"Jude, jangan mempermainkan nyawa istriku!" bentak Ethan.Dia mulai kehilangan kontrol diri. Bahkan Ethan benda yang ada di depannya menjadi pelampiasan kemarahannya. Miniatur yang terbuat dari kaca pun akhirnya pecah berserakan di atas lantai di depan mata mereka."Ethan, kendalikan dirimu!" Vidor lantas mencengkeram dan menahan lengan Ethan.Napasnya menderu memburu penuh dengan hawa panas. Detak jantung pun seiring terpacu cepat. Darah dalam dirinya telah mendidih. Keselamatan Nada dan calon bayinya membuatnya khawatir. Mata elangnya menatap tajam penuh bara api pada Jude. Bisa dikatakan, Ethan siap mencabik dan menghancurkan pria di hadapannya andai kata tidak menemukan Nada.Vidor segera menenangkan Ethan dan membawanya duduk kembali. Meski sorot matanya masih tajam dan hampir tidak berkedip menatap Jude, namun dia menuruti perintah Vidor. Duduk dengan tuntunan Vidor.Saat suasana tegang, tiba-tiba pintu terbuka."Tuan." Serly melangkah masuk dengan tergopoh-gopoh.Pengawal Nada
"Anda tidak mengenaliku, Nyonya, tapi suamimu mengenali aku," jawab wanita itu terus melangkah mendekati Nada. Kali ini wajahnya kembali garang.Nada ingin mundur kembali, namun lapang di belakangnya telah habis, ada meja dan dinding. Tidak ada ruang gerak lagi untuknya. Bisa saja ke samping, tapi untuk melangkah ke sana, dia membutuhkan gerakan cepat.Nada ketakutan dan merasa ngeri hanya saja tidak ingin menunjukkan pada wanita itu. Dia pikir, semakin dia terlihat takut, semakin wanita itu mendesak dan merasa senang. Akhirnya harus berpura agar terlihat tenang."Kamu memiliki masalah dengan suamiku? Kenapa tidak selesaikan saja dengannya?" ucap Nada berusaha agar suaranya tidak bergetar."Ha ... ha ... ha ...." Wanita itu tertawa dengan cukup keras.Karena ruangan itu tertutup, maka suara tawanya terdengar menggema menambah rasa takut dan gemetar. Hanya saja Nada terus berusaha untuk tetap tenang, meski sebenarnya perut bagian bawahnya telah terasa sedikit sakit dan mulai tidak nyam
"Tolong kembalikan anakku! Jangan ambil anakku!" teriak Nada dalam tangisnya.Napasnya hampir hilang karena tangisnya semakin rapat. Nada terisak hingga tersedu-sedu. Seluruh tubuhnya terguncang seiring dengan tangis histeris dan teriaknya. Separuh nyawanya hilang merasakan sesak luar biasa. Nada terus meminta anaknya dikembalikan."Jangan ambil anakku! Tolong lepaskan!"Semakin dia berteriak dan memohon, rasanya semakin jauh wanita itu membawa anaknya pergi. Bahkan saat ingin mengejar dan menggapainya, wanita itu semakin samar dan akhirnya tidak terlihat. Dia lenyap begitu saja membawa anaknya."Jangan! Kembalikan anakku!" teriak Nada menangis histeris.Mendengar tangis dan teriakan Nada, Ethan yang saat ini sedang berada di dalam kamar mandi membasuh wajah untuk menghilangkan rasa kantuk, langsung berlari ke luar dan mendekati istrinya. Dilihatnya Nada bangkit dari baringnya dengan hentakan cepat seperti orang kaget."Sayang, jangan!" Ethan segera menahan tangan Nada ketika istriny
"Apa wanita itu mengatakan begitu padamu?" Ethan balik bertanya sebelum menjawab. Dia harus tau apa yang dikatakan wanita itu pada istrinya sebelum memberi penjelasan.Nada tersenyum getir, lalu memalingkan wajah menghindari tatapan Ethan. Ada rasa sakit dalam hatinya. Dia merasa telah dibohongi oleh suaminya sendiri. Air matanya kembali mengalir. Cepat-cepat Nada menyeka dan menguatkan hati."Sayang, jangan percaya pada wanita itu!"Ethan meraih tangan Nada, namun dengan cepat Nada menepisnya. Rasa sakit yang dirasa belum bisa membuat Nada tenang. Ingin dia percaya pada suaminya, tapi rasa sakit itu teramat sakit. Bahkan hampir kehilangan bayinya.Ethan bangkit dari duduk, mendekati Nada dan duduk di sampingnya. Karena Nada kembali menghindar, dia pun segera memeluk dari belakang mengunci tubuh Nada."Kamu boleh marah padaku, tapi jangan banyak bergerak terlebih dahulu!"Ethan meletakkan dagunya di atas pundak Nada, memohon."Dokter memintamu bed rest," ucapnya lagi."Bila bayi ini
"Aku bosan," keluh Nada.Sudah tiga hari ini Nada dirawat di rumah sakit karena kondisi kandungannya masih belum pulih seutuhnya dan masih membutuhkan bed rest. Terbiasa bekerja dan aktif, Nada merasa bosan bila harus duduk manis. Apalagi kalau hanya tidur dan rebahan sepanjang hari, dia merasa sangat amat bosan.Sebenarnya dokter sudah menyampaikan pada Ethan bila Nada sudah diperbolehkan pulang asal di rumah dia tetap bed rest, tapi Ethan tidak mengijinkan dokter itu mengatakan pada istrinya dan meminta untuk tetap merawat Nada di rumah sakit sampai kondisi kandungan Nada benar-benar pulih.Ethan meraih tangannya. Ada rasa bersalah dalam dirinya. Namun, semua ini dilakukan demi kebaikan Nada dan calon baby mereka,"Semua demi kebaikanmu dan baby kita, Sayang. Bersabarlah untuk dua hari lagi! Aku janji, nanti setelah semuanya baik, aku akan bawa kalian jalan-jalan," ucap Ethan menghibur Nada."Tapi aku bosan. Bokongku rasanya panas dan mungkin sudah berakar," sahutnya dengan wajah ce
"Erina, kamu yakin ini rumah mereka? Kenapa sepi sekali? Kecil lagi," ucap Syahna.Dia tidak percaya Ethan tinggal di rumah yang kecil selama ini. Rasanya tidak mungkin anak tirinya itu tinggal di sana. Dia pikir rumah yang ditinggali Ethan dan Nada besar atau paling tidak sama dengan rumah Michael."Ma, memangnya Mama belum pernah ke sini?" Erina melihat aneh tingkah mamanya."Entahlah. Kalau pun sudah pernah, mama juga tidak akan mengingatnya," jawab Syahna sembari mengedarkan mata melihat sekitar."Mama jangan lihat luarnya saja! Meski kecil, tapi tatanan di dalamnya cukup rapi. Istri kak Ethan itu cukup rajin," ucap Erina. Meski dia tidak menyukai Nada, namun Erina memuji dan merasa kagum dengan penataan dan kebersihan rumah mereka.Erina kembali menekan bel rumah Nada. Entah sudah berapa kali melakukannya, namun sampai detik ini tidak ada jawaban alias tidak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah."Mungkin mereka tidak ada di rumah," ucap Syahna sudah mulai merasa tidak nyaman
"Ethan!"Saat bangun dan membuka mata, Nada tidak melihat Ethan di sampingnya. Matanya beredar mencari keberadaan Ethan, tapi tidak menemukan. Kamar besar itu tampak kosong. Nada merasa kecil berada di tengah kamar yang besar dengan beberapa perabot dan juga benda-benda lainnya yang tampak sangat mewah dan berseni."Aku tidak sedang bermimpi, bukan?" gumamnya lirih bertanya pada diri sendiri.Nada kembali mengedarkan mata memperhatikan setiap sudut kamar itu. Karena tidak menemukan Ethan dan juga sudah menjelajah isi kamar, Nada memutuskan untuk keluar dari kamar. Meski sudah sehari hari ini menempati rumah dan kamar itu, tapi saat melihat kembali, ada rasa kagum dan terpukau atas rumah mereka."Ethan!" panggilnya lagi. Dia pikir Ethan ada di salah satu ruang.Tidak ada jawaban. Dia memutuskan untuk menuruni anak tangga dan mencari."Nyonya!" Seseorang memanggil namanya dengan nada dan suara cemas.Nada yang telah berada di tengah anak tangga segera menoleh ke arah sumber suara. Se
"Ethan, apa yang kamu lakukan di sini?"Tubuh Ethan hampir melonjak kaget ketika seseorang menyapanya dari belakang sembari menepuk punggungnya. Ethan sedang serius dan fokus memperhatikan seorang wanita yang duduk di kursi di taman kota, sedangkan dia sendiri berada di bawah pohon dan bersembunyi. Karena sapaan ini, Ethan pun langsung bangkit dari duduknya."Danica?" Ethan mengedarkan pandangnya ke sekitar, termasuk ke arah wanita yang masih duduk dengan santai dan tenang, juga ke arah di mana Vidor berada. Ada rasa gugup ketika mengetahui siapa yang menyapanya. Tepatnya, ketika persembunyiannya diketahui oleh Danica.Melihat Ethan gelisah dan gugup, Danica pun mengedarkan pandangnya seperti arah pandang Ethan. Kedua mata menyipit dengan ujung alis hampir menyatu. Danica mengernyitkan dahi melihat sikap gugup Ethan."Ethan, ada apa?" tanya Danica merasa bingung karena sikap Ethan yang mencurigakan dan seperti sedang menyembunyikan sesuatu dan dipergoki olehnya.Namanya juga Ethan. M