"Aku bosan," keluh Nada.Sudah tiga hari ini Nada dirawat di rumah sakit karena kondisi kandungannya masih belum pulih seutuhnya dan masih membutuhkan bed rest. Terbiasa bekerja dan aktif, Nada merasa bosan bila harus duduk manis. Apalagi kalau hanya tidur dan rebahan sepanjang hari, dia merasa sangat amat bosan.Sebenarnya dokter sudah menyampaikan pada Ethan bila Nada sudah diperbolehkan pulang asal di rumah dia tetap bed rest, tapi Ethan tidak mengijinkan dokter itu mengatakan pada istrinya dan meminta untuk tetap merawat Nada di rumah sakit sampai kondisi kandungan Nada benar-benar pulih.Ethan meraih tangannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, semua ini dilakukan demi kebaikan Nada dan calon baby mereka,"Semua demi kebaikanmu dan baby kita, Sayang. Bersabarlah untuk dua hari lagi! Aku janji, nanti setelah semuanya baik, aku akan bawa kalian jalan-jalan," ucap Ethan menghibur Nada."Tapi aku bosan. Bokongku rasanya panas dan mungkin sudah berakar," sahutnya dengan wajah ce
"Erina, kamu yakin ini rumah mereka? Kenapa sepi sekali? Kecil lagi," ucap Syahna.Dia tidak percaya Ethan tinggal di rumah yang kecil selama ini. Rasanya tidak mungkin anak tirinya itu tinggal di sana. Dia pikir rumah yang ditinggali Ethan dan Nada besar atau paling tidak sama dengan rumah Michael."Ma, memangnya Mama belum pernah ke sini?" Erina melihat aneh tingkah mamanya."Entahlah. Kalau pun sudah pernah, mama juga tidak akan mengingatnya," jawab Syahna sembari mengedarkan mata melihat sekitar."Mama jangan lihat luarnya saja! Meski kecil, tapi tatanan di dalamnya cukup rapi. Istri kak Ethan itu cukup rajin," ucap Erina. Meski dia tidak menyukai Nada, namun Erina memuji dan merasa kagum dengan penataan dan kebersihan rumah mereka.Erina kembali menekan bel rumah Nada. Entah sudah berapa kali melakukannya, namun sampai detik ini tidak ada jawaban alias tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah."Mungkin mereka tidak ada di rumah," ucap Syahna sudah mulai merasa tidak nyaman
"Ethan!"Saat bangun dan membuka mata, Nada tidak melihat Ethan di sampingnya. Matanya beredar mencari keberadaan Ethan, tapi tidak menemukan. Kamar besar itu tampak kosong. Nada merasa kecil berada di tengah kamar yang besar dengan beberapa perabot dan juga benda-benda lainnya yang tampak sangat mewah dan berseni."Aku tidak sedang bermimpi, bukan?" gumamnya lirih bertanya pada diri sendiri.Nada kembali mengedarkan mata memperhatikan setiap sudut kamar itu. Karena tidak menemukan Ethan dan juga sudah menjelajah isi kamar, Nada memutuskan untuk keluar dari kamar. Meski sudah sehari hari ini menempati rumah dan kamar itu, tapi saat melihat kembali, ada rasa kagum dan terpukau atas rumah mereka."Ethan!" panggilnya lagi. Dia pikir Ethan ada di salah satu ruang.Tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk menuruni anak tangga dan mencari."Nyonya!" Seseorang memanggil namanya dengan nada dan suara cemas.Nada yang telah berada di tengah anak tangga segera menoleh ke arah sumber suara. Se
"Ethan, apa yang kamu lakukan di sini?"Tubuh Ethan hampir melonjak kaget ketika seseorang menyapanya dari belakang sembari menepuk punggungnya. Ethan sedang serius dan fokus memperhatikan seorang wanita yang duduk di kursi di taman kota, sedangkan dia sendiri berada di bawah pohon dan bersembunyi. Karena sapaan ini, Ethan pun langsung bangkit dari duduknya."Danica?" Ethan mengedarkan pandangnya ke sekitar, termasuk ke arah wanita yang masih duduk dengan santai dan tenang, juga ke arah di mana Vidor berada. Ada rasa gugup ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Tepatnya, ketika persembunyiannya diketahui oleh Danica.Melihat Ethan gelisah dan gugup, Danica pun mengedarkan pandangnya seperti arah pandang Ethan. Kedua mata menyipit dengan ujung alis hampir menyatu. Danica mengernyitkan dahi melihat sikap gugup Ethan."Ethan, ada apa?" tanya Danica merasa bingung karena sikap Ethan yang mencurigakan dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan dipergoki olehnya.Namanya juga Ethan. M
"Apa istriku masih tidur?" tanya Ethan sembari melangkah ke luar mobil menuju rumahnya."Sudah bangun, Tuan.""Apa dia mencariku?" tanyanya lagi sembari sibuk melepaskan kancing lengan pada kemejanya."Iya, nyonya mencari Anda saat bangun tidur."Ethan menghentikan langkahnya, juga menghentikan gerakan tangannya. Matanya menyorot lekat Serly."Apa kamu memberitahu ke mana aku pergi?""Tidak, Tuan. Mana saya berani," jawab Serly."Aku tidak mau istriku khawatir," ucap Ethan.Serly mengangguk setuju.Ethan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah kembali kakinya berhenti dan berputar menghadap Serly."Sekarang istriku di mana?" "Nyonya ada di taman belakang, Tuan.""Aku akan membersihkan diri dulu, baru menemuinya," ucap Ethan kembali melanjutkan langkah.Dia langsung menuju kamar untuk mandi sebelum menemui Nada. Ethan tidak mau membawa debu dan keringat dari luar yang akan membuat Nada tidak nyaman. Karena bagaimanapun, dia baru saja menunggu lama di taman. Jelas
"Entahlah, aku merasa tidak yakin," jawab Nada ragu.Ethan menggeser duduknya dan membuatnya lebih nyaman. Semua itu bukan tanpa maksud. Dia pikir dengan duduk berhadapan dan saling memandang dengan jarak yang dekat, Nada bisa lebih tenang dan berani mengungkap kecurigaannya."Sayang, ada yang ingin kamu katakan?" tanyanya.Dia yakin Nada memiliki rahasia yang ditutupi. Meski begitu, Ethan tidak akan memaksa bila istrinya tidak mau mengatakannya. Namun, tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia akan melakukan segala cara untuk mengetahuinya."Apa Erina mengenal wanita itu?" Bola mata Nada bergerak-gerak menjelajah kedua manik mata Ethan.Dia sebenarnya ragu bertanya seperti itu, apalagi membawa nama Erina. Meski dia tau Ethan tidak terlalu menyukai Erina, tapi gadis itu masih termasuk kerabat alias keluarganya. Nada masih memiliki rasa tidak enak karena sama saja apa yang dia pikirkan adalah sebuah kecurigaan dan bisa saja Ethan menganggapnya menuduh.Ethan terdiam sejenak seolah sedan
Merayu Nada untuk menghentikan tangis dan tidak ngambek lagi ternyata lebih sulit dibanding menaklukkan klien perusahaan agar mau menyetujui kontrak kerja sama. Memenangkan hati ibu hamil lebih sulit dibanding memenangkan tender proyek besar.Ethan harus mengeluarkan segala jurus rayuannya. Bahkan rayuan yang biasa dia pakai dan berhasil, kini tidak berlaku. Sampai akhirnya Ethan tidak bisa menahan air mata menutupi rasa bersalah dan kesedihannya, hingga akhirnya berhasil membuat Nada mengangkat wajah dan memeluknya."Sayang, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulang lagi," ucap Ethan ketika Nada memeluknya.Tangis Nada masih terdengar, meski sudah mulai berkurang dan kini hanya tinggal sisa-sisa saja."Kenapa harus diganti? Bagaimana kalau klien menghubungi aku? Mereka pasti berpikir aku tidak bertanggung jawab," ucap Nada dengan isak. "Lagi pula aku bosan kalau di rumah tidak melakukan apa-apa," sambungnya. Akhirnya Nada mengungkap alasan yang lain kenapa dia menangis dan marah.E
"Sayang, lihat apa yang aku bawa untukmu!" Ethan berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar karena bahagia dan membawa seuatu di tangannya. Pria tampan itu terus berjalan dengan semangat menghampiri istrinya yang juga berjalan ke arahnya sembari tersenyum menyambut kedatangannya."Eits! Kenapa buru-buru?" Ethan menarik tangannya menghindari saat Nada sangat antusias ingin mengambil benda itu darinya."Ethan!" Wajah Nada cemberut melakukan protes. Kedua tangannya langsung terlipat di depan dada."Kiss dulu, dong!" Ethan sedikit membungkukkan punggung dan mendekatkan wajah pada Nada meminta hadiah.Bola mata Nada melirik ke arah wajah tampan yang sudah sangat dekat dengannya. Sesaat kemudian bibirnya yang mengerucut karena ngambek, berlahan mengembang dan tersenyum manis.Cup.Satu kecupan kilat mendarat pada satu pipi Ethan."Mana?" Nada langsung menengadahkan tangan meminta."Sayang, belum cukup. Kenapa hanya satu sisi saja? Bagiamana kalau sisi yang lain cemburu?" Rupanya
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber