"Ini tidak bisa dibiarkan, Ma. Aku tidak mau punya keponakan dari Nada.""Jaga bicaramu, Erina! Bagaimana kalau mereka mendengar ucapanmu ini?"Syahna marah karena ucapan Erina, sedangkan Erina marah karena mendengar Nada hamil dan Ethan terlihat sangat bahagia.Erina pikir, bila Nada hamil, maka akan lebih sulit baginya untuk bisa memisahkan Ethan karena kakak tirinya itu pasti semakin mencintai Nada."Aku juga tidak sudi mempunyai keponakan dari Nada." Danica yang masih di rumah mereka dan ikut masuk ke dalam kamar Erina juga memberi komentar penolakan atas kehamilan Nada. Dia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Erina. Bila Nada dan Ethan memiliki anak, maka akan sulit merebut Ethan dari Nada."Danica, jangan memperkeruh suasana!" Syahna juga membentak Danica.Mengatasi satu anak perempuannya yang terobsebsi pada Ethan saja sudah sangat sulit, kini ditambah dengan Danica yang juga nampaknya terobsebsi dengan Ethan juga. Kepala Syahna semakin terasa sakit. Bagaimanapun dia tida
"Kenapa tadi mama bilang begitu?" Dalam perjalanan, Nada masih terngiang ucapan Syahna.Ethan segera meraih tangannya dan menggenggam lembut. Memberinya senyum untuk menenangkan istrinya. Dia tau Nada masih memikirkan pesan Syahna karena tidak biasanya wanita itu perhatian."Mama hanya khawatir padamu. Orang tua memang seperti itu. Apalagi dalam perutmu ini ada calon cucunya. Mereka pasti sangat khawatir," ucap Ethan berharap bisa menenangkan Nada. Ethan mengusap lembut perut Nada.Bukan hanya Nada yang penasaran dengan ucapan Syahna sebelum mereka pulang. Tidak seperti biasa mama tirinya itu baru kali ini perhatian pada Nada semenjak mereka menikah. Bahkan sebaliknya, Syahna sama dengan Erina, tidak menyukai Nada.Di depan Nada, tidak mungkin Ethan menunjukkan kecemasan dan rasa ingin tahunya karena itu bisa memicu kekhawatirannya. Dia akan menyelidiki secara diam-diam tanpa diketahui oleh istrinya.Hari terus berlalu dan dijalani oleh Nada dengan bahagia. Sebagai ibu hamil muda, Nad
"Sayang, aku-"Perkataan Ethan terhenti seketika saat melihat sofa yang tadi dilihatnya Nada duduk di sana kosong. Meski dia tidak mengantar hingga istrinya duduk dengan nyaman. Namun, saat berjalan meninggalkannya, Ethan yakin dan melihat Nada duduk di sana.Bola matanya beredar mencari keberadaan istrinya. Bahkan Ethan langsung menghubungi nomor Nada untuk menanyakan keberadaannya. Sayangnya, beberapa kali panggilan, Nada tidak menjawab. Tiba-tiba dia pun merasa sangat cemas dan khawatir."Apa kamu melihat istriku?" tanya Ethan pada karyawan yang melintas."Maaf, Tuan. Saya tidak melihat nyonya Nada."Dada Ethan semakin berdebar tidak karuan karena cemas dan panik. Meski begitu, di hadapan orang lain, Ethan masih bisa bersikap tenang karena tidak ingin membuat kehebohan dan juga terlihat lebay. Meski dalam dirinya sangat khawatir.Ethan kembali menghubungi nomor Nada. Dia juga berjalan ke ruangan istrinya dan berpikir Nada kembali ke ruang kerja karena ada yang tertinggal di sana. S
"Jude, jangan mempermainkan nyawa istriku!" bentak Ethan.Dia mulai kehilangan kontrol diri. Bahkan Ethan benda yang ada di depannya menjadi pelampiasan kemarahannya. Miniatur yang terbuat dari kaca pun akhirnya pecah berserakan di atas lantai di depan mata mereka."Ethan, kendalikan dirimu!" Vidor lantas mencengkeram dan menahan lengan Ethan.Napasnya menderu memburu penuh dengan hawa panas. Detak jantung pun seiring terpacu cepat. Darah dalam dirinya telah mendidih. Keselamatan Nada dan calon bayinya membuatnya khawatir. Mata elangnya menatap tajam penuh bara api pada Jude. Bisa dikatakan, Ethan siap mencabik dan menghancurkan pria di hadapannya andai kata tidak menemukan Nada.Vidor segera menenangkan Ethan dan membawanya duduk kembali. Meski sorot matanya masih tajam dan hampir tidak berkedip menatap Jude, namun dia menuruti perintah Vidor. Duduk dengan tuntunan Vidor.Saat suasana tegang, tiba-tiba pintu terbuka."Tuan." Serly melangkah masuk dengan tergopoh-gopoh.Pengawal Nada
"Anda tidak mengenaliku, Nyonya, tapi suamimu mengenali aku," jawab wanita itu terus melangkah mendekati Nada. Kali ini wajahnya kembali garang.Nada ingin mundur kembali, namun lapang di belakangnya telah habis, ada meja dan dinding. Tidak ada ruang gerak lagi untuknya. Bisa saja ke samping, tapi untuk melangkah ke sana, dia membutuhkan gerakan cepat.Nada ketakutan dan merasa ngeri hanya saja tidak ingin menunjukkan pada wanita itu. Dia pikir, semakin dia terlihat takut, semakin wanita itu mendesak dan merasa senang. Akhirnya harus berpura agar terlihat tenang."Kamu memiliki masalah dengan suamiku? Kenapa tidak selesaikan saja dengannya?" ucap Nada berusaha agar suaranya tidak bergetar."Ha ... ha ... ha ...." Wanita itu tertawa dengan cukup keras.Karena ruangan itu tertutup, maka suara tawanya terdengar menggema menambah rasa takut dan gemetar. Hanya saja Nada terus berusaha untuk tetap tenang, meski sebenarnya perut bagian bawahnya telah terasa sedikit sakit dan mulai tidak nyam
"Tolong kembalikan anakku! Jangan ambil anakku!" teriak Nada dalam tangisnya.Napasnya hampir hilang karena tangisnya semakin rapat. Nada terisak hingga tersedu-sedu. Seluruh tubuhnya terguncang seiring dengan tangis histeris dan teriaknya. Separuh nyawanya hilang merasakan sesak luar biasa. Nada terus meminta anaknya dikembalikan."Jangan ambil anakku! Tolong lepaskan!"Semakin dia berteriak dan memohon, rasanya semakin jauh wanita itu membawa anaknya pergi. Bahkan saat ingin mengejar dan menggapainya, wanita itu semakin samar dan akhirnya tidak terlihat. Dia lenyap begitu saja membawa anaknya."Jangan! Kembalikan anakku!" teriak Nada menangis histeris.Mendengar tangis dan teriakan Nada, Ethan yang saat ini sedang berada di dalam kamar mandi membasuh wajah untuk menghilangkan rasa kantuk, langsung berlari ke luar dan mendekati istrinya. Dilihatnya Nada bangkit dari baringnya dengan hentakan cepat seperti orang kaget."Sayang, jangan!" Ethan segera menahan tangan Nada ketika istriny
"Apa wanita itu mengatakan begitu padamu?" Ethan balik bertanya sebelum menjawab. Dia harus tau apa yang dikatakan wanita itu pada istrinya sebelum memberi penjelasan.Nada tersenyum getir, lalu memalingkan wajah menghindari tatapan Ethan. Ada rasa sakit dalam hatinya. Dia merasa telah dibohongi oleh suaminya sendiri. Air matanya kembali mengalir. Cepat-cepat Nada menyeka dan menguatkan hati."Sayang, jangan percaya pada wanita itu!"Ethan meraih tangan Nada, namun dengan cepat Nada menepisnya. Rasa sakit yang dirasa belum bisa membuat Nada tenang. Ingin dia percaya pada suaminya, tapi rasa sakit itu teramat sakit. Bahkan hampir kehilangan bayinya.Ethan bangkit dari duduk, mendekati Nada dan duduk di sampingnya. Karena Nada kembali menghindar, dia pun segera memeluk dari belakang mengunci tubuh Nada."Kamu boleh marah padaku, tapi jangan banyak bergerak terlebih dahulu!"Ethan meletakkan dagunya di atas pundak Nada, memohon."Dokter memintamu bed rest," ucapnya lagi."Bila bayi ini
"Aku bosan," keluh Nada.Sudah tiga hari ini Nada dirawat di rumah sakit karena kondisi kandungannya masih belum pulih seutuhnya dan masih membutuhkan bed rest. Terbiasa bekerja dan aktif, Nada merasa bosan bila harus duduk manis. Apalagi kalau hanya tidur dan rebahan sepanjang hari, dia merasa sangat amat bosan.Sebenarnya dokter sudah menyampaikan pada Ethan bila Nada sudah diperbolehkan pulang asal di rumah dia tetap bed rest, tapi Ethan tidak mengijinkan dokter itu mengatakan pada istrinya dan meminta untuk tetap merawat Nada di rumah sakit sampai kondisi kandungan Nada benar-benar pulih.Ethan meraih tangannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, semua ini dilakukan demi kebaikan Nada dan calon baby mereka,"Semua demi kebaikanmu dan baby kita, Sayang. Bersabarlah untuk dua hari lagi! Aku janji, nanti setelah semuanya baik, aku akan bawa kalian jalan-jalan," ucap Ethan menghibur Nada."Tapi aku bosan. Bokongku rasanya panas dan mungkin sudah berakar," sahutnya dengan wajah ce