Share

Bab 2

Author: Lionel Lussy
last update Last Updated: 2025-03-16 15:38:36

Bab. 2 

Dua hari lalu

Langit kota Mayro tiba-tiba merah, asap tebal membumbung tinggi ke langit malam yang gelap, disusul ledakan yang mengguncang tanah. 

Gedung Robin Group, ikon megah kota sekaligus pusat dari perusahaan raksasa dunia, kini terbakar hebat. Api menjalar liar, melahap setiap jendela kaca dengan bunyi pecahan yang menyakitkan telinga.

"Tolong! Tolong!"

Jeritan dan teriakan menggema di setiap sudut jalan. Orang-orang dalam gedung berlarian tak tentu arah, berusaha mencari perlindungan. 

Sirine mobil pemadam kebakaran meraung memecah malam, diikuti deru kendaraan ambulans yang bergegas menuju lokasi.

“Kami membutuhkan bantuan tambahan! Gedung ini bisa runtuh kapan saja!” 

Suara-suara panik terdengar di mana-mana, para petugas damkar dan Polisi bekerja sama menyelamatkan orang-orang yang terjebak.

Beberapa helikopter berita nasional melayang rendah, mengirimkan siaran langsung ke seluruh pelosok kota dan negeri. 

"Kami melaporkan langsung dari lokasi kejadian! Gedung Robin Group, pusat dari kekaisaran bisnis internasional, kini dalam kondisi kritis setelah ledakan besar terjadi sekitar pukul 9 malam waktu setempat!" 

"Tuan Sion Alexander Robin, yang merupakan CEO utama group Robin, belum ditemukan dalam peristiwa ini. Semua orang sedang mencarinya." 

Para wartawan menyebarkan berita yang sama, seluruh kota jadi cemas. Bahkan seluruh dunia yang tergabung dalam kerja sama dengan Robin Group ikut panik, soal hilangnya pimpinan tertinggi perusahaan raksasa itu.

“Evakuasi, cepat!”

“Cari Tuan Sion!"

Teriakan menggema di seluruh gedung, barikade team penyelamat berjuang masuk ke dalam. Untuk mencari sosok penting tuan mereka yang belum ditemukan dalam musibah ini.

Tapi api mulai melahap habis semua yang ada di hadapannya. Seolah harapan untuk menemukan Sion semakin menipis dalam kobaran api yang mengamuk.

“Selamat kan dokumen penting Robin Group!!” 

Teriakan seorang pria berambut coklat tedengar memerintah, kemeja putihnya sudah lusuh kehitaman, wajahnya banjir keringat.

“Dasar serakah! Nyawa manusia lebih penting ketimbang kumpulan kertas itu. Edward!” 

Marco menarik kemeja Edward, mendorongnya turun dari lantai lima belas yang sudah dipenuhi api.

"Lepaskan aku, Marco! Bahkan dokumen itu lebih berharga dari nyawamu!"

DUAR!

Ledakan keras terdengar, seiring dengan jeritan orang-orang di luar dan di dalam gedung. Puing-puing mulai runtuh, bangunan gedung sudah mulai bergetar. 

“Ayok kita keluar! Edward! Kita harus keluar sekarang juga!" Marco berteriak, membentak sahabat karibnya.

“Apa Sion sudah ditemukan?” Edward bertanya, matanya mengunci tatapan Marco.

“Mungkin Sion sudah di luar Ed! Team penyelamat pasti mencari dia terlebih dulu. Ayo kita keluar juga!" 

Marco menarik tangan Edward, tapi pria itu tetap keras kepala, melemparkan lencana kebanggaannya pada Marco.

“Aku titip itu, aku harus memastikan Sion tidak terjebak di dalam. Dan aku aku harus menyelamatkan beberapa dokumen penting.” 

Edward berlari masuk, menembus kepulan asap hitam yang bercampur dengan gumpalan api merah.

“EDWARD!” teriak Marco. 

Kakinya hampir mengejar, tapi beberapa petugas pemadam kebakaran gegas menahan tubuhnya.

“Lepaskan aku!” Marco meronta.

 “Tidak akan kami lepaskan! Apa kau ingin mati? Hah?!”  

Petugas pemadam menyeret Marco secara paksa keluar dari dalam gedung.

Di luar gedung, suasana semakin ramai. Para liputan media internasional sibuk meliput kekacauan, televisi-televisi besar di gedung-gedung sekitar sibuk menampilkan pakar saham yang bicara dengan tergesa-gesa.

“Jika Robin Group benar-benar lumpuh, pasar saham global bisa runtuh! Dampaknya tidak hanya pada ekonomi lokal, tetapi akan terasa di seluruh dunia."

Di lokasi kejadian, debu beterbangan seperti kabut tebal. Seorang petinggi Polisi tampak berdiri di depan barikade pasukan, matanya memindai gedung dengan penuh ketegangan. 

“Apakah ini kecelakaan atau serangan?”

“Kami belum bisa memastikan, dan kami juga hanya temukan satu petinggi perusahaan, itu adalah tuan Marco! Wakil direktur Robin Group!” satu polisi muda melapor kepada atasannya.

Mendengar hal tersebut, mata Marco membelalak, ia bertanya pada polisi itu "Apa? Kenapa hanya aku yang diselamatkan? Lalu dimana Sion?" 

"Kami masih berusaha menyelamatkan semua orang, tuan! Tenanglah! Termasuk Tuan Sion." 

"Apa kau bilang? Tenang? Sion wajib ditemukan, cepatlah bekerja!" 

Marco semakin panik, dan Polisi itu mencoba menenangkan Marco. "Kami sedang berusaha, tuan." 

Marco menghela nafasnya, dan tatapannya kembali menoleh ke arah gedung, lantai lima belas tempat ia berpissh dengan Edward tadi. Di sana ia melihat kobaran api yang semakin menggila.

DUAR!

Sebuah ledakan keras terdengar dari lantai 17. Getaran dahsyat terasa hingga ke jalan, membuat debu dan pecahan kaca beterbangan di udara. Seketika, lantai 17 runtuh, hingga menghantam lantai 15 tempat Edward berada.

“EDWARD! SION!” 

Marco berteriak sekuat tenaga, langkahnya maju meski panas dari gedung terasa membakar kulitnya. 

Beberapa petugas pemadam segera menahan tubuh Marco, yang hampir menerobos garis pembatas.

“Lepaskan aku! Saudara-saudaraku masih di dalam!” Marco meronta, wajahnya penuh peluh dan debu.

Seorang perwira kepolisian mendekat, mencoba menenangkan Marco yang masih sangat terguncang.

Sementara team terbaik dikerahkan, untuk mencari dimana Sion berada. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam ledakan ini, entah ini kecelakaan atau sebuah konspirasi besar yang sedang mempermainkan perusahaan Robin Group.

"Dengar, pak! Kau harus menemukan Sion, juga Edward. Kerahkan seluruh team terbaik yang kau punya. Kami akan bayar berapapun."

Perwira polisi ini mengangguk. “Kami sedang berusaha. Tapi situasinya berbahaya. Struktur gedung bisa runtuh kapan saja. Kami harus mengutamakan keselamatan banyak nyawa!” 

Ucapan itu terdengar semakin mencekam Marco, ia semakin tenggelam oleh rasa cemas.

Marco berdiri di samping petinggi polisi, memandang dengan tegang ke arah gedung yang terbakar. Napasnya berat, hatinya berdebar kencang. 

“Kumohon, Sion … Bertahanlah. Edward, aku harap juga ada keajaiban yang membuat kau selamat!”

****

Sion reflek membungkam mulut Roura dengan tangannya, membuat gadis ini membulatkan mata.

“Tolong, jangan teriak! Aku bukan orang jahat!”

Roura menatap Sion dengan mata membelalak, napasnya terengah-engah. Dia tidak bisa bicara apapun lagi sekarang.

Dari luar pintu, terdengar ketukan keras. “Roura? Ada apa di dalam? Kau baik-baik saja?” 

Suara pak Wiil terdengar cemas, Roura mulai ketakutan, ia hendak menjawab tapi tidak bisa. Tangan kekar Sion membungkam mulutnya.

"Jangan bilang ada aku di sini, dia akan mengira kau aneh lagi. Dan kau akan kehilangan pekerjaan, apa kau mau?" 

Roura menggeleng kepala.

Namun ada yang lebih mengejutkan bagi Sion, yaitu fakta bahwa tangannya benar-benar bisa menyentuh Roura. Ia benar-benar bisa merasakan hangat tubuh gadis ini dalam pelukannya. 

“Aku ... aku bisa menyentuhmu? Tapi kenapa? Kenapa aku tidak bisa menyentuh orang lain?” 

Sion bertanya pada dirinya sendiri, sementara Roura terus meronta, mendorong tangan Sion yang masih membungkam mulutnya. 

Pria ini akhirnya, melepaskan tangannya dari tubuh ramping Roura dengan ekspresi bingung.

“Maaf.” 

“Tapi dengar! Ini penting. Tidak ada seorang pun yang bisa melihatku kecuali kamu. Kalau bosmu masuk dan melihatmu histeris sendiri, dia akan menganggapmu gila. Kau pasti akan dipecat.”

Sion mengancam gadis itu, namun Roura tidak peduli. Dengan suara lantang, ia berteriak. 

“Pak Will! Ada orang mesum di ruang ganti!”

“Apa?! Orang mesum?!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pesona Hantu CEO   Bab. 3

    Pak Will. Dengan gerakan cepat mendorong pintu itu, ia melangkah masuk dengan wajah penuh cemas. Dan memindai ruangan itu, tapi tidak melihat apapun atau siapa pun di sana selain Roura yang berdiri dengan napas memburu.“Mana orangnya?!” tanya Pak Will mendesak.Roura masih terengah-engah, langsung menunjuk ke samping, ke arah tempat Sion berdiri beberapa detik yang lalu. “Dia ada di sana!”Pak Will menoleh ke arah yang ditunjuk, tetapi ruang itu kosong. Tidak ada siapa pun yang bisa ia lihat.Roura juga segera menoleh ke arah yang sama, ia terkejut mendapati Sion sudah tidak ada di sana. Hanya udara kosong yang menyambut tatapannya.Kini wajah Pak Wiil terlihat marah, ia menghela Nafas mencoba bersabar dengan sikap gadis ini.“Roura? Apa kau sedang mencoba bercanda denganku? Karena ini sama sekali tidak lucu.”“Tapi ... tapi tadi dia ada di sini!” jawab Roura panik, menunjuk ke ruang kosong itu lagi.Pak Will menatapnya dengan tajam, menahan marahnya sekuat tenaga. Lalu pria ini me

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 4

    Roura segera mengambil kain sembarangan, untuk menutup tubuhnya lebih rapat. Ia melirik ke sekeliling kamar, mencoba mencari alasan masuk akal mengapa Sion bisa masuk ke dalam kamarnya.Sion tertawa terbahak, melihat Roura yang ketakutan sambil menutup seluruh tubuhnya. Seolah Sion adalah penjahat yang akan merenggut kesucinnya."Hey, ayolah ... Aku hanya ingin tidur di sini," jawab Sion tanpa rasa bersalah."Kurang ajar, kau tidak bisa sembarangan tidur di kamar ku! Apalagi kau lihat aku dalam keadaan seperti ini!"Roura marah lagi, sementara Sion hanya mengangkat alis, sambil tertawa lagi. Pria ini berjalan mendekat ke arah Roura, membuat gadis itu agak ketakutan. Apalagi tubuh tegap Sion terlihat sangat kuat, pasti ia bisa menarik kain yang melilit tubuh Roura dengan mudah. "Tolong jangan tatap aku seperti itu, tuan!" pinta Roura."Seperti apa maksudmu, Roura? Aku hanya melihat seorang manusia yang habis mandi dan terlihat marah."Roura berjalan mundur, sementara Sion terus berj

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 5

    Roura menatap Sion dengan kesal, seperti baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. "Tunggu, jadi sekarang aku terjebak dengan hantu CEO yang punya ego sebesar menara Eiffel? Dan logika seperti anak usia lima tahun? Fantastis. Hidupku benar-benar luar biasa."Sion mengangkat bahu dengan ekspresi tak berdosa. Ia menertawakan kekesalan Roura dan baru saja mengeluhkan hidupnya."Yah, kau sangat beruntung sebenarnya. Jarang sekali aku datang untuk meminta bantuan pada orang lain."Sungguh sikap Sion terlalu menyebalkan bagi Roura, gadis ini mendengus kesal. Menggelengkan kepala tak percaya dengan nasib aneh yang menimpa dirinya."Maaf, tuan Sion yang terhormat. Tapi aku terlalu sibuk dengan kemiskinanku untuk peduli. Jadi pergilah!"Sion mendekat, mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah Roura. Tapi kali ini Roura tidak takut lagi, dia menatap Sion dengan berani, membuat Sion tertawa kecil."Keluar dari sini! Atau aku akan ....""—Berteriak? Dan mengundang

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pesona Hantu CEO   Bab 6

    Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" "Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting."Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya. “Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sek

    Last Updated : 2025-04-23
  • Pesona Hantu CEO   Bab 1

    "Aaah!" seorang pria berteriak, saat sebuah mobil truk melaju kencang ke arahnya. Ia yakin kalau mobil itu pasti akan menabrak tubuhnya.Brak!Benar saja truk itu menabrak tubuhnya, seharusnya tubuhnya terlempar dan hancur.Tapi... Ada yang aneh, ia tidak merasakan sakit sama sekali. Mobil truk itu tetap melesat menjauh. Tidak ada darah sedikitpun, tidak ada orang yang berteriak. Semua terlihat baik-baik saja."Apa yang terjadi padaku? Kenapa dengan diriku?" pria itu menatap tangannya sendiri, merasa semakin bingung dengan apa yang terjadi padanya.Sion Alexander Robin, seorang pria dengan reputasi yang tak tertandingi, adalah CEO utama dari Robin Group, sebuah perusahaan raksasa yang berada di kota Mayro.Namun dua hari terakhir, dunia di sekitarnya terasa tidak normal lagi. Orang-orang kini berjalan melewatinya seolah dia tidak ada. Setiap kali Sion mencoba berbicara, suara yang keluar dari mulutnya, seperti tidak terdengar. Tangannya yang dulu menggenggam kendali perusahaan bes

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • Pesona Hantu CEO   Bab 6

    Roura menghela nafas lelah. "Baiklah, kalau begitu, apa yang bisa aku bantu?" "Temukan tubuhku, dan pastikan aku sudah mati atau belum," jawab Sion, kali ini ia bicara serius tanpa sebuah senyuman.Roura agak bingung dengan permintaan itu. "Bagaimana aku tau soal tubuhmu, tuan Sion?"Sion berdiri dari sana, menatap jauh ke depan, seolah akan mengatakan sebuah strategi yang sangat penting."Kamu harus melakukan penyelidikan, cari tau dimana tubuhku berada. Dan ingat, Kau harus mulai melakukan penyelidikan ini secepatnya,” perintah Sion.Roura tertawa kecil sambil melipat tangan. “Hari ini aku harus bekerja.”Sion mendadak meledak dalam tawa, seperti baru mendengar lelucon terlucu sepanjang hidupnya—atau kematiannya. “Lupakan pekerjaan dengan gaji kecil itu, Rou,” kata Sion.Roura menatapnya tajam, lalu menggelangkan kepala. “Yang kau bilang kecil itu, Tuan Kaya Raya. Itu cukup untuk menghidupiku, tahu.”“Oh, ya? Berapa gajimu di sana, kalau boleh tahu? Satu digit? Dua digit? Atau sek

  • Pesona Hantu CEO   Bab 5

    Roura menatap Sion dengan kesal, seperti baru saja mendengar lelucon paling tidak lucu di dunia. "Tunggu, jadi sekarang aku terjebak dengan hantu CEO yang punya ego sebesar menara Eiffel? Dan logika seperti anak usia lima tahun? Fantastis. Hidupku benar-benar luar biasa."Sion mengangkat bahu dengan ekspresi tak berdosa. Ia menertawakan kekesalan Roura dan baru saja mengeluhkan hidupnya."Yah, kau sangat beruntung sebenarnya. Jarang sekali aku datang untuk meminta bantuan pada orang lain."Sungguh sikap Sion terlalu menyebalkan bagi Roura, gadis ini mendengus kesal. Menggelengkan kepala tak percaya dengan nasib aneh yang menimpa dirinya."Maaf, tuan Sion yang terhormat. Tapi aku terlalu sibuk dengan kemiskinanku untuk peduli. Jadi pergilah!"Sion mendekat, mendekatkan wajahnya hingga hanya beberapa inci dari wajah Roura. Tapi kali ini Roura tidak takut lagi, dia menatap Sion dengan berani, membuat Sion tertawa kecil."Keluar dari sini! Atau aku akan ....""—Berteriak? Dan mengundang

  • Pesona Hantu CEO   Bab 4

    Roura segera mengambil kain sembarangan, untuk menutup tubuhnya lebih rapat. Ia melirik ke sekeliling kamar, mencoba mencari alasan masuk akal mengapa Sion bisa masuk ke dalam kamarnya.Sion tertawa terbahak, melihat Roura yang ketakutan sambil menutup seluruh tubuhnya. Seolah Sion adalah penjahat yang akan merenggut kesucinnya."Hey, ayolah ... Aku hanya ingin tidur di sini," jawab Sion tanpa rasa bersalah."Kurang ajar, kau tidak bisa sembarangan tidur di kamar ku! Apalagi kau lihat aku dalam keadaan seperti ini!"Roura marah lagi, sementara Sion hanya mengangkat alis, sambil tertawa lagi. Pria ini berjalan mendekat ke arah Roura, membuat gadis itu agak ketakutan. Apalagi tubuh tegap Sion terlihat sangat kuat, pasti ia bisa menarik kain yang melilit tubuh Roura dengan mudah. "Tolong jangan tatap aku seperti itu, tuan!" pinta Roura."Seperti apa maksudmu, Roura? Aku hanya melihat seorang manusia yang habis mandi dan terlihat marah."Roura berjalan mundur, sementara Sion terus berj

  • Pesona Hantu CEO   Bab. 3

    Pak Will. Dengan gerakan cepat mendorong pintu itu, ia melangkah masuk dengan wajah penuh cemas. Dan memindai ruangan itu, tapi tidak melihat apapun atau siapa pun di sana selain Roura yang berdiri dengan napas memburu.“Mana orangnya?!” tanya Pak Will mendesak.Roura masih terengah-engah, langsung menunjuk ke samping, ke arah tempat Sion berdiri beberapa detik yang lalu. “Dia ada di sana!”Pak Will menoleh ke arah yang ditunjuk, tetapi ruang itu kosong. Tidak ada siapa pun yang bisa ia lihat.Roura juga segera menoleh ke arah yang sama, ia terkejut mendapati Sion sudah tidak ada di sana. Hanya udara kosong yang menyambut tatapannya.Kini wajah Pak Wiil terlihat marah, ia menghela Nafas mencoba bersabar dengan sikap gadis ini.“Roura? Apa kau sedang mencoba bercanda denganku? Karena ini sama sekali tidak lucu.”“Tapi ... tapi tadi dia ada di sini!” jawab Roura panik, menunjuk ke ruang kosong itu lagi.Pak Will menatapnya dengan tajam, menahan marahnya sekuat tenaga. Lalu pria ini me

  • Pesona Hantu CEO   Bab 2

    Bab. 2 Dua hari laluLangit kota Mayro tiba-tiba merah, asap tebal membumbung tinggi ke langit malam yang gelap, disusul ledakan yang mengguncang tanah. Gedung Robin Group, ikon megah kota sekaligus pusat dari perusahaan raksasa dunia, kini terbakar hebat. Api menjalar liar, melahap setiap jendela kaca dengan bunyi pecahan yang menyakitkan telinga."Tolong! Tolong!"Jeritan dan teriakan menggema di setiap sudut jalan. Orang-orang dalam gedung berlarian tak tentu arah, berusaha mencari perlindungan. Sirine mobil pemadam kebakaran meraung memecah malam, diikuti deru kendaraan ambulans yang bergegas menuju lokasi.“Kami membutuhkan bantuan tambahan! Gedung ini bisa runtuh kapan saja!” Suara-suara panik terdengar di mana-mana, para petugas damkar dan Polisi bekerja sama menyelamatkan orang-orang yang terjebak.Beberapa helikopter berita nasional melayang rendah, mengirimkan siaran langsung ke seluruh pelosok kota dan negeri. "Kami melaporkan langsung dari lokasi kejadian! Gedung Robi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 1

    "Aaah!" seorang pria berteriak, saat sebuah mobil truk melaju kencang ke arahnya. Ia yakin kalau mobil itu pasti akan menabrak tubuhnya.Brak!Benar saja truk itu menabrak tubuhnya, seharusnya tubuhnya terlempar dan hancur.Tapi... Ada yang aneh, ia tidak merasakan sakit sama sekali. Mobil truk itu tetap melesat menjauh. Tidak ada darah sedikitpun, tidak ada orang yang berteriak. Semua terlihat baik-baik saja."Apa yang terjadi padaku? Kenapa dengan diriku?" pria itu menatap tangannya sendiri, merasa semakin bingung dengan apa yang terjadi padanya.Sion Alexander Robin, seorang pria dengan reputasi yang tak tertandingi, adalah CEO utama dari Robin Group, sebuah perusahaan raksasa yang berada di kota Mayro.Namun dua hari terakhir, dunia di sekitarnya terasa tidak normal lagi. Orang-orang kini berjalan melewatinya seolah dia tidak ada. Setiap kali Sion mencoba berbicara, suara yang keluar dari mulutnya, seperti tidak terdengar. Tangannya yang dulu menggenggam kendali perusahaan bes

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status