"Dewa apa yang kamu lakukan! Dasar anak nakal, bisa-bisanya kamu bermain gila dengan wanita rendahan ini!" teriak Sinta, ibunda Dewa. Perempuan setengah abad itu merasa geram dengan kelakuan putranya sendiri yang kerap kali membuatnya spot jantung.
Seketika Dewa melepas bibirnya dari bibir mungil wanita yang ada didekapannya. "Tanggung, Ma. Kalau nggak di selesein nanti malam Dewa nggak bisa tidur."
Tanpa merasa malu dan berdosa, Dewa hendak menyambar kembali benda kenyal itu. Namun niatnya terhenti, saat Sinta menjewer telinganya. Alhasil, Dewa harus mengurungkan niatnya itu, sementara wanita yang tak lain adalah sekretaris Dewa langsung menundukkan kepalanya lantaran malu.
"Sakit, Ma. Mama apa-apaan sih, sama anak sendiri tega banget." Dewa meringis kesakitan saat telinganya dijewer oleh ibunya.
"Kamu yang apa-apaan, bisa-bisanya kamu ... Dewa, mama tidak pernah mengajarimu untuk jadi anak nakal. Kalau Viola sampai tahu, bisa-bisa perjodohan ini batal," ujar Sinta dengan penuh emosi.
"Dan kamu, seharusnya kamu sadar diri. Kamu bisa berada di sini itu karena siapa, karena saya. Saya yang sudah mengijinkanmu untuk bekerja di sini. Tapi saya kecewa, ternyata kamu dan ibumu sama saja, sama-sama wanita rendahan, wanita murahan yang hanya bisa merayu laki-laki untuk dijadikan ladang uang," ungkap Sinta dengan amarah yang meledak-ledak.
"Cukup, Ma. Mama tidak boleh menghina Salsa lagi," sergah Dewa, ia merasa sakit hati dengan ucapan ibunya yang sudah kelewat pedas.
"Sekarang kamu berani menentang, mama iya. Ingat, Dewa mama sudah menjodohkan kamu dengan Viola. Wanita yang sudah jelas asal usulnya, wanita kalangan atas yang sederajat dengan kita. Bukan seperti .... "
"Wanita yang sudah, Mama hina adalah istriku! Menantu, Mama." Dewa memotong ucapan ibunya, dengan penuh amarah.
Dewa Bagasditya Wijaya, seorang CEO di PT Sadewa Development tbk, kini usianya menginjak tiga puluh tahun. Dan kemampuannya tidak bisa diragukan lagi. Bukan hanya kemampuan, tetapi fisiknya yang tampan nan sempurna itu membuat para kaum hawa tergila-gila. Mereka berlomba-lomba untuk bisa menjadi pendamping hidupnya.
Namun, seperti yang telah diketahui. Dewa sudah dijodohkan dengan Viola Adiwinata, putri dari pemilik perusahaan minyak terbesar di negara Indonesia. Namun sayangnya Dewa sama sekali tidak menaruh rasa pada wanita yang selalu berpenampilan seksi itu. Dewa hanya menganggap Viola sebagai sahabat, tak lebih dari itu. Justru Dewa sangat tergila-gila dengan wanita yang orang bilang tidak jelas asal-usulnya.
Namun wanita itu mampu membuat Dewa mati berdiri saat sedetik saja tidak mendengar suaranya, dan sehari saja tidak melihat wajah ayunya. Wanita itu adalah Salsabila Nathania, wanita berusia sembilan belas tahun. Ia merupakan sekretaris di perusahaan yang Dewa kelola. Salsa bekerja di perusahaan Dewa lantaran Sinta yang mengijinkannya, agar bisa melunasi hutang Maya, ibunda Salsa.
Bagaimanapun nasib pernikahan Salsa dan Dewa setelah sekian lama dan akhirnya terbongkar?
Mampukah Dewa meyakinkan Sinta dan keluarganya untuk menerima Salsa sebagai bagian dari keluarga besar Wijaya?
Lalu bagaimana perjodohan yang sudah lama direncanakan, akankah Dewa menerimanya dan meninggalkan Salsa?
Seorang wanita dengan balutan baju pengantin, berlari dengan bertelanjang kaki. Sesekali wanita itu menoleh ke arah belakang, untuk memastikan jika telah jauh dari orang-orang yang tengah mengejarnya. Namun sial, tiba-tiba di depan ada sebuah mobil BMW i8 Roadster berwarna silver melintas. Mobil tersebut berhenti tepat di depan wanita itu."Aaa." Wanita dengan balutan baju pengantin itu menjerit."Sial, cari mati kamu ya," umpat seorang pria pemilik mobil tersebut.Selepas itu pria berkemeja putih dengan balutan blazer berwarna hitam turun dari mobil mewahnya. Pria beralis tebal itu berjalan menghampiri wanita yang masih berdiri di depan mobilnya. Nampak jika wanita berbaju pengantin itu sangat gusar dan juga panik. Terlebih saat melihat beberapa orang pria berbadan kekar serta ototnya yang besar datang menghampirinya."Om, tolong saya. Mereka mau memperk*sa saya. Tolong saya, Om," ucap wanita itu yang terus memohon agar pria terse
Jantung Salsa berdetak lebih cepat, bahkan rasanya seperti mau loncat ke luar angkasa. Salsa tidak menyangka jika pria yang kini statusnya sebagai suaminya itu bisa melakukan hal di luar dugaan. Ia pikir jika Dewa tidak akan berani berbuat hal seperti itu, tetapi dugaannya meleset. Salsa bergegas bangkit tapi niatnya terhenti saat Dewa menarik tubuhnya hingga kembali jatuh di dekapan pria berlesung pipi itu."Mau kemana, hem?" tanya Dewa, ia meletakkan dagunya di pundak Salsa."Om jangan .... ""Jangan apa? Jika aku ingin melakukannya, pasti sudah kulakukan. Tapi aku ingin melakukannya jika kamu benar-benar sudah siap." Dewa memotong ucapan Salsa, setelah itu ia beranjak dari ranjang dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Salsa masih diam setelah mendengar penuturan Dewa, ia pikir jika suaminya itu tipe pria pemaksa, tetapi dugaannya itu salah. Salsa memegangi dadanya yang masih berdetak kencang tak karuan, ini adalah pertama kalinya ia di cium. Dan ora
Hari demi hari telah berganti, bahkan Minggu pun sudah berlalu. Pernikahan Dewa dan Salsa baru genap satu Minggu, dan selama seminggu ini wanita berambut panjang itu hanya menghabiskan waktunya di apartemen. Salsa sudah merasa bosan, dan hari ini ia ingin meminta izin untuk keluar dan menghirup udara di luar sana."Om, nanti aku mau keluar. Aku bosan di sini terus," ujar Salsa seraya memakaikan dasi di leher suaminya itu."Mau keluar kemana? Apa nanti nggak nyasar, hem?" tanya Dewa, jujur ia merasa khawatir jika istrinya itu keluar dari apartemennya. Karena memang Salsa belum begitu paham dengan kota Jakarta."Jalan-jalan lah, suntuk tahu di sini terus," jawab Salsa."Ok, tapi jangan jauh-jauh. Kamu belum hafal kota Jakarta, kalau kamu nyasar aku juga yang repot." Dewa pasrah, ia hanya bisa berpesan agar istri kecilnya itu untuk berhati-hati."Iya, Om tidak perlu khawatir." Salsa berjalan untuk mengambil jas. Tak lupa ia memakaikannya di tubuh kekar sua
Pukul lima sore Salsa mulai mengerjapkan matanya, perlahan kelompok matanya terbuka sempurna. Salsa mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok pria yang tak lain adalah Dewa, suaminya. Terlihat jika pria berkemeja navy itu tengah duduk di sofa dengan, matanya fokus pada layar leptop yang ada di pangkuannya.Perlahan Salsa bangkit dan duduk, ia melihat jika Dewa benar-benar sibuk dengan leptop yang berada di pangkuannya itu. Salsa teringat akan kejadian siang tadi, di mana Sinta yang tak lain ibu mertuanya itu sudah habis-habisan memaki dan menghinanya. Tak terasa air mata yang sedari tadi ia tahan kini luruh juga. Dewa yang menyadari sang istri sudah bangun, dengan segera ia bangkit dari duduknya."Salsa kamu sudah bangun?" tanya Dewa seraya berjalan menghampiri sang istri."Sudah, Om." Salsa mengangguk lalu dengan cepat menghapus air matanya.Dewa duduk di sebelah istrinya itu, sementara Salsa nampak gelisah. Wanita bermata teduh itu masih memikirkan kejad
Hari telah berganti, pukul enam pagi Dewa sudah siap dengan baju kantornya. Sementara Salsa terlihat tengah membuat kopi untuk sang suami. Selesai menyeduh kopi, wanita berambut panjang itu berjalan menghampiri Dewa yang tengah sibuk memasang dasi di lehernya. Salsa menyodorkan secangkir kopi capuccino yang masih mengebul."Kopinya, Om," ucap Salsa."Terima kasih." Dewa menerima kopi tersebut.Perlahan Dewa mulai menyeruput kopi panas tersebut, tetapi belum sempat meneguknya. Tiba-tiba Dewa menyemburkan kopi itu, Salsa yang berdiri di sebelahnya terlonjak kaget. Wanita dengan balutan kaos lengan pendek dan celana di atas lutut itu merasa heran. Apakah kopi yang Salsa buat tidak enak, sampai-sampai Dewa menyemburkannya."Kopinya tidak enak ya, Om?" tanya Salsa."Salsa, kamu buat kopi pakek apa sih. Kok rasanya asin," ujar Dewa dengan menahan amarahnya. Pria berjas hitam itu mengambil tisu untuk
Setelah menemukan kemejanya, Dewa segera mengangkat panggilan video dari ibunya itu. Pria berlesung pipi itu menutup telinganya saat ibunya yang berada di seberang sana tengah ngomel tidak jelas. Malas rasanya jika harus mendengar omelan sang ibu. Itu sebabnya Dewa memilih untuk menutup telinganya.[ Dewa, kamu dengerin mama ngomong apa nggak ][ Iya, Mamaku Sayang yang paling cantik ][ Mama mau lihat, apa ada orang selain kamu di situ ][ Nggak ada lah, Ma. Dewa kan sendirian ][ Kamu nggak lagi bohongin, Mama kan ][ Enggak, Ma ][ Ya sudah, udah malam mama mau tidur ][ Lah siapa suruh malam-malam pake acara video call segala ][ Kamu tuh ya .... ]Belum sempat Sinta melanjutkan ucapannya, Dewa lebih dulu mematikan sambungan video tersebut. Dewa melempar benda pipih miliknya itu, lalu ia merebahkan tubuhnya
Tidak terasa sebulan telah berlalu, selama sebulan ini Salsa bekerja di restoran milik Sinta, ibunda Dewa sekaligus ibu mertuanya. Selama ini Dewa tidak tahu jika istrinya bekerja di restoran milik ibunya, tetapi pria beralis tebal itu mulai merasa curiga. Pasalnya ia sering mendapati Salsa pulang larut malam. Jika ditanya, istrinya selalu beralasan pergi ke rumah temannya.Seperti malam ini, pukul sembilan Dewa sudah tiba di apartemen, tetapi sang istri belum. Saat ini Salsa masih ada dalam perjalanan pulang, jalanan macet yang membuat Salsa kerap kali pulang terlambat. Sementara itu, Dewa terlihat gelisah, karena istrinya belum juga sampai. Beberapa kali ia menelponnya, tetapi nomor tidak aktif."Salsa, kamu di mana sih. Udah malam belum juga pulang," gumam Dewa dengan kepanikan yang sudah menguasai dirinya.Selang beberapa menit, pintu apartemennya terbuka, seketika Dewa mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang wanita dengan balutan kaos berwarna putih dan
Waktu menunjukkan pukul tiga sore, perlahan Salsa membuka kelopak matanya. Seketika terpejam kembali saat cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui jendela kaca. Perlahan Salsa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Setelah cukup lama, Salsa memutuskan untuk bangkit, rasanya tulang belulangnya remuk semua. Dewa benar-benar sudah membuat tubuh Salsa seperti habis dipukuli.Salsa menoleh ke samping kiri, terlihat jika suami mesumnya itu masih berenang di alam mimpi. Ingin rasanya ia membangunkannya, tetapi tidak tega, lagi pula ini sudah sore tidak mungkin Dewa pergi ke kantor lagi. Selepas itu, Salsa memutuskan untuk beranjak dari dari tempat tidur, ia ingin berendam di air agar tubuhnya kembali fresh.Selang dua puluh menit, Salsa keluar dengan memakai handuk kimono. Wanita berambut panjang itu berjalan menuju almari untuk mengambil pakaian. Selepas itu, Salsa segera memakai pakaiannya sebelum sang suami terbangun. Setelah berpamitan, Sal
Lima tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Dewa dan Salsa semakin membaik dan harmonis. Bahkan kini mereka akan kembali di karunia bayi kembar lagi, saat ini Salsa tengah hamil sembilan bulan. Mereka tinggal menunggu waktunya kapan bayi kembar akan lahir, dan itu adalah masa-masa yang tengah Dewa dan Salsa nanti-nantikan.Salsa merasa tenang karena sudah tidak ada lagi pengganggu. Alina dinyatakan meninggal saat kejadian dulu, di mana tubuh wanita itu tertabrak oleh truk. Sejak saat itu, Salsa merasa hidupnya tenang dan juga nyaman. Sementara itu, Vira menjalani kehidupannya dengan Sinta, ia tidak merasa kesepian lagi, kasih sayang yang Vira dambakan, kini telah ia dapatkan."Mas, kok aku tiba-tiba pengen nyium Reno ya," ucap Salsa tiba-tiba. Saat ini ia dan Dewa tengah duduk santai di taman samping rumah."Jangan sembarangan kamu, kalau minta jangan yang aneh-aneh ngapa. Masa ngidam pengen nyium Re
Tidak terasa air matanya jatuh tanpa meminta izin. Bahkan ponsel di tangannya ikut jatuh, marah dan kecewa menjadi satu. Tega-teganya orang yang sangat ia percaya berhianat. Salsa tidak pernah menyangka kalau Dewa bisa berbuat hal serendah itu."Kamu tega, Mas. Kamu bilang mau ke kantor, tapi nyatanya ... sudah cukup aku bertahan, aku tidak sanggup lagi," lirihnya, Salsa menyeka air matanya, lalu memandangi si kembar yang tengah tertidur.Selang berapa menit, terdengar suara deru mobil, sudah dapat dipastikan jika itu adalah Dewa. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama pintu kamar terbuka. Terlihat Dewa masuk ke dalam, bahkan pria berlesung pipi itu langsung memeluk tubuh Salsa dari belakang. Namun Salsa hanya diam, bahkan langsung melepas pelukan suaminya itu."Sayang kamu kenapa?" tanya Dewa, kedua alisnya saling bertautan, heran."Tidak usah pura-pura tidak tahu," jawab Salsa. Hatinya terasa sakit dengan foto yang ia terim
Kini Salsa sudah tiba di depan ruang rawat Dewa, saat hendak masuk terdengar samar-samar orang bicara dari dalam. Salsa berpikir jika ayahnya sudah sampai, untuk memastikan, Salsa membuka pintu ruangan tersebut. Seketika mata Salsa membulat sempurna saat melihat bukan ayahnya yang berada di dalam, melainkan wanita yang telah lama menghilang, dan sekarang dia kembali lagi."Mau apa kamu kembali lagi, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini!" bentak Salsa. Ia tidak menyangka kalau perempuan itu kembali lagi, perempuan yang sudah banyak membuat rumah tangga Salsa dan Dewa berantakan."Apa kamu lupa kalau aku adalah calon istri, Dewa." Dengan santainya perempuan itu berjalan menghampiri Salsa, dia adalah Alina. Perempuan berhati iblis yang sudah mencelakai Salsa."Sayang, kamu benar kan akan menikahiku?" tanya Alina seraya berjalan menghampiri Dewa yang masih duduk di atas brangkar."Iya." Dewa menganggukan kepalanya."Aku ngga
Seketika Salsa dan Bram terkejut mendengar ucapan Vira. Bahkan, dunia serasa berhenti berputar, persendian Salsa terasa lemas seketika. Ia tidak menyangka kalau Vira akan memakai kesempatan ini demi keuntungannya sendiri."Kamu sudah gila! Kamu pikir kamu siapa hah!" bentak Salsa, ia benar-benar geram dengan apa yang Vira ucapkan."Jangan mentang-mentang kamu anak, Mama Sinta. Jadi bisa seenaknya seperti ini, iya." Salsa menatap tajam wanita yang berdiri di sebelah Sinta."Silahkan kamu mau teriak atau apa, aku tidak peduli. Nyawa suamimu ada di tanganku," ujar Vira dengan santai."Kamu bukan Tuhan, jadi kamu tidak bisa menentukannya," sahut Salsa. Seketika Vira menatap tajam ke arah Salsa."Sudah, jangan bertengkar lagi. Salsa, mama minta maaf, jika keputusan mama ini salah. Namun demi kebaikan Dewa, tolong .... ""Enggak, Ma. Aku nggak mau pisah sama, mas Dewa. Bagaimana dengan anak-anak nanti," potong Salsa,
Kini Dewa dan Salsa sudah berada di rumah sakit, Dewa langsung mendapat penanganan oleh dokter. Bahkan saat ini pria berlesung pipi itu berada di ruang ICU, kondisinya kritis. Benturan di kepala yang keras membuat Dewa mengalami pendarahan di otak, bahkan saat ini ia membutuhkan donor darah. Namun, sampai sekarang belum ada darah yang cocok.Berbeda dengan Salsa, luka yang ia alami memang tak separah suaminya. Namun, Salsa harus rela kehilangan calon anaknya yang masih dalam kandungan. Akibat benturan yang keras membuatnya keguguran, saat ini Salsa sudah sadarkan diri bahkan ia tengah menemani suaminya yang tergeletak tak berdaya, dengan beberapa alat medis menempel di badan.Sinta, dan Bram sudah ada di rumah sakit, bahkan Arman yang mendengar kabar itu seketika terbang ke Indonesia. Arman memang sosok ayah yang sangat peduli dengan anaknya. Mereka hanya bisa berdo'a semoga Dewa bisa secepatnya mendapatkan donor darah. Arman memang bisa mendonorkan darahny
Kakek Surya menghembuskan napas terakhirnya, lantaran terkena serangan jantung. Dewa tidak menyangka kalau kakeknya akan pergi dengan cara seperti itu. Begitu juga dengan Sinta. Ia merasa bersalah, karena masalah yang ia ciptakan, menjadi akhir hidup seseorang yang sangat ia sayangi.Jenazah sudah dimandikan, bahkan sudah dikafani dan dishalatkan. Kini mereka tengah menunggu kabar dari makam, apakah sudah selesai membuat makam atau belum. Banyak tetangga, kerabat bahkan teman-teman kakek Surya yang datang. Pengusaha dan para pejabat pun saling berdatangan, terlebih kematian yang mendadak membuat mereka tidak percaya.Dewa duduk tepat di samping kepala almarhum kakek Surya, ia merasa sedih dengan kematian kakeknya yang mendadak itu. Sementara Sinta duduk berseberangan dengan putranya, ia tak kalah sedih, bahkan air matanya terus mengalir. Selang sepuluh menit, Salsa datang bersama dengan Bram. Wanita hamil itu bergegas masuk ke dalam dan duduk di sebelah sua
Sementara telepon itu masih saja berbunyi, Vira terus meminta tolong pada Dewa, dengan suara tangisannya yang begitu memekakan telinga. Sementara Dewa bingung harus berbuat apa. Di sisi lain ia merasa kasihan, tetapi ia juga tidak mau bertengkar lagi dengan istrinya."Kalau dia lebih penting, silahkan pergi. Tapi jika aku lebih penting, tetap di sini," ujar Salsa. Bukannya mau egois, tapi ia istrinya. Seharusnya Dewa lebih mementingkan istri dari pada orang lain.Dewa menghela napas, ia bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin ia memaksa pergi, bisa-bisa nanti istrinya tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan si kembar dan sang istri. Dewa menoleh Salsa yang masih memunggunginya, sementara ponselnya masih saja berbunyi.[Maaf, saya tidak bisa. Saya sedang ..... ]Terdengar jika Vira berteriak memanggil kakaknya, bahkan suara tangisannya semakin kencang. Dewa benar-benar merasa tidak tega, ia bingung harus berbuat apa. Mana yang har
Satu minggu telah berlalu, dan selama seminggu ini Salsa tinggal di rumah Bram, bersama dengan si kembar. Sementara Dewa, memilih untuk mengalah, dan setiap dari kantor, ia selalu menyempatkan diri untuk berunjuk ke rumah ayahnya, menemui istri dan anak-anak. Rasanya sehari saja tidak melihat mereka, sudah seperti satu bulan.Lalu, untuk masalah ibunya dan Vira, Dewa masih mencari informasi tentang hubungan mereka berdua. Dewa berharap semoga ibunya tidak menyembunyikan apapun dari dirinya. Sudah cukup dulu Sinta menyembunyikan siapa ayah kandung Dewa. Kali ini, ia tidak ingin ada rahasia lagi yang tersembunyi antara mereka.Sementara itu, Vira juga masih bekerja di kantor Dewa, memang jika diperhatikan, ada yang tidak beres dengan wanita itu. Namun, Dewa akan tetap mempertahankannya, sampai rahasia tentang Vira terkuak. Dan apa hubungannya dengan Sinta, sejak Dewa memergoki kedua wanita itu di rumah sakit, pria berlesung pipi itu menyuruh orang kepercayaan
Keduanya masih beradu pandang, tetapi tiba-tiba ponsel wanita itu berdering. Dengan cepat ia bangkit dan beranjak dari tempat tersebut. Sementara Sinta masih memandangi punggung wanita itu yang kini menghilang di balik dinding."Ya, Allah. Gadis itu ... apa mungkin dia ... tidak mungkin, dia pasti hanya mirip," gumam Sinta, ia pun memilih untuk beranjak pergi. Pikiran Sinta kacau, sudah tua kali ia bertemu gadis itu.Di dalam ruangan, Bram tengah menemani putrinya. Salsa terus merengek meminta pulang, padahal dokter belum mengijinkan. Dan yang membuat Bram berpikir dua kali adalah, Salsa meminta pulang ke rumahnya, bukan ke rumahnya sendiri."Yah, boleh ya. Salsa ingin menenangkan pikiran, Salsa akan membawa si kembar juga," bujuknya. Salsa terus berusaha membujuk ayahnya agar mengijinkan dirinya untuk pulang ke rumahnya.Bram menghembuskan napasnya. "Baiklah, terserah kamu saja, tapi kamu harus izin dulu sama Dewa. Karena bagaiman