"Entahlah, aku merasa tidak yakin," jawab Nada ragu.Ethan menggeser duduknya dan membuatnya lebih nyaman. Semua itu bukan tanpa maksud. Dia pikir dengan duduk berhadapan dan saling memandang dengan jarak yang dekat, Nada bisa lebih tenang dan berani mengungkap kecurigaannya."Sayang, ada yang ingin kamu katakan?" tanyanya.Dia yakin Nada memiliki rahasia yang ditutupi. Meski begitu, Ethan tidak akan memaksa bila istrinya tidak mau mengatakannya. Namun, tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia akan melakukan segala cara untuk mengetahuinya."Apa Erina mengenal wanita itu?" Bola mata Nada bergerak-gerak menjelajah kedua manik mata Ethan.Dia sebenarnya ragu bertanya seperti itu, apalagi membawa nama Erina. Meski dia tau Ethan tidak terlalu menyukai Erina, tapi gadis itu masih termasuk kerabat alias keluarganya. Nada masih memiliki rasa tidak enak karena sama saja apa yang dia pikirkan adalah sebuah kecurigaan dan bisa saja Ethan menganggapnya menuduh.Ethan terdiam sejenak seolah sedan
Merayu Nada untuk menghentikan tangis dan tidak ngambek lagi ternyata lebih sulit dibanding menaklukkan klien perusahaan agar mau menyetujui kontrak kerja sama. Memenangkan hati ibu hamil lebih sulit dibanding memenangkan tender proyek besar.Ethan harus mengeluarkan segala jurus rayuannya. Bahkan rayuan yang biasa dia pakai dan berhasil, kini tidak berlaku. Sampai akhirnya Ethan tidak bisa menahan air mata menutupi rasa bersalah dan kesedihannya, hingga akhirnya berhasil membuat Nada mengangkat wajah dan memeluknya."Sayang, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulang lagi," ucap Ethan ketika Nada memeluknya.Tangis Nada masih terdengar, meski sudah mulai berkurang dan kini hanya tinggal sisa-sisa saja."Kenapa harus diganti? Bagaimana kalau klien menghubungi aku? Mereka pasti berpikir aku tidak bertanggung jawab," ucap Nada dengan isak. "Lagi pula aku bosan kalau di rumah tidak melakukan apa-apa," sambungnya. Akhirnya Nada mengungkap alasan yang lain kenapa dia menangis dan marah.E
"Sayang, lihat apa yang aku bawa untukmu!" Ethan berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar karena bahagia dan membawa seuatu di tangannya. Pria tampan itu terus berjalan dengan semangat menghampiri istrinya yang juga berjalan ke arahnya sembari tersenyum menyambut kedatangannya."Eits! Kenapa buru-buru?" Ethan menarik tangannya menghindari saat Nada sangat antusias ingin mengambil benda itu darinya."Ethan!" Wajah Nada cemberut melakukan protes. Kedua tangannya langsung terlipat di depan dada."Kiss dulu, dong!" Ethan sedikit membungkukkan punggung dan mendekatkan wajah pada Nada meminta hadiah.Bola mata Nada melirik ke arah wajah tampan yang sudah sangat dekat dengannya. Sesaat kemudian bibirnya yang mengerucut karena ngambek, berlahan mengembang dan tersenyum manis.Cup.Satu kecupan kilat mendarat pada satu pipi Ethan."Mana?" Nada langsung menengadahkan tangan meminta."Sayang, belum cukup. Kenapa hanya satu sisi saja? Bagiamana kalau sisi yang lain cemburu?" Rupanya
"Nyonya, tuan Ethan meminta Anda tetap menunggu di sini." Serly melarang dan menahan Nada ketika Nada hendak keluar dari ruang tempatnya menunggu Ethan."Tapi, Serly. Aku harus menolong ibu itu."Nada menunjukkan rasa iba dan belas kasihan pada seorang ibu yang menangis karena diusir oleh satpam bandara dengan alasan di area bandara tidak boleh ada pengemis. Namun, di antara sekian banyak pengunjung bandara seolah menutup mata dan sama sekali tidak ada yang mau membantu."Tidak, Nyonya. Anda tidak boleh pergi dari tempat ini sebelum tuan Ethan tiba!"Serly melarang bukan karena tanpa alasan. Selain Ethan melarangnya dan demi keselamatan Nada, keberadaan ibu itu juga di luar bandara. Butuh keluar dari bandara untuk menolongnya, sedangkan Nada berada di dalam gedung dengan dinding kaca sehingga mereka bisa melihat lingkungan luar.Sebenarnya tadinya Ethan ada bersama mereka karena hari ini rencananya mereka akan pergi liburan setelah mendapat ijin dari dokter kandungan yang memeriksa ko
"Tuan, kenapa kita ke sini? Bukankah seharusnya ke hotel-""Karena di sana tidak aman," jawab Ethan sedikit cuek sembari berlalu membawa Nada masuk ke dalam kamar hotel."Tapi, Tuan?"Ethan menghentikan langkah, lalu berputar balik dan menatap dingin."Vidor sudah mengurusnya. Kalau kamu mau, kamu bisa menggunakan hotel itu untuk tinggal!" jawab Ethan lagi sembari terus berjalan."Ethan."Nada menyentuh lengan Ethan saat melihat suaminya memberi nada berbeda pada Serly. Tidak pernah dia mendengar dan melihat Ethan seperti itu pada Serly, tapi hari ini Ethan berbicara sedikit keras pada pengawalnya itu. Meski bingung dan tidak paham, tapi dia tidak ingin bertanya saat itu. Nada yakin ada alasan di balik ucapan tegas suaminya.Ethan membalas dengan senyum dan tepukan lembut pada punggung tangan Nada yang melingkar pada lengannya. Dia khilaf, tapi tidak bisa menahan amarah dan rasa kesal setelah apa yang terjadi yang mengancam keselamatan istrinya."Tidak, Tuan. Saya akan setia menemani
Sepertinya perjalanan telah membuat Nada lelah. Meski jarak tidak terlalu jauh dan penerbangan tidak terlalu lama dan hanya membutuhkan tidak lebih dari satu jam, setelah membicarakan masalah Serly, Nada tertidur di atas pangkuan Ethan. Seperti anak kecil sedang terlelap di pangkuan sang ayah, Nada memeluk Ethan untuk bermimpi indah."Sungguh menggemaskan," lirih Ethan menatap wajah Nada.Perlahan bangkit dari duduknya agar tidak menimbulkan gerakan yang jelas agar Nada tidak terbangun, Ethan membawa istrinya masuk ke dalam kamar membaringkan dengan sangat hati-hati dan pelan. Bahkan napas pun terpaksa ditahan agar saat tubuh Nada terbaring, tidak terbangun karena kaget."Peluk!" Entah mengigau atau memang tersadar bila Ethan menjauh dari tubuhnya, Nada merentangkan kedua tangan dengan mata masih terpejam.Ethan memang tidak bermaksud meninggalkannya, hanya ingin berbaring di sampingnya. Mendengar permintaan istrinya, tentu saja dengan senang hati langsung menuruti dan memeluk hangat
"Tuan, saya tidak paham kota ini. Mana mungkin saya tau tempat sarapan yang sesuai dengan selera Anda dan nyonya. Aku rasa Vidor lebih paham," jawab Serly membagi pandang pada Ethan dan Nada.Nada tersenyum mendengar jawaban Serly. "Sayang, yang dikatakan Serly benar," ucap Nada melihat Ethan.Ethan membalas tatapan Nada dan berpikir sejenak, lalu kembali mengalihkan pandang pada Serly."Kalau begitu, segera diskusikan karena aku tidak mau istriku kelaparan!" perintah Ethan."Baik, Tuan." Serly sedikit membungkuk, lalu kembali melangkah pergi."Serly!" Nada kembali menghentikan langkahnya. "Tolong pesankan juga rujak petis!" mintanya."Baik, Nyonya."Ethan sedikit tidak setuju mendengar permintaan istrinya. Setelah Serly pergi dan pintu kembali tertutup rapat, dia pun membawa Nada saling berhadapan."Lain kali jangan pernah pergi tanpa aku!" Nada tertawa kecil melihat kekhawatiran Ethan. Kedua tangan mendekap lembut wajah Ethan dengan tatapan lembut pula."Aku tidak tega membangunka
“Serly, aku butuh bantuanmu untuk mengawasi beberapa pekerjaan. Mungkin lebih baik kamu kembali! Vidor sudah membelikan tiket untukmu,” ucap Ethan.“Ethan?” Nada terkejut mendengar perkataan suaminya, mengusir Serly setelah mereka duduk santai sejenak sehabis sarapan.Bukan hanya Nada yang terkejut, Serly pun turut terkejut dan kaget. Hanya saja dia tidak membantah atau melakukan protes. Perintah Ethan wajib dilaksanakan, apalagi Ethan memintanya kembali setelah menjelaskan pekerjaan apa yang harus dia lakukan dan menurutnya itu wajar.“Sayang, untuk apa kamu minta gelang seperti itu? Buang saja! Aku akan membelikanmu gelang yang lebih bagus dan bernilai,” ucap Ethan serasa tidak suka Nada menggunakan gelang benang karena menurutny itu gelang murahan.Setelah selesai sarapan dan meminta Serly kembali ke kota dengan alasan ada pekerjaan yang harus dia kerjakan, Ethan meminta Nada melepaskan dan membuang gelang itu.“Ethan, apa-apain sih? Ini, nih bagus.” Nada kesal saat Ethan berusaha