan kemarin masih ada kan?"

 

"Hm ...."

 

"Jangan lupa dipakai. Aku duluan ada kerjaan di kantor."

 

Idiih, sok cool kali itu orang. Benar-benar menganggu mood saja. Pantes kelakuan anaknya kek gitu, Daddy nya juga begitu orangnya. 

 

Sampai loby rumah sakit ternyata ada dokter Gunawan yang menunggu. Ah, entah mengapa kupu-kupu mulai berterbangan dihatiku. Meski gadis desa dan sebatang kara seperti omongan si Reza masih ada yang peduli juga.

 

Dia memberiku buket bunga. Ulala, jiwaku bertebangan besti nun jauh disana. Tapi, eits lagi-lagi pengacau datang.

 

"Terima kasih pak Dokter atas kepedulian anda terhadap nona manis ini." Ya sallam, mau di hih si Reza ini. 

 

"Iya sama-sama. Tapi bisakah yang mengambil buket ini dek Nina, Tuan Reza." Aku cukup terkejut dokter Gunawan berani dengan si Reza ini.

 

Dokter Gunawan mengambil buket itu dan menyerahkan kepadaku lagi.

 

"Terima kasih mas dokter. Kebaikan anda ini tidak akan pernah saya lupa," jawabku sambil tersenyum. Tidak peduli dengan tatapan si Reza. Puas rasanya melihat kelakuan tuan disebelah.

 

"Jangan lupa minum obatnya, semoga segera membaik."

 

"Baik, pak Dokter. Mari saya duluan ...." Ulala puas sekali rasanya ngerjain si Reza. Hahaha ....

 

Aku dan miss dora menunggu sopir yang sedang mengambil mobil ke parkiran. Namun, lagi-lagi pengacau datang.

 

Tiit ...

 

"Miss Dora, aku yang bawa Nina ke rumah. Miss Dora sama pak Jum saja."

 

"Baik, Tuan. Kalau begitu nona Nina masuk saja ke mobilnya tuan Reza." Ya sallam ini orang sebenarnya maunya apa sih.

 

"Hei ..! Nona sok manis. Masuk!" Ih, asli sebel ketulungan dengan si Reza ini.

 

Kuikuti maunya. Lumayan bisa menikmati Mobil keluaran terbarru si Reza. Eh, mikirin apalagi aku. Ini maunya si Reza agar aku naik, bukan mauku tentunya.

 

"Gak usah mandang aku kayak gitu nona sok manis. Nanti diabetesmu kambuh melihatku yang begitu manis ini." Astaghfirullah ini orang benar-benar buat tensi naik. 

 

Selama diperjalanan aku hanya diam. Sesekali kupandang buket bunga yang ada ditanganku. Bahagia itu ternyata sederhana cukup diperhatikan oleh orang yang kita sayang membuat hati berbunga-bunga. Tidak seperti yang disebelah bawaannya buat tensi naik. Masak hanya mandang wajahnya saja bikin diabetes. Ih.

 

"Nona sok manis nih pake biar tu wajah sedikit glowing." Dia memberiku serum B Erl. Benar-benar ini orang sempat-sempatnya berfikir untuk memberikan skin care.

 

Kuambil lalu kugunakan. Mumpung gratis kenapa tidak. Kuusap perlahan serum kesukaanku ini. Benar-benar fresh dan serum ini sangat cocok di kulit wajahku. 

 

"Lumayan manis setelah pakai tu serum. O, ya, tu buket jangan dicium-cium terus tidak baik bagi kesehatan hidung. Beberapa orang malah alergi lho nona sok manis." Astagfirullah lagi ni orang. Resek banget ini orang, apa jangan-jangan sebenarnya dia cemburu ini orang?

 

***

Tak lama akhirnya sampai rumah. Seperti biasa semua menunggu tuan rumah ini. Semua memberikan senyuman terbaik untuk tuannya sementara denganku mereka malah tidak menoleh sedikit pun. Harta dan tahta memang segalanya, harusnya orang yang terluka yag disambut ini mah semua orang fokus menyambut bos sok gantengnya.

 

"Kenapa makin cakep saja, ya, tuan besar."

 

"Aku terpesona dengan ketampanannya. Udah kaya, perhatian juga dengan ibunya."

 

"Semoga dia tetap jomblo." Mereka saling sahut gosipin bosnya. Pengen banget menyiarkan ke mereka kalau aku ini istri sah bosnya.

 

Seperti biasa si Reza langsung menuju kamar. Sementara aku menuju kamar ibunya. Penasaran bagaimana kabarnya dua hari tidak bertemu. Namun, sayang pintunya tertutup. Menurut perawatnya dua hari ini dia tidak memberontak setelah dia memukul keningku sampai pingsan dan dijahit. Padahal aku ingin tahu bagaimana keadaannya. 

 

Tanpa basa basi aku langsung menuju kamar. Kamar yang kutempati ini memang sangat nyaman karena dekorasi dan fasilitas didalamnya sangat rapi dan lengkap, tapi entah mengapa semua terasa membosankan disini. Kulihat lagi buket bunga dan selembar kertas yang diberikan dokter Gunawan. Lumayan menambah amunisi dihatiku saat ini.

 

Kurebahkan diriku dikasur empuk ini. Namun, baru saja ingin memejamkan mata, suara anak kecil berteriak dan berlari-lari. Pasti bocah kecil anaknya si Reza yang sok keren itu.

 

"Brayen tunggu ...!" suara pengasuhnya berteriak sambil ngos-ngosan menngejar si bocah. 

 

"Kejar aku. Ye, ye, ye. Ayo kejaaar ...!" suara si Brayen semakin keras. Ya Ampun ada-ada saja yang menganggu.

 

"Ada apa ini, mbak?" tanyaku ke pengasuhnya.

 

"Seperti biasa Tuan kecil Brayen kalau makan harus berlari-lari dulu." ya ampun, aku mah ogah ngejar si bocah biar saja dia kelaparan.

 

Pengasuhnya disuruh push up, guling-guling di taman baru dia makan. Satu sendok makan satu kali pengasuhnya push up dan guling-guling. Ini yang salah entah siapa? Benar-benar dikerjain sama si bocah. 

 

"Kalau tidak dituruti dia akan mengamuk, dan kami pasti dipecat kerja. Setelah itu yayasan yang mengirim kami langsung kena denda dari tuan besar." Astaghfirullah, jadi itu masalahnya sampai mereka mau saja melakukan suruhan si bocah. 

 

Dan lebih mencengangkan ini adalah perawat yang ke-15 yang mengasuh Brayen. Luar biasa sekali si bocah ini.

 

"Hei, Bro. Ngapain? " tanyaku basa basi. Dia tidak menyahut justru semakin melancarkan aksinya mengerjai pengasuhnya.

 

"Bro, bisa manjat pohon itu nggak?" Dia menggeleng. 

 

"Belum jadi laki-laki ksatria kalau belum bisa manjat," ucapku yang membuat alisnya terangkat. 

 

Aku langsung melancarkan aksiku naik ke pohon mangga di belakang rumahnya.  Kupetik dua mangga yang mateng untuk pengasuhnya yang terlihat kelelahan.

 

"Ini untuk mbak, masuklah biar aku yang ngurus Brayen," ucapku kepada kedua pengasuhnya si bocah.

 

Mereka masuk dan aku langsung melancarkan aksiku juga. Jangan sampai kalah dengan bocah kecil ini.

 

"Bro, kami di desa udah biasa push up, guling-guling ditanah. Yang lebih ekstrim dari itu mah biasa, bro bagi kami. Brayen pernah main selodor gak?" tanyaku, dan dia langsung menggeleng.

 

"Itu permainan seru, Bro. Tapi harus banyak pemainnya. Bagaimana kalau kita main sepak bola saja?"

 

"Memang Miss Nina bisa?" tanyanya. Lumayan dia menyahutku.

 

"Bisa lah, sama daddy mu aja aku tidak takut melawannya main sepak bola. Apalagi sama kamu tuan ganteng." Aku mengacak rambutnya dan dia tidak marah berarti lumayan ada kemajuan.

 

"Wah, benarkah? Kalau main basket bagaimana, Miss?" tanyanya lagi.

 

"Itu, mah sangat gampang bagiku, Brayen," sahutku. Padahal kelemahanku selama ini adalah main basket.

 

"Wow keren, Miss. Daddy adalah salah satu pemain terbaik di kota ini, Miss. Jika Miss bisa mengalahkan Daddy main basket aku akan mengikuti semua maumu, Miss." Mati aku. Bagaimana ini. Basket adalah kelemahanku.

 

"Daddy mu sibuk, lebih baik Brayen saja yang main denganku." Kalau sama anak kecil pasti menang kan? Jangan sampai aku main dengan Daddy nya bisa malu-maluin nantinya.

 

"Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya.

 

Mati, aku!

Pen rasanya langsung ditelan bumi, gaes.

 

 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
............senjata makan tuan tuh semangat nin.........
goodnovel comment avatar
Darmi Ajah
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Sareta Ahmad
cerita yang bagus lanjut lg
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dari Desa   Part 6

    "Siapa bilang aku sibuk nona sok manis? Brayen siapkan bola basketnya, Daddy akan melawan nona ini." Dia mengedipkan mata dan Brayen mengangkat dua jempolnya."Ok siap, Daddy." Si bocah semangat sekali mendukung Daddy nya. "Eh, tunggu dulu ....""Apalagi nona sok manis. Ha?" Dia mendekat. Kenapa lama-lama ini orang buat jantung rasanya mau copot."Tuan Reza tidak lihat kalau saya baru pulang dari rumah sakit. Butuh istirahat dulu, bagaimana kalau kita atur waktu." Aduh, kenapa juga aku bilang atur waktu."Kapan?" tanyanya. Jarak kami semakin dekat. Bisa habis oksigen ditubuhku dibuat."Satu minggu lagi. Bagaimana?""Baiklah ...." Dia makin mendekat dan secepat kilat aku masuk ke kamar. Benar-benar itu orang niat banget buat orang mati mendadak.Eh, si bocah sama si Daddy nya malah tertawa melihat tingkahku. Sampai malam aku tidak keluar kamar. Lebih tepatnya mengatur strategi. Satu minggu kedepan aku harus lebih kerja keras agar bisa main basket dan menjadi juaranya.****Bangun pag

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 7

    Kulihat waktu menunjukkan jam tujuh pagi. Brayen seperti biasa mengerjai pengasuhnya. Mau dipakaikan seragam sekolah saja pengasuhnya ngos-ngosan. Benar-benar ini bocah menguji iman.Si Reza sok keren sudah siap berangkat ke kantor, asistennya begitu sibuk menyiapkan perlengkapannya. Aku mah cuek saja walau beberapa kali dia memandangku. "Miss Rania memang pas mendampingi tuan Reza kita mah apalah cuma ART biasa, tidak naik-naik pangkat," ucap salah satu ART di rumah ini yang bagian menyapu rumah."Memangnya Miss Rania itu mau sama tuan Reza?" tanyaku. Kenapa pula aku begitu kepo."Sangat mau miss. Kami bahkan takut dekat dengan tuan Reza kalau ada Miss Rania. Dia suka melototin. Namun, sayang, tuan Reza tidak membuka hatinya sedikit pun dengan gadis-gadis di rumah ini.""Oh, begitu. Kok jadi takut.""Sebaiknya nona fokus saja dengan tugas nona disini, jangan dekat -dekat dengan tuan Reza saingannya semua ART di rumah ini. Haha ...." Oala, seketika pengen ngumumin. Woi, aku ini istri

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 8

    Kumatikan ponsel yang ada ditanganku. Entah kapan si Reza sok cool ini ada disampingku. Benar-benar meresahkan. Semoga dokter Gunawan paham mengapa aku mematikan ponsel dengan sepihak."Setidaknya aku bisa bercerita dengan orang yang menghargaiku, tuan Reza.""Tapi kamu harus ingat aku adalah suamimu," ucapnya lagi."Maksudnya suami diatas kertas?" Kali ini aku harus tegas agar Reza tidak semena-mena."Siapa bilang, Nina? Itu hanya pradugamu saja.""Sudahlah, Tuan. Aku tidak bisa memaksa tuan menjadi suami sungguhan seperti lainnya. Pastikan saja ketika ibumu sudah sembuh pulangkan aku baik-baik ke orang tuaku.""Apa kamu ingin bersama dengan pak doktermu itu.""Setidaknya ada orang yang masih setia menungguku dari dulu sampai sekarang, tuan. Pada akhirnya aku dengan siapa kita lihat saja nanti," ucapku berlalu.Waktu menunjukkan magrib. Kulakukan salat magrib lalu lanjut tilawah. Hal yang kuimpikan ketika masih muda saat menikah adalah bisa menjalankan ibadah berdua. Tadarusan berdu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 9

    Aku penasaran dengan Pricilia itu siapa. Sengaja aku berjalan menuju taman depan melihat siapa Pricilia itu. Ternyata memang benar, gadis kalangan atas dan terhormat. Pakaiannya sangat berkelas dan mahal. Apalah aku yang hanya gadis desa yang diberi mahar seperangkat alat salat sama si Reza itu."Hei! Cemburu, Miss?" Apaan bocah kecil ini, ngagetin aja."Eh anak kecil tau saja namanya cemburu!""Tau lah Miss, anak YouTube dan tiktok kayak saya ini sangat tau lah." Ya ampun, seketika aku merinding lihat anak sekecil ini tau yang namanya cemburu."Bocah ganteng, ini jam berapa? Kamu tau gak kalau di desa tempat saya jam segini biasanya dipakai anak-anak mengaji. Setelah itu mereka berkumpul dan bercerita ke orang tuanya kegiatan apa yang dilakukan hari ini." Tiba-tiba si Brayen diam. Waduh, apa aku salah ngomong."Apa kamu mau menjadikanku tempat ceritamu, teman? Kita bisa menjadi teman setiap hari." Brayen diam tidak membalas ucapanku. Apa dia tersinggung dengan ucapanku.Tak lama kemu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 10

    "Ngapain ngintip nona sok manis? Apa kamu cemburu?!" Gayanya sungguh sok sekali ini orang. Siapa lagi kalau bukan Reza Adytama."Wah sepertinya anda harus benar-benar diperiksa, selain sok keren anda juga begitu percaya dirii," jawabku sambil berlalu. Mana udah keringetan lagi mau diajak gulat itu orang.Kubersihkan diriku terlebih dahulu. Setelah bersih aku langsung rebahan. Disini aku tidak lelah bekerja. Namun, lelah berfikir. Kenapa si Reza itu tidak jujur dengan semua orang tentang statusku dengan dirinya.Ting, notifikasi dari dokter Gunawan.[Assalamualaikum, dek Nina ini komposisi obat yang Dek Nina minta. Maaf agak telat. Obat ini terbilang berbahaya dan bisa membuat ketagihan penggunanya. Sebaiknya tidak dikonsumsi karena bisa mengak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 11

    "Simpan nomorku," ucapnya lagi. Aku masih seperti patung melihat adegan romantisnya tiba-tiba. Heran saja dengan ini orang.Dia tiba-tiba merebut ponselku lalu menulis namanya dengan 'SayangQ'. Astagfirullah ini orang benar-benar bikin elus dada kelakuannya."Aku berangkat ...." Entah mengapa aku mengangguk dia pamit. Semua seperti bisu melihat adegan kami yang nampak seperti pasangan suami istri.Ada rasa yang tidak biasa, terasa hangat dia mengacak-acak rambutku. Ah, mikir apaan aku ini."Nona Pricilia sudah sampai bandara, tuan. Apa kamar hotel tuan dan nona sama?" Asistenya menjelaskan, ada rasa yang aneh menyergap dihatiku. Bukan cemburu hanya saja sedih melihat dia masih bebas dengan wanita yang pernah dicintai. Walau bagaimana pun dia sudah berjanji dihadapan Tuhan dan orang tuaku. Menjadi istri yang menemaninya. Namun, sampai saat ini tak satu pun keluar dari mulutnya mengakui bahwa aku ini istrinya.Aku berpaling dan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 12

    Pov Dokter GunawanAku Gunawan Atmadja. Lahir dari keluarga Atmadja yang cukup dipandang di kota ini. Saingan berat dari bisnis papaku adalah keluarga Adytama. Entah mengapa papaku menganggap Adytama saingan bisnisnya. Baginya Adytama musuh terbesarnya dan ingin dikalahkan.Lahir dari kalangan atas tidak membuatku tergiur, aku justru lebih menyukai hal yang berbau medis dan lebih senang membantu menjadi sukarelawan. Akhirnya aku memutuskan menjadi seorang dokter. Dokter spesialis bagian syaraf karena aku memang merasa tertantang dengan hal itu.Memiliki keluarga keras dan ambisius membuatku tidak betah di rumah. Sudah berapa kali aku keluar dari rumah yang penuh ambisi ini. Bagiku saat ini adalah memiliki seseorang yang tepat dihatiku. Memiliki wanita sekaligus istri yang akan membantuku setiap hari terutama hobiku menjadi sukarelawan. Dan yang mampu membuatku selalu t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Pesona Istri Dari Desa   Part 13

    Masih dikisah Dokter Gunawan.Untuk pertama kalinya aku bertemu lagi dengan Nina. Gadis yang kurindukan beberapa hari ini. Gadis yang membuat tidurku tidak nyenyak. Pertemuan yang tidak semanis dulu kali ini kulihat keningnya berdarah dan terluka sehingga butuh jahitan. Aku gemetar tidak kuasa menahan rasa sesak didadaku antara marah dan rindu. Marah karena Nina diperlakukan tidak baik di kota ini. Di kota yang kudengar dia sebatang kara. Kasihan sekali kamu, Nin."Aku yakin kamu pasti kuat!" Suaminya terlihat cemas, meski dia nampak cuek didepan pelayannya. Apa Nina tidak bahagia dengan suaminya. Aku merasa ada sesuatu diantara mereka berdua.Kubiarkan ruangan ini hanya aku dan perawat yang mengobati lukanya Nina. Agar aku bisa melihat wajah yang menjadi candu bagiku, meski jujur aku panik dan cemas melihat dia belum siuman.Setelah lukanya dijahit dan tekanan darahnya normal aku langsung balik meski perawat yang mendampingiku ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dari Desa   Reza Parah?

    Reza dilarikan ke rumah sakit karena ternyata Reza lemas dan mengalami sesak nafas. Kemungkinan yang terjadi karena Reza sempat emosi dan kepikiran Monica sehingga jantungnya kumat."Daddy kenapa, Bund.""Tiba-tiba lemas, padahal paginya daddy segar sekali.""Nafasnya naik turun, ya Allah bunda takut daddymu kenapa-kenapa." Nina menangis dipelukan Shaka. Monica yang mengira hanya chek up biasa ikut panik ketika dikabari abangnya jika Reza masuk ICU. Reza sampai tidak sadarkan diri menambah deretan kepanikan keluarganya."Bukannya tadi bunda bilang hanya chek up saja.""Iya, ternyata daddy lemas untung segera dilarikan ke rumah sakit.""Ya Allah Monica kira tidak separah ini." Terdengar suara serak Monica yang menangis mendengar Reza tidak sadarkan diri."Abang Brayen sudah menuju ke sana.""Iya, Dek. Kamu cepat ke sini," ucap Shaka yang meminta Monica langsung ke rumah sakit. Sementara Brayen shock melihat keadaan Reza, bayangan bersama ketika kecil membuat hati Brayen terenyuh dadd

  • Pesona Istri Dari Desa   Mencari Restu

    Misiku kali ini bukan lagi untuk bersatu dengan abang Brayen, tapi memikirkan bagaimana agar abang Brayen bersama daddy seperti dulu lagi. Terkadang kita dipaksa kuat oleh keadaan dan dibuat ikhlas oleh kenyataan, jadi pandai-pandailah menjaga perasaan kita sendiri, karena disaat kita terpuruk, susah dan sedih tidak semua orang akan peduli. “Ikuti saja kata bunda, Dek. Sejauh mana kamu melangkah jika dia jodohmu pasti dia akan kembali mengejarmu.”“Iya, Bang.”“Abang yakin kamu bisa melewatinya, Dek. Demi daddy,” kata abang Shaka.“Makasih, Bang. Demi kalian semua.”Segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya. sakitnya daddy pasti jalan agar abang Brayen dan daddy bersatu kembali. Aku juga harus sadar jika usia daddy tidak muda lagi. Aku mau daddy di hari tuanya bahagia tanpa beban."Belajar untuk tidak terlalu berharap kepada siapapun kecuali Allah, karena harapan yang berlebihan kepada manusia hanya akan menyakiti perasaanmu sendiri," ucap ababg Shaka memberi nasehat. "Saatnya kamu le

  • Pesona Istri Dari Desa   Biarkan Dia Berjuang

    Reza kembali kumat, ternyata selama ini Reza ada riwayat jantung sehingga harus dikontrol minum obat setiap hari. Nina pun sadar semakin hari usia mereka sudah tidak muda lagi sehingga gampang sekali terkena penyakit.“Kasitahu anak-anak, Bang, kalau jantungmu sedang tidak baik-baik saja,” kata Nina pada Reza yang terbaring. Nina sadar semenjak Monica gagal menikah lagi, suaminya–Reza sering sakit-sakitan. Dia merasa gagal sebagai orang tua.“Bang, coba diubah pola pikirnya bahwa tidak semua keinginan kita selalu sejalan.”“Iya, Sayang. Daddy baik-baik saja, Bund.”“Baik-baik bagaimana, kata dokter abang harus berobat intensif.” “Tenang saja, Bund. Semua pasti baik-baik saja,” kata Reza. Jauh dari lubuk hatinya sebenarnya dia menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Shaka sudah bahagia dengan Gendhis. Sementara Monica masih dilema.“Apa abang memikirkan Monica?” tanya Nina. Dia penasaran akhir-akhir ini suaminya lebih pendiam.“Jangan dipendam, salah satu sumber penyakit adalah

  • Pesona Istri Dari Desa   Mahir Membuat Luka

    Aku duduk ikut bergabung bersama daddy dan abang Brayen. Walau jujur tanganku gemetar melihat reaksi daddy, sementara abang Brayen tetap santai. “Monica yang memintaku dad, untuk datang menemui daddy. Dia memang tidak sabaran,” katanya begitu renyah. Astagfirullah itu orang benar-benar enteng berucap. Aku langsung melotot tak percaya, eh dia justru senyum-senyum tidak jelas melihatku.“Tanpa diminta pun aku akan tetap menemui daddy,” sambungnya lagi.“Aku tidak bisa hidup tanpa Monica dan Arvian, Dad.”“Paling kamu cuma modus anak nakal!” daddy langsung to the point. Aku kira abang Brayen akan marah ternyata dia tertawa melihat reaksi daddy. Dia memang orang yang sulit untuk ditebak.“Aku serius, Dad. Monica dan Arvian adalah hidupku. Rasanya hari-hari begitu sulit tanpa mereka.” Aku hanya menunduk ketika abang Brayen berucap demikian. Sepertinya kupu-kupu mulai berterbangan. Rasanya malu sekali, apalagi lirikan matanya yang membuat wajah ini tersipu malu.“Luka yang kamu buat begitu

  • Pesona Istri Dari Desa   Agak lain

    Sampai rumah, daddy dan bunda menunggu di teras. Di mata mereka aku masih gadis kecil, yang jika setiap keluar rumah terlalu lama mereka pasti menungguku. Begitulah orang tua, selalu tersisa rasa yang sama, meski berkali-kali pernah terluka.“Apa Monica terlalu lama?” tanyaku padanya. Tak lupa pelukan hangat dari daddy yang selalu panik jika aku keluar terlalu lama.“Anaknya bukan anak kecil, Bang,” ucap bunda yang tak berhenti tersenyum.“Iya, bukan anak kecil, tapi kadang bikin panik dengan tingkahnya,” jawab daddy. Aku langsung memeluknya, percayalah semakin tua, orang tua pasti lebih protektif pada anaknya.“Apa Arvian bahagia?” tanya daddy. Aku mengangguk.“Syukurlah ….”“Dad ….”“Kenapa?” tanyanya.“Apa daddy merestui jika aku dan abang Brayen bersama lagi?” Daddy diam, sekarang aku yang canggung. Kebahagiaan yang tadi berubah menjadi rasa tidak nyaman.“Apa dia bisa menjamin berubah, sementara sampai detik ini daddy tidak melihat kesungguhannya.”Sekarang aku yang diam. “Jang

  • Pesona Istri Dari Desa   Semua Tentang Kamu

    Berkali- kali aku menghapus air mata sedih dan bahagia tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku bahagia melihat senyumannya yang tak henti. Sesekali dia memandangku meski terjeda karena fokus menyetir.“Jangan mengatakan apa-apa lagi, jawabanmu membuatku tidak mau kamu mengucapkan hal yang aneh lagi.”“Tulis di sini biar aku akan tempel di sudut kamarku. Apakah kamu menerimaku atau tidak,” balasnya lagi. Dia memberikanku polpen dan selembar kertas, dia niat sekali membuatku tersipu malu. Pernyataannya bahkan seperti tahu jawabannya aku menerimanya kembali. Dasar tuan arogan.“Tulislah apa kamu menerimaku. Karena ini sangat penting bagi hidupku,” sambungnya lagi.“Anda terlalu pede tuan.”Aku langsung menyimpan di dalam tas. Dia mirip dengan daddy, dia pasti akan memaksa aku menjawab sesuai dengan maunya. Laki-laki jika ada maunya dia akan memaksa, tapi kalau sudah dapat apa yang dia mau, tak sedikit yang terkesan cuek.“Kenapa di simpan?”“Nanti pas pulang aku berikan,” balasku. Wa

  • Pesona Istri Dari Desa   Pasti Ada Jalan

    "Bunda ...." Arvian memanggilku. Cepat sekali anak ini sampai padahal baru saja ayahnya menelponku. Apa sebenarnya mereka ada di sekitar sini."Hai, jagoan. Sama siapa ke sini?” tanya daddy menghampiri langsung Arvian."Sama ayah, Opa. Tapi dia menunggu di luar,” balas Arvian jujur. Apa abang Brayen yang mengajarkan Arvian untuk jujur.Daddy seketika diam. Bunda pun langsung memecahkan suasana agar tidak terlihat canggung. Aku hanya bisa menghela napas dalam-dalam, takut jika daddy kambuh lagi dengan tidak menginginkan kami kembali."Bersiaplah, Mon,” ujar bunda.Meski ragu, aku pun bersiap untuk berangkat dengan Arvian. Layaknya anak muda yang mau ketemuan aku sampai bingung menggunakan baju yang mana. Astagfirullah, kelakuanku makin aneh seperti abege labil. "Mon, lama sekali, kasihan Arvian lama menunggu." Bunda tiba-tiba datang ke kamar. Baru terasa malunya. Ada-ada saja kelakuanku yang makin aneh ini."Kamu kek anak muda saja, Mon. Milih baju saja lama sekali,” ledek Bunda."Haha

  • Pesona Istri Dari Desa   Berharap Kita Bersama Lagi

    Beharap untk kembali Aku dilema bukan karena tidak ingin menerima abang Brayen kembali, tetapi ada rasa trauma takut merasakan kekecewaan lagi. Manusiawi kurasa jika Aku tidak mau kecewa lagi untuk kedua kalinya."Bund, apa Aku harus menerima abang Brayen lagi?" tanyaku pada bunda yang sedang duduk merawat tanamannya. Aku merasa hidup bunda Lebih baik dibanding denganku. Hidupnya tenang di masa tuanya, sementara aku seperti mencari kepastian."Perasaan Monica bagaimana?" tanya bunda."Dilema, Bund. Apa kesempatan kedua itu memang benar adanya?""Jangan pernah mendahului takdir sayang, jika kamu yakin kembalilah bersamanya. Namun, apabila kamu ragu mintalah pada sang pemberi harap yang tidak pernah membuat hambanya kecewa," balas bunda.Entah mengapa setetes bening jatuh di pipiku, dengan banyak hal yang telah kulalui rasanya tidak mudah sampai di titik ini."Dan mintalah restu pada daddymu, barangkali dengan keikhlasannya bisa membuatmu semakin yakin," sambung bunda memberiku nasihat

  • Pesona Istri Dari Desa   Aku Ingin Kalian Bersatu

    POV ARVIANKali ini Aku merasa ada harapan melihat reaksi bunda yang mulai melirik ayah. Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama harapan itu nampak di depan mata. Aku sama halnya dengan anak yang lain ingin orang tua yang utuh. Ingin keluarga bahagia yang tiap bangun tidur melihat mereka di depanku. "Kamu kenapa Arvian?" tanya Bani temanku yang biasa mendengar keluh kesahku."Doakan, ya, bunda dan ayahku bersatu lagi.""Bukannya daddy Aksenmu ada?" tanya Bani penasaran. "Mereka sudah lama pisah, Ban.""Semoga orang tuanmu bersatu lagi, Arvian.""Aamiin.""Kalau pun, tidak ada harapan aku harap kamu tetap jadi Arvian yang baik." Bani jauh lebih di atas tingkat dariku, dia sudah SMP. Namun, dia tidak mau dipanggil kakak. Bani adalah anak dari salah satu rekan dokter ayah.Aku bukan anak yang kuat, kadang Aku depresi melihat bagaimana teman-temanku bisa bahagia di usianya yang begitu indah. Main timezone dengan kedua orang tua lengkap, sementara Aku hanya bisa gigit jari melihat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status