Merayu Nada untuk menghentikan tangis dan tidak ngambek lagi ternyata lebih sulit dibanding menaklukkan klien perusahaan agar mau menyetujui kontrak kerja sama. Memenangkan hati ibu hamil lebih sulit dibanding memenangkan tender proyek besar.Ethan harus mengeluarkan segala jurus rayuannya. Bahkan rayuan yang biasa dia pakai dan berhasil, kini tidak berlaku. Sampai akhirnya Ethan tidak bisa menahan air mata menutupi rasa bersalah dan kesedihannya, hingga akhirnya berhasil membuat Nada mengangkat wajah dan memeluknya."Sayang, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulang lagi," ucap Ethan ketika Nada memeluknya.Tangis Nada masih terdengar, meski sudah mulai berkurang dan kini hanya tinggal sisa-sisa saja."Kenapa harus diganti? Bagaimana kalau klien menghubungi aku? Mereka pasti berpikir aku tidak bertanggung jawab," ucap Nada dengan isak. "Lagi pula aku bosan kalau di rumah tidak melakukan apa-apa," sambungnya. Akhirnya Nada mengungkap alasan yang lain kenapa dia menangis dan marah.E
"Sayang, lihat apa yang aku bawa untukmu!" Ethan berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar karena bahagia dan membawa seuatu di tangannya. Pria tampan itu terus berjalan dengan semangat menghampiri istrinya yang juga berjalan ke arahnya sembari tersenyum menyambut kedatangannya."Eits! Kenapa buru-buru?" Ethan menarik tangannya menghindari saat Nada sangat antusias ingin mengambil benda itu darinya."Ethan!" Wajah Nada cemberut melakukan protes. Kedua tangannya langsung terlipat di depan dada."Kiss dulu, dong!" Ethan sedikit membungkukkan punggung dan mendekatkan wajah pada Nada meminta hadiah.Bola mata Nada melirik ke arah wajah tampan yang sudah sangat dekat dengannya. Sesaat kemudian bibirnya yang mengerucut karena ngambek, berlahan mengembang dan tersenyum manis.Cup.Satu kecupan kilat mendarat pada satu pipi Ethan."Mana?" Nada langsung menengadahkan tangan meminta."Sayang, belum cukup. Kenapa hanya satu sisi saja? Bagiamana kalau sisi yang lain cemburu?" Rupanya
"Nyonya, tuan Ethan meminta Anda tetap menunggu di sini." Serly melarang dan menahan Nada ketika Nada hendak keluar dari ruang tempatnya menunggu Ethan."Tapi, Serly. Aku harus menolong ibu itu."Nada menunjukkan rasa iba dan belas kasihan pada seorang ibu yang menangis karena diusir oleh satpam bandara dengan alasan di area bandara tidak boleh ada pengemis. Namun, di antara sekian banyak pengunjung bandara seolah menutup mata dan sama sekali tidak ada yang mau membantu."Tidak, Nyonya. Anda tidak boleh pergi dari tempat ini sebelum tuan Ethan tiba!"Serly melarang bukan karena tanpa alasan. Selain Ethan melarangnya dan demi keselamatan Nada, keberadaan ibu itu juga di luar bandara. Butuh keluar dari bandara untuk menolongnya, sedangkan Nada berada di dalam gedung dengan dinding kaca sehingga mereka bisa melihat lingkungan luar.Sebenarnya tadinya Ethan ada bersama mereka karena hari ini rencananya mereka akan pergi liburan setelah mendapat ijin dari dokter kandungan yang memeriksa ko
"Tuan, kenapa kita ke sini? Bukankah seharusnya ke hotel-""Karena di sana tidak aman," jawab Ethan sedikit cuek sembari berlalu membawa Nada masuk ke dalam kamar hotel."Tapi, Tuan?"Ethan menghentikan langkah, lalu berputar balik dan menatap dingin."Vidor sudah mengurusnya. Kalau kamu mau, kamu bisa menggunakan hotel itu untuk tinggal!" jawab Ethan lagi sembari terus berjalan."Ethan."Nada menyentuh lengan Ethan saat melihat suaminya memberi nada berbeda pada Serly. Tidak pernah dia mendengar dan melihat Ethan seperti itu pada Serly, tapi hari ini Ethan berbicara sedikit keras pada pengawalnya itu. Meski bingung dan tidak paham, tapi dia tidak ingin bertanya saat itu. Nada yakin ada alasan di balik ucapan tegas suaminya.Ethan membalas dengan senyum dan tepukan lembut pada punggung tangan Nada yang melingkar pada lengannya. Dia khilaf, tapi tidak bisa menahan amarah dan rasa kesal setelah apa yang terjadi yang mengancam keselamatan istrinya."Tidak, Tuan. Saya akan setia menemani
Sepertinya perjalanan telah membuat Nada lelah. Meski jarak tidak terlalu jauh dan penerbangan tidak terlalu lama dan hanya membutuhkan tidak lebih dari satu jam, setelah membicarakan masalah Serly, Nada tertidur di atas pangkuan Ethan. Seperti anak kecil sedang terlelap di pangkuan sang ayah, Nada memeluk Ethan untuk bermimpi indah."Sungguh menggemaskan," lirih Ethan menatap wajah Nada.Perlahan bangkit dari duduknya agar tidak menimbulkan gerakan yang jelas agar Nada tidak terbangun, Ethan membawa istrinya masuk ke dalam kamar membaringkan dengan sangat hati-hati dan pelan. Bahkan napas pun terpaksa ditahan agar saat tubuh Nada terbaring, tidak terbangun karena kaget."Peluk!" Entah mengigau atau memang tersadar bila Ethan menjauh dari tubuhnya, Nada merentangkan kedua tangan dengan mata masih terpejam.Ethan memang tidak bermaksud meninggalkannya, hanya ingin berbaring di sampingnya. Mendengar permintaan istrinya, tentu saja dengan senang hati langsung menuruti dan memeluk hangat
"Tuan, saya tidak paham kota ini. Mana mungkin saya tau tempat sarapan yang sesuai dengan selera Anda dan nyonya. Aku rasa Vidor lebih paham," jawab Serly membagi pandang pada Ethan dan Nada.Nada tersenyum mendengar jawaban Serly. "Sayang, yang dikatakan Serly benar," ucap Nada melihat Ethan.Ethan membalas tatapan Nada dan berpikir sejenak, lalu kembali mengalihkan pandang pada Serly."Kalau begitu, segera diskusikan karena aku tidak mau istriku kelaparan!" perintah Ethan."Baik, Tuan." Serly sedikit membungkuk, lalu kembali melangkah pergi."Serly!" Nada kembali menghentikan langkahnya. "Tolong pesankan juga rujak petis!" mintanya."Baik, Nyonya."Ethan sedikit tidak setuju mendengar permintaan istrinya. Setelah Serly pergi dan pintu kembali tertutup rapat, dia pun membawa Nada saling berhadapan."Lain kali jangan pernah pergi tanpa aku!" Nada tertawa kecil melihat kekhawatiran Ethan. Kedua tangan mendekap lembut wajah Ethan dengan tatapan lembut pula."Aku tidak tega membangunka
“Serly, aku butuh bantuanmu untuk mengawasi beberapa pekerjaan. Mungkin lebih baik kamu kembali! Vidor sudah membelikan tiket untukmu,” ucap Ethan.“Ethan?” Nada terkejut mendengar perkataan suaminya, mengusir Serly setelah mereka duduk santai sejenak sehabis sarapan.Bukan hanya Nada yang terkejut, Serly pun turut terkejut dan kaget. Hanya saja dia tidak membantah atau melakukan protes. Perintah Ethan wajib dilaksanakan, apalagi Ethan memintanya kembali setelah menjelaskan pekerjaan apa yang harus dia lakukan dan menurutnya itu wajar.“Sayang, untuk apa kamu minta gelang seperti itu? Buang saja! Aku akan membelikanmu gelang yang lebih bagus dan bernilai,” ucap Ethan serasa tidak suka Nada menggunakan gelang benang karena menurutny itu gelang murahan.Setelah selesai sarapan dan meminta Serly kembali ke kota dengan alasan ada pekerjaan yang harus dia kerjakan, Ethan meminta Nada melepaskan dan membuang gelang itu.“Ethan, apa-apain sih? Ini, nih bagus.” Nada kesal saat Ethan berusaha
"Vidor, kamu lihat istriku?" Ethan mengedarkan pandang mencari Nada."Bukankah tadi bersamamu? Aku tidak melihatnya." Vidor pun akhirnya mengikuti jejak Ethan mengedarkan pandangnya juga."Ya. Tadi bersamaku, tapi dia pamit ke kamar mandi," jawabnya cemas."Sudah mencarinya ke kamar mandi?" Vidor pun turut cemas."Sudah, tapi setiap aku tanya orang yang baru keluar dari kamar mandi, mereka tidak melihatnya." Ethan semakin cemas."Sudah memeriksanya ke setiap pintu?" "Aku sudah melakukannya, Vidor. Bahkan sampai dicaci dan dimaki," jawab Ethan kesal.Malam ini dia membawa Nada makan malam di restauran di pinggir pantai. Dia pikir sudah mengirim Serly kembali dan memanipulasi kepergiannya ke Raja Ampat, makanya akan aman. Karena ingin menikmati waktu berdua sembari menikmati angin malam pantai, Vidor sengaja tidak gabung bersama mereka. Asistennya itu baru datang juga karena telah memiliki janji dengan temannya yang tinggal di kota itu.Nada berpamitan untuk ke kamar mandi. Awalnya Eth
"Aku-"Anak itu kembali ketakutan setelah melihat Ethan sejenak. Perlahan kakinya melangkah mundur menjauhi Ethan dan kembali wajahnya tertunduk dalam. Kedua tangannya saling meremas di depan perut."Huh ... aku pikir pria kecil ini pemberani dan bertanggung jawab. Ternyata nyalinya ciut juga," ucap Ethan dengan tawa kecil meledek, tapi sesungguhnya bercanda menggoda.Dia memang sempat marah karena anak itu hampir membahayakan istri dan anak dalam kandungan Nada. Hanya saja setelah melihat Nada memperlakukan dengan manis dan lembut, bahkan memaafkannya dengan mudah, kemarahan itu berangsur surut dan menghilang. Terlebih saat melihat wajah manis dan kata maaf yang diucapkan.Ethan merasa meski umur anak itu masih kanak-kanak, tapi dia telah belajar bertanggung jawab. Dengan kembali mendekati Nada dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf, menunjukkan etika yang baik. Dia terharu oleh sikap berani anak kecil itu.Mendengar tawa kecil Ethan, perlahan anak itu mem
Tujuh bulan lewat usia kehamilan Nada."Ethan, kenapa jalannya lambat banget?" Sejak berangkat dari rumah sakit tiga puluh menit lalu, Nada merasa jarak yang mereka tempuh masih sangat dekat. Bahkan sebagian besar kendaraan dan bisa dikatakan semua kendaraan yang tadinya melaju di belakang mereka telah mendahului. Mungkin juga mereka telah sampai di tempat tujuan dan sudah melakukan pekerjaan.Ethan tersenyum menanggapi protes istrinya sembari memberi lirikan teduh."Ethan, cepatlah sedikit! Mau sampai kantor jam berapa kalau kamu bawa mobilnya kayak siput begini?" Nada mulai sedikit kesal."Sayang, aku sedang membawa wanita hamil. Mana boleh melajukan kendaraan cepat-cepat? Itu sangat berbahaya," ucap Ethan sembari condong ke arah Nada. "Kamu ingat kata dokter tadi? Kehamilanmu mulai besar, kamu harus hati-hati dalam bergerak. Tidak boleh melakukan gerakan secara berlebihan," sambungnya. Ethan mengingatkan Nada pesan dokter pada mereka.Siang ini mereka bar
"Apa aku sekejam itu?" Tiba-tiba Ethan mendorong pintu dan berjalan mendekati mereka.Tatapan dan wajahnya dingin penuh rasa kecewa atas perkataan Nada yang dia dengar dari balik pintu. Bahkan langkahnya tegas seperti langkah dewa perang siap menebas musuh yang menghadang, meski sebenarnya Ethan berjalan normal. Bahkan terbilang lebih lambat dari biasanya."Ethan?" Mata Nada membulat sempurna.Nada dan Serly terkejut setengah mati melihat kedatangan Ethan. Namun, rasa terkejut Serly tidak sebanding dengan rasa terkejut yang dialami Nada. Bukan hanya kedatangan Ethan saja yang membuatnya hampir shock, tapi juga kata-kata yang diucapkan suaminya, serta cara Ethan melihatnya membuat hati Nada bergetar. Namun, seluruh tubuhnya dingin dan membeku.Bahkan, angin yang terbentur oleh tubuh Ethan terasa mencekam baginya. Hingga saat Ethan menghentikan langkah dan berdiri tegak di hadapan dengan sorot mata lekat nan tajam yang sulit diartikan sebagai tatapan cinta, Nada masih membeku membalas
Semakin hari Ethan merasa istrinya semakin terlihat aneh dan berbeda, seolah istrinya itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Entah ini hanya pemikiran dan dugaannya saja atau memang ada yang disembunyikan oleh Nada darinya? Yang pasti, Ethan merasa kebiasaan istrinya sedikit berbeda dari biasanya."Sayang," panggil Ethan.Sembari menyebut nama Nada, Ethan meraba-raba tempat tidur di sampingnya di mana Nada tidur bersamanya. Tidak ada. Tempat tidur di sampingnya kembali kosong ketika matanya terbuka di pagi hari. Hal seperti ini sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa hari ini.Ethan mengarahkan pandangnya pada pintu kamar mandi dan memasang telinga. Sama seperti pagi biasanya, suara gemericik air terdengar cukup berisik. Bisa dipastikan beberapa saat lagi Nada pasti akan keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Nada sembari mengusap wajah menggunakan handuk kecil.Seperti perkiraan Ethan, dalam hitungan menit pintu kamar mandi
"Sayang, ayo bangun ganti baju dulu!" Ethan menarik tangan Nada memintanya bangun setelah membantu istrinya melepaskan high heels."Tidak mau, Ethan. Aku ngantuk banget. Aku mau langsung tidur saja," tolak Nada melepaskan tangan Ethan dan kembali memeluk guling."Sayang, kamu tidak akan tidur nyenyak menggunakan pakaian ini. Lagi pula kamu belum cuci muka." Ethan terus membujuk agar istrinya mau bangun sebentar berganti pakaian dan mencuci wajah untuk menghilangkan riasan sisa pesta. Sayangnya, tidak berhasil. Rasa kantuk telah menguasai istrinya. Selain malam memang telah larut, kemungkinan besar Nada juga lelah meladeni tamu dan teman-temannya saat pesta karena bagaimanapun malam ini mereka adalah bintang party.Tidak berhasil membujuk juga tidak mau mengganggu tidur lelap istrinya, akhirnya Ethan memutuskan membantu mengganti pakaian Nada. Meski sedikit kesusahan, tapi akhirnya berhasil menukar gaun Nada dengan pakaian tidur."Akhirnya," desahnya lega melihat istrinya telah menggu
"Ethan, sebenarnya kita mau ke mana?" Nada bingung. Sepulang kerja, Ethan menyuruhnya segera mandi dan berdandan. Dia juga memberikan gaun dan high heels baru yang senada. Katanya sih ada undangan makan malam dari kolega, tapi gelagat yang diberikan suaminya itu cukup membuatnya curiga."Makan malam, Sayang." Jawaban ini yang selalu diberikan Ethan setiap kali Nada bertanya."Hanya makan malam, kenapa harus dandan cantik dan menggunakan gaun semewah ini?" gumamnya setengah menggerutu.Ethan tersenyum mendengar protes istrinya, terlebih melihat wajah cemberut dan kesal Nada yang disembunyikan. Dengan lembut meraih tangan Nada, lalu memberikan satu kecupan pada punggung tangan yang memiliki aroma wangi dari lotion yang dipakainya."Istriku memang harus selalu terlihat cantik," goda Ethan.Nada tersenyum memberi mencibir pada ucapan Ethan."Bagaimana kalau kolegamu tertarik pada kecantikanku, lalu jatuh cinta dan ingin memiliki aku? Apa kamu rela?" Kini giliran Nada yang menggoda.Senyu
"Ethan, biarkan aku masak untuk kita!" "Tidak boleh!" larang Ethan tegas. "Kamu baru pulang dari rumah sakit. Biarkan bibi saja yang membuat sarapan untuk kita. Kamu istirahat bersamaku saja di sini!" sambungnya."Tapi?" Nada menatapnya lekat, namun sedikit terselip keraguan dan menunjukkan bila dia sedang memikirkan sesuatu.Ada sorot sedih dalam matanya. Bukan sedih karena tidak diperbolehkan membuat sarapan, tapi sedih karena sejak Ethan kembali, suaminya itu langsung menemaninya di rumah sakit. Dia tau dan memahami rasa lelah dan capek yang Ethan rasakan, makanya setelah diperbolehkan pulang kemarin sore dan istirahat malam hari, pagi ini dia ingin membuat sarapan spesial."Sayang." Ethan meraih tangan Nada dan membawanya kembali berbaring dalam dekapan. "Aku belum lapar, aku hanya ingin bersamamu," sambungnya menghibur sembari mengeratkan pelukan dan semakin dalam membawa tubuh Nada masuk ke dalam selimut kehangatan.Sebenarnya Nada ingin kembali mencari alasan agar Ethan mau me
"Sayang, ada apa?" Ethan bingung dan khawatir ketika melihat Nada melepaskan pelukannya dan kembali bangun dari baringnya, lalu duduk menatap lekat. Dia pun turut bangun dan duduk berhadapan. Sekali lagi manik matanya menyelidik keanehan pada cara pandang Nada padanya."Sayang, ada apa?" Sekali lagi Ethan melontarkan pertanyaan yang sama.Seperti bumi bergerak sangat lambat, begitulah kedua tangan Nada bergerak sangat lambat mendekati wajah Ethan, lalu mendekapnya. Sorot matanya masih sama, tidak berubah sama sekali. Tatapan lekat seolah mencari sesuatu kepastian. Dalam manik mata yang kembali mulai berembun dan berkaca-kaca terlihat dengan jelas Nada sedang memastikan pria di hadapannya benar-benar Ethan, suaminya."Ethan, aku tidak sedang bermimpi, bukan? Ini sungguh kamu, bukan rohmu?" Pertanyaan Nada mampu membuat Ethan tercengang dan kaget, namun menggelitik. Dalam kepalanya tidak habis pikir bila Nada memiliki pikiran konyol seperti itu. Hanya saja, semua yang ditanyakan dan d
"Ethan!" Nada menangis histeris dan terus memanggil nama Ethan.Dengan kedua tangan menutup sebagian wajah dan terus menyaksikan berita tentang kecelakaan pesawat yang diketahui membawa suaminya pulang, tangis Nada semakin miris dan menyedihkan. Dunianya seketika menjadi gelap gulita ketika pembawa berita mengatakan pesawat itu mengalami ledakan di atas udara, di atas pegunungan dan diperkirakan tidak ada penumpang yang selamat. "Nyonya!" Mendengar teriakan Nada disertai tangis histeris, Serly langsung berlari menuju kamar Nada. Pintu kamar yang tertutup membuatnya sedikit ragu, namun teriak dan tangis Nada membuatnya langsung mendorong pintu dan menerobos masuk."Nyonya!" Serly terkejut ketika melihat Nada menangis histeris sembari bersimpuh di atas lantai dingin. Serly langsung berlari mendekat dan berjongkok di depan Nada. "Nyonya, ada apa?" tanyanya cemas.Tanpa menjawab dan terus menangis, Nada menunjuk televisi agar Serly melihat.Serly menoleh. Dia pun terkejut setelah beber