"Erina, kamu yakin ini rumah mereka? Kenapa sepi sekali? Kecil lagi," ucap Syahna.Dia tidak percaya Ethan tinggal di rumah yang kecil selama ini. Rasanya tidak mungkin anak tirinya itu tinggal di sana. Dia pikir rumah yang ditinggali Ethan dan Nada besar atau paling tidak sama dengan rumah Michael."Ma, memangnya Mama belum pernah ke sini?" Erina melihat aneh tingkah mamanya."Entahlah. Kalau pun sudah pernah, mama juga tidak akan mengingatnya," jawab Syahna sembari mengedarkan mata melihat sekitar."Mama jangan lihat luarnya saja! Meski kecil, tapi tatanan di dalamnya cukup rapi. Istri kak Ethan itu cukup rajin," ucap Erina. Meski dia tidak menyukai Nada, namun Erina memuji dan merasa kagum dengan penataan dan kebersihan rumah mereka.Erina kembali menekan bel rumah Nada. Entah sudah berapa kali melakukannya, namun sampai detik ini tidak ada jawaban alias tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah."Mungkin mereka tidak ada di rumah," ucap Syahna sudah mulai merasa tidak nyaman
"Ethan!"Saat bangun dan membuka mata, Nada tidak melihat Ethan di sampingnya. Matanya beredar mencari keberadaan Ethan, tapi tidak menemukan. Kamar besar itu tampak kosong. Nada merasa kecil berada di tengah kamar yang besar dengan beberapa perabot dan juga benda-benda lainnya yang tampak sangat mewah dan berseni."Aku tidak sedang bermimpi, bukan?" gumamnya lirih bertanya pada diri sendiri.Nada kembali mengedarkan mata memperhatikan setiap sudut kamar itu. Karena tidak menemukan Ethan dan juga sudah menjelajah isi kamar, Nada memutuskan untuk keluar dari kamar. Meski sudah sehari hari ini menempati rumah dan kamar itu, tapi saat melihat kembali, ada rasa kagum dan terpukau atas rumah mereka."Ethan!" panggilnya lagi. Dia pikir Ethan ada di salah satu ruang.Tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk menuruni anak tangga dan mencari."Nyonya!" Seseorang memanggil namanya dengan nada dan suara cemas.Nada yang telah berada di tengah anak tangga segera menoleh ke arah sumber suara. Se
"Ethan, apa yang kamu lakukan di sini?"Tubuh Ethan hampir melonjak kaget ketika seseorang menyapanya dari belakang sembari menepuk punggungnya. Ethan sedang serius dan fokus memperhatikan seorang wanita yang duduk di kursi di taman kota, sedangkan dia sendiri berada di bawah pohon dan bersembunyi. Karena sapaan ini, Ethan pun langsung bangkit dari duduknya."Danica?" Ethan mengedarkan pandangnya ke sekitar, termasuk ke arah wanita yang masih duduk dengan santai dan tenang, juga ke arah di mana Vidor berada. Ada rasa gugup ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Tepatnya, ketika persembunyiannya diketahui oleh Danica.Melihat Ethan gelisah dan gugup, Danica pun mengedarkan pandangnya seperti arah pandang Ethan. Kedua mata menyipit dengan ujung alis hampir menyatu. Danica mengernyitkan dahi melihat sikap gugup Ethan."Ethan, ada apa?" tanya Danica merasa bingung karena sikap Ethan yang mencurigakan dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan dipergoki olehnya.Namanya juga Ethan. M
"Apa istriku masih tidur?" tanya Ethan sembari melangkah ke luar mobil menuju rumahnya."Sudah bangun, Tuan.""Apa dia mencariku?" tanyanya lagi sembari sibuk melepaskan kancing lengan pada kemejanya."Iya, nyonya mencari Anda saat bangun tidur."Ethan menghentikan langkahnya, juga menghentikan gerakan tangannya. Matanya menyorot lekat Serly."Apa kamu memberitahu ke mana aku pergi?""Tidak, Tuan. Mana saya berani," jawab Serly."Aku tidak mau istriku khawatir," ucap Ethan.Serly mengangguk setuju.Ethan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah kembali kakinya berhenti dan berputar menghadap Serly."Sekarang istriku di mana?" "Nyonya ada di taman belakang, Tuan.""Aku akan membersihkan diri dulu, baru menemuinya," ucap Ethan kembali melanjutkan langkah.Dia langsung menuju kamar untuk mandi sebelum menemui Nada. Ethan tidak mau membawa debu dan keringat dari luar yang akan membuat Nada tidak nyaman. Karena bagaimanapun, dia baru saja menunggu lama di taman. Jelas
"Entahlah, aku merasa tidak yakin," jawab Nada ragu.Ethan menggeser duduknya dan membuatnya lebih nyaman. Semua itu bukan tanpa maksud. Dia pikir dengan duduk berhadapan dan saling memandang dengan jarak yang dekat, Nada bisa lebih tenang dan berani mengungkap kecurigaannya."Sayang, ada yang ingin kamu katakan?" tanyanya.Dia yakin Nada memiliki rahasia yang ditutupi. Meski begitu, Ethan tidak akan memaksa bila istrinya tidak mau mengatakannya. Namun, tidak akan tinggal diam begitu saja. Dia akan melakukan segala cara untuk mengetahuinya."Apa Erina mengenal wanita itu?" Bola mata Nada bergerak-gerak menjelajah kedua manik mata Ethan.Dia sebenarnya ragu bertanya seperti itu, apalagi membawa nama Erina. Meski dia tau Ethan tidak terlalu menyukai Erina, tapi gadis itu masih termasuk kerabat alias keluarganya. Nada masih memiliki rasa tidak enak karena sama saja apa yang dia pikirkan adalah sebuah kecurigaan dan bisa saja Ethan menganggapnya menuduh.Ethan terdiam sejenak seolah sedan
Merayu Nada untuk menghentikan tangis dan tidak ngambek lagi ternyata lebih sulit dibanding menaklukkan klien perusahaan agar mau menyetujui kontrak kerja sama. Memenangkan hati ibu hamil lebih sulit dibanding memenangkan tender proyek besar.Ethan harus mengeluarkan segala jurus rayuannya. Bahkan rayuan yang biasa dia pakai dan berhasil, kini tidak berlaku. Sampai akhirnya Ethan tidak bisa menahan air mata menutupi rasa bersalah dan kesedihannya, hingga akhirnya berhasil membuat Nada mengangkat wajah dan memeluknya."Sayang, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulang lagi," ucap Ethan ketika Nada memeluknya.Tangis Nada masih terdengar, meski sudah mulai berkurang dan kini hanya tinggal sisa-sisa saja."Kenapa harus diganti? Bagaimana kalau klien menghubungi aku? Mereka pasti berpikir aku tidak bertanggung jawab," ucap Nada dengan isak. "Lagi pula aku bosan kalau di rumah tidak melakukan apa-apa," sambungnya. Akhirnya Nada mengungkap alasan yang lain kenapa dia menangis dan marah.E
"Sayang, lihat apa yang aku bawa untukmu!" Ethan berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum lebar karena bahagia dan membawa seuatu di tangannya. Pria tampan itu terus berjalan dengan semangat menghampiri istrinya yang juga berjalan ke arahnya sembari tersenyum menyambut kedatangannya."Eits! Kenapa buru-buru?" Ethan menarik tangannya menghindari saat Nada sangat antusias ingin mengambil benda itu darinya."Ethan!" Wajah Nada cemberut melakukan protes. Kedua tangannya langsung terlipat di depan dada."Kiss dulu, dong!" Ethan sedikit membungkukkan punggung dan mendekatkan wajah pada Nada meminta hadiah.Bola mata Nada melirik ke arah wajah tampan yang sudah sangat dekat dengannya. Sesaat kemudian bibirnya yang mengerucut karena ngambek, berlahan mengembang dan tersenyum manis.Cup.Satu kecupan kilat mendarat pada satu pipi Ethan."Mana?" Nada langsung menengadahkan tangan meminta."Sayang, belum cukup. Kenapa hanya satu sisi saja? Bagiamana kalau sisi yang lain cemburu?" Rupanya
"Nyonya, tuan Ethan meminta Anda tetap menunggu di sini." Serly melarang dan menahan Nada ketika Nada hendak keluar dari ruang tempatnya menunggu Ethan."Tapi, Serly. Aku harus menolong ibu itu."Nada menunjukkan rasa iba dan belas kasihan pada seorang ibu yang menangis karena diusir oleh satpam bandara dengan alasan di area bandara tidak boleh ada pengemis. Namun, di antara sekian banyak pengunjung bandara seolah menutup mata dan sama sekali tidak ada yang mau membantu."Tidak, Nyonya. Anda tidak boleh pergi dari tempat ini sebelum tuan Ethan tiba!"Serly melarang bukan karena tanpa alasan. Selain Ethan melarangnya dan demi keselamatan Nada, keberadaan ibu itu juga di luar bandara. Butuh keluar dari bandara untuk menolongnya, sedangkan Nada berada di dalam gedung dengan dinding kaca sehingga mereka bisa melihat lingkungan luar.Sebenarnya tadinya Ethan ada bersama mereka karena hari ini rencananya mereka akan pergi liburan setelah mendapat ijin dari dokter kandungan yang memeriksa ko