Share

Chapter 6

Author: Pemilik Hati
last update Last Updated: 2021-04-29 11:08:34

Setelah menemukan kemejanya, Dewa segera mengangkat panggilan video dari ibunya itu. Pria berlesung pipi itu menutup telinganya saat ibunya yang berada di seberang sana tengah ngomel tidak jelas. Malas rasanya jika harus mendengar omelan sang ibu. Itu sebabnya Dewa memilih untuk menutup telinganya.

[ Dewa, kamu dengerin mama ngomong apa nggak ]

[ Iya, Mamaku Sayang yang paling cantik ]

[ Mama mau lihat, apa ada orang selain kamu di situ ]

[ Nggak ada lah, Ma. Dewa kan sendirian ]

[ Kamu nggak lagi bohongin, Mama kan ]

[ Enggak, Ma ]

[ Ya sudah, udah malam mama mau tidur ]

[ Lah siapa suruh malam-malam pake acara video call segala ]

[ Kamu tuh ya .... ]

Belum sempat Sinta melanjutkan ucapannya, Dewa lebih dulu mematikan sambungan video tersebut. Dewa melempar benda pipih miliknya itu, lalu ia merebahkan tubuhnya di sofa. Pikirannya menjadi kacau, ibunya sudah mulai merasa curiga. Ia jadi berpikir jika wanita yang Salsa maksud adalah Viola. Jika benar itu Viola, berarti keberadaan Salsa terancam.

"Salsa ke sini," panggil Dewa.

Salsa berjalan menghampiri sang suami. "Ada apa? Tadi di suruh ngumpet."

Dewa tersenyum saat melihat istrinya cemberut, lalu dengan cepat pria berlesung pipi itu menarik tangan istrinya hingga Salsa jatuh ke pangkuannya. Salsa terkejut dengan apa yang suaminya lakukan, bahkan bergidik ngeri saat melihat senyum mesum sang suami. Salsa hendak bangkit, tetapi Dewa menahannya, alhasil ia hanya bisa pasrah.

"Mau kemana, hem?" tanya Dewa.

"Aku mau .... "

"Kita lanjutkan yang tadi," potong Dewa dengan cepat. Dan pernyataan itu sukses membuat mata Salsa melotot.

"Tapi, Om .... "

"Tidak ada tapi-tapian, buka gawangnya biar aku bisa mencetak goal lagi." Lagi-lagi Dewa memotong ucapan Salsa.

"Dasar, Om-om mesum," batin Salsa.

"Om mandi dulu sana, bau tahu," punya Salsa, berharap ia bisa lepas dari nafsu suaminya itu.

"Nanti kita mandi bareng, aku mau mencetak goal dulu," ujar Dewa, bahkan ia mulai melepas kancing kemejanya satu persatu.

"Tapi hump .... " 

Dewa membungkam mulut Salsa dengan benda kenyalnya. Ia juga mengunci tangan istrinya agar lebih leluasa. Keduanya kembali melakukan hubungan halal itu.

Pukul satu dini hari Dewa berhasil mencetak dua goal. Tenaganya cukup terkuras habis, kini tubuh kekarnya itu terkapar di samping sang istri. Hanya selimut tebal yang menutupi tubuh polos keduanya. Sementara Salsa sudah berlayar di alam mimpi, mungkin itu semua efek capek setelah berolahraga malam bersama sang suami.

Dewa menoleh ke samping, ia tersenyum saat melihat wajah damai istrinya yang sudah tertidur pulas. Meskipun Salsa belum pandai dalam melayani hasratnya, tetapi ia tetap merasa puas. Dewa yakin lama kelamaan istrinya yang mungil bin konyol itu bisa pandai dalam urusan ranjang, hanya butuh waktu saja.

"Terima kasih ya, Sayang." Dewa mencium kening istrinya, lalu memeluknya seperti bantal guling.

***

Hari telah berganti, pukul tujuh pagi Salsa baru terbangun dari tidurnya. Rasa capek serta rasa nyaman saat tidur dalam dekapan suaminya membuat wanita berambut panjang itu enggan untuk membuka mata. Namun, setelah terbangun ia terkejut saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Salsa bergegas bangkit, tetapi ia sadar jika dirinya masih dalam keadaan polos.

"Om, bangun udah siang. Nanti, Om bisa telat ke kantor." Salsa mengguncang tubuh kekar suaminya.

"Biarin aja, aku capek, Sayang," ujar Dewa dengan mata yang masih terpejam.

"Ish, siapa suruh malam-malam olahraga. Buruan bangun, Om udah jam tujuh." Salsa berdecak, ia kembali mengguncang tubuh suaminya itu.

"Ini hari Minggu, Sayang. Aku libur, jadi aku ingin tidur lagi, sini." Dewa menarik tubuh mungil istrinya dan kembali memeluknya dengan sangat erat.

Alhasil, Salsa memilih menurut, percuma melawan. Justru nanti Dewa akan mengajak olahraga lagi, dan hal itu bisa membuat tulangnya benar-benar remuk. Mata yang sudah terjaga, membuat Salsa tidak bisa memejamkannya kembali. Berbeda dengan sang suami, mungkin efek dari kelelahan yang membuat Dewa mudah tertidur.

Tiga puluh menit kemudian, Salsa memutuskan untuk bangun. Dengan perlahan ia menyingkirkan tangan besar suaminya yang berada di perutnya. Selepas itu, ia bangkit dan beranjak masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Dewa masih pulas dalam berlayar di alam mimpinya. Ia tidak sadar jika istrinya sudah bangun dan mulai mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri.

"Om, aku ke bawah dulu ya, mau beli nasi goreng." Salsa mengguncang lengan kekar suaminya.

"Hem, ya sudah. Tapi jangan lama-lama," sahut Dewa dengan mata yang masih terpejam.

"Iya, Om." Salsa beranjak dari kamar, dan bergegas keluar dari apartemen tersebut.

Selepas Salsa pergi, pintu terdengar suara yang tidak asing baginya. Yaitu suara khas Sinta---ibunya. Dewa yang mendengarnya terlonjak kaget, dan yang lebih mengejutkan adalah. Wanita setengah abad itu sudah masuk ke dalam apartemennya. Dengan panik ia mencari pakaiannya, tetapi naas. Pakaiannya masih berserakan di lantai.

"Dewa, bangun udah siang." Sinta membuka pintu kamar putranya itu.

"Mama ngapain ke sini," sahut Dewa, seraya meraih kemejanya.

"Astaga, Dewa. Kamu ... sejak kapan tidur nggak pakai baju," ujar Sinta, ia merasa heran dengan kelakuan putranya itu. Pasalnya, ia tidak pernah melihat Dewa tidur dengan posisi seperti saat ini, yaitu dengan tubuh polos.

"Dewa, ini lingerie punya siapa?! Kenapa bisa ada ... terus ini bra milik siapa?!" tanya Sinta dengan penuh amarah. Tangannya terulur mengambil lingerie dan bra yang tergeletak di sofa.

"Oh, itu milik teman tidurku, Ma," jawab Dewa dengan santai. Percuma mencari alasan, asalkan Salsa jangan dulu kembali sebelum Sinta pergi dari apartemennya.

"Dewa! Sejak kapan kamu jadi bakal seperti ini hah! Jadi ini kelakuanmu iya. Itu sebabnya kamu memilih tinggal di sini dari pada tinggal sama mama iya!" teriak Sinta, rasanya jantungnya ingin copot mendapati kelakuan putranya yang seperti itu.

Bukannya menjawab, Dewa justru berlalu masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Sinta masih syok dengan apa yang putranya itu lakukan. Bagaimana tidak syok, Sinta mendapati Dewa tidur tanpa pakaian, bukan itu saja. Kondisi ranjang yang berantakan, serta lingerie dan bra berwarna hitam tergeletak di sofa. 

Dua puluh menit kemudian, Dewa selesai mandi, pria dengan balutan kaos berwarna putih dan celana pendek santai keluar dari kamarnya. Ia melihat ibunya tengah duduk di sofa, Dewa berjalan mendekatinya dan duduk berseberangan. Dewa melihat raut wajah ibunya yang memerah, mungkin wanita setengah abad itu sangat marah dan geram terhadap dirinya.

"Dewa, katakan siapa wanita yang ada di apartemen ini?" tanya Sinta.

Dewa terdiam sejenak. "Dia calon istriku, calon ibu dari anak-anakku, dan calon menantu, Mama."

"Siapapun dia, sampai mati aku tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan wanita itu. Wanita yang tidak jelas, wanita murahan. Mama hanya setuju kamu menikah dengan Viola, mengerti!" tegasnya. Dadanya naik turun menahan amarah. Sinta tidak habis pikir jika putranya telah mencintai wanita lain, dan melakukan hal di luar dugaan.

"Terserah, Dewa tidak peduli," ucap Dewa acuh. Ia tidak peduli dengan perjodohan itu, perjodohan yang sama sekali tidak pernah ia harapkan.

"Baik, jika itu keputusanmu. Secepatnya, mama akan mengumumkan pertunanganmu dengan Viola. Mama tidak peduli kamu setuju atau tidak, yang jelas kalian akan segera bertunangan, mengerti," ujar Sinta dengan menahan amarahnya. Setelah itu ia bangkit dan berlalu dari apartemen putranya.

Dewa menghela napas, ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Pikirannya kembali kacau, akhirnya yang ia takutkan terjadi. Dan lama kelamaan pasti pernikahannya dengan Salsa akan terbongkar. Dewa akan memberitahu soal pernikahannya setelah Salsa positif hamil, dengan begitu ibu serta kakeknya pasti akan merestuinya meski dengan terpaksa.

Selang beberapa menit, pintu apartemen kembali terbuka. Terlihat seorang wanita dengan balutan kaos berwarna hitam dan celana hotpants berwarna biru dengan bahan jeans. Dewa mengernyitkan keningnya saat melihat bibir mungil istrinya yang tengah cemberut itu. Rasanya Dewa ingin mencubitnya dengan benda kenyal miliknya.

"Itu bibir dikondisikan, nanti jatuh aku juga ya repot," ujar Dewa, sementara Salsa semakin cemberut dan berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Layaknya anak kecil yang kehilangan balonnya.

"Nasi gorengnya mana? Katanya mau beli. Aku udah lapar nih?" tanya Dewa.

"Udah abis, Om. Udah aku bela-belain ngantri sampai satu meter, nggak tahunya udah abis. Nggak kebagian," adunya. Salsa benar-benar kesal, lantaran ia tidak kebagian nasi goreng kesukaannya.

"Kirain kenapa, tahunya cuma gara-gara nggak kebagian nasi goreng. Sabar, Dewa dalam menghadapi istrimu ini," batin Dewa.

"Ya udah aku bikinin mau?" tawarnya. Dewa berharap istrinya mau ia buatkan nasi goreng.

"Nggak mau, aku maunya beli, Om." Salsa menggelengkan kepalanya.

"Huft, ya udah ayo cari." Akhirnya Dewa memilih untuk mengalah. Ia bangkit dan menarik tangan istrinya lalu beranjak keluar dari apartemennya.

***

Kini keduanya sudah berada di bawah, Salsa meminta untuk berjalan kaki. Alhasil, Dewa pun harus menurutimu, jika tidak bisa-bisa istrinya yang mungil itu ngambek tujuh hari tujuh malam. Sekarang Dewa harus extra sabar dalam menghadapi tingkah dan sifat sang istri. Namun meski demikian, Dewa merasa beruntung bisa memiliki istri unik seperti Salsa, konyol dan aneh.

"Om, itu ada penjual nasi goreng," ujar Salsa, seraya menunjuk ke arah penjual nasi goreng yang berada di pinggiran jalan.

"Salsa, kamu yakin mau .... " belum sempat Dewa melanjutkan ucapannya. Salsa sudah menarik tangannya terlebih dahulu.

"Buruan, Om. Nanti nggak kebagian lagi," ujar Salsa seraya menarik tangan suaminya.

Alhasil, Dewa memilih untuk menurut, kini keduanya sudah berdiri di sebelah tukang nasi goreng tersebut. Mata Dewa melihat dari balik kaca mata hitamnya jika banyak yang antri untuk beli nasi goreng tersebut. Mungkin rasanya enak, sehingga banyak yang antri, sementara itu Salsa segera memesan dua porsi nasi goreng. Ia takut kalau sampai nggak kebagian lagi.

"Bang, nasi gorengnya dua porsi ya. Yang pedes," ucap Salsa pada penjual nasi goreng tersebut.

"Iya, Neng," sahutnya. 

Cukup lama mereka harus menunggu, dan setelah hampir setengah jam menunggu kini nasi goreng itu sudah berada di hadapan Dewa dan Salsa. Aromanya cukup membuat cacing di perut Dewa bernyanyi ingin segera mencicipinya. Jujur, ini adalah pengalaman Dewa untuk yang pertama kali makan di pinggir jalan. Seumur hidupnya ia tidak pernah makan makanan yang di jual di pinggiran jalan.

"Buruan, Om dimakan," ujar Salsa. Ia melirik suaminya yang seperti ragu-ragu untuk memakan nasi goreng yang ada di hadapannya.

"Salsa, kamu yakin .... "

"Om malu makan di pinggiran jalan seperti ini? Kalau, Om tidak mau ya nggak apa-apa. Biar aku aja yang makan, Om kan orang kaya mana doyan orang miskin sepertiku," potong Salsa dengan cepat. Wanita berambut panjang itu nampak acuh dan tak peduli dengan pria yang duduk di sebelahnya. Salsa begitu menikmati setiap suapan nasi goreng yang masuk ke mulutnya.

Perkataan Salsa mampu membuat Dewa terdiam, ia sadar tidak selamanya kekayaan bisa dibanggakan. Ia benar-benar beruntung memiliki istri seperti Salsa, meskipun gadis itu terlahir dari keluarga sederhana. Dewa melirik istrinya yang begitu lahap memakan nasi goreng tersebut. Sampai-sampai ia tidak sadar jika istrinya itu sudah selesai memakan makanannya.

"Kok nggak dimakan, Om." Salsa melihat jika nasi goreng milik suaminya masih utuh.

"alau, Om nggak mau ya udah." Salsa mengambil nasi goreng tersebut. Lalu memanggil tiga orang anak jalanan yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Adek lapar ya, ini dimakan ya. Tapi maaf cuma ada sepiring, nggak apa-apa ya," ujar Salsa pada tiga anak tersebut.

"Tidak apa-apa, Kak. Terima kasih ya," sahut salah satu dari mereka. Sementara Salsa hanya mengangguk dan tersenyum.

Lagi-lagi Dewa terdiam melihat apa yang sang istri lakukan. Dia begitu peduli dengan orang lain, bahkan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Dewa benar-benar beruntung bisa menikahi gadis seperti Salsa. Setelah itu, Dewa segera membayarnya, bahkan ia memesan tiga porsi nasi goreng untuk dibungkus untuk ketiga anak jalanan itu.

Setelah itu, keduanya memutuskan untuk kembali ke apartemen. Ada beberapa tugas kantor yang harus Dewa selesaikan. Dewa berjalan dengan memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Sementara itu Salsa berjalan di sampingnya, terdengar jika sedari tadi Salsa merengek kecapean. Padahal dia sendiri yang meminta untuk berjalan kaki.

"Om, capek." Salsa menarik lengan kekar suaminya.

"Kamu sendiri kan yang minta jalan kaki," sahut Dewa dengan terus melangkahkan kakinya.

Salsa berdecak. "Om, gendong."

Dewa menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "Ya udah buruan."

Dengan penuh semangat, Salsa naik ke punggung suaminya. Setelah itu, Dewa mulai melangkahkan kakinya. Selama dalam perjalanan, Salsa nampak menikmati keindahan kota Jakarta yang selalu padat dengan kendaraan dan pejalan kaki. Namun baru setengah perjalanan, tiba-tiba Salsa menghentikan langkah suaminya.

"Om, berhenti," ujar Salsa, seraya menepuk pundak suaminya.

"Ada apa?" tanya Dewa heran.

"Beli itu dulu, Om." Tangan Salsa menunjuk ke arah penjual gula-gula. Hal tersebut membuat Dewa membulatkan matanya, ia merasa jika istrinya itu masih terlalu bocah.

Related chapters

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 7

    Tidak terasa sebulan telah berlalu, selama sebulan ini Salsa bekerja di restoran milik Sinta, ibunda Dewa sekaligus ibu mertuanya. Selama ini Dewa tidak tahu jika istrinya bekerja di restoran milik ibunya, tetapi pria beralis tebal itu mulai merasa curiga. Pasalnya ia sering mendapati Salsa pulang larut malam. Jika ditanya, istrinya selalu beralasan pergi ke rumah temannya.Seperti malam ini, pukul sembilan Dewa sudah tiba di apartemen, tetapi sang istri belum. Saat ini Salsa masih ada dalam perjalanan pulang, jalanan macet yang membuat Salsa kerap kali pulang terlambat. Sementara itu, Dewa terlihat gelisah, karena istrinya belum juga sampai. Beberapa kali ia menelponnya, tetapi nomor tidak aktif."Salsa, kamu di mana sih. Udah malam belum juga pulang," gumam Dewa dengan kepanikan yang sudah menguasai dirinya.Selang beberapa menit, pintu apartemennya terbuka, seketika Dewa mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang wanita dengan balutan kaos berwarna putih dan

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 8

    Waktu menunjukkan pukul tiga sore, perlahan Salsa membuka kelopak matanya. Seketika terpejam kembali saat cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui jendela kaca. Perlahan Salsa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Setelah cukup lama, Salsa memutuskan untuk bangkit, rasanya tulang belulangnya remuk semua. Dewa benar-benar sudah membuat tubuh Salsa seperti habis dipukuli.Salsa menoleh ke samping kiri, terlihat jika suami mesumnya itu masih berenang di alam mimpi. Ingin rasanya ia membangunkannya, tetapi tidak tega, lagi pula ini sudah sore tidak mungkin Dewa pergi ke kantor lagi. Selepas itu, Salsa memutuskan untuk beranjak dari dari tempat tidur, ia ingin berendam di air agar tubuhnya kembali fresh.Selang dua puluh menit, Salsa keluar dengan memakai handuk kimono. Wanita berambut panjang itu berjalan menuju almari untuk mengambil pakaian. Selepas itu, Salsa segera memakai pakaiannya sebelum sang suami terbangun. Setelah berpamitan, Sal

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 9

    Salsa menyeka air matanya saat melihat suaminya, ia tidak ingin jika Dewa tahu tentang apa yang terjadi tadi di toilet. Salsa bisa saja mengadukan itu semua, tapi ia bukan tipe orang yang suka mengadu. Sementara itu, Dewa langsung menghampiri sang istri dengan perasaan panik. Ia tidak suka melihat wanitanya menangis."Salsa, ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Dewa dengan panik, untung saja tidak ada orang lain selain mereka berdua."Eng-enggak, aku nggak nangis. Tadi habis cuci muka, makanya basah," dustanya. Salsa tidak ingin memperpanjang masalah tersebut.Dewa mengernyitkan keningnya. "Beneran kamu ... tapi matamu merah.""Oh, ini ... katanya, Om ada meeting." Salsa sengaja mengalihkan pembicaraan.Dewa menepuk jidatnya sendiri. "Oh, iya aku sampai lupa. Sekarang kamu ikut aku ke ruangan."Dewa melangkahkan kakinya dengan diikuti oleh Salsa. Wanita berambut panjang itu sedikit kewalahan mengikuti langkah suaminya, bahkan Salsa hampir saja te

    Last Updated : 2021-05-02
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 10

    Dua Minggu sudah kejadian itu berlalu, tetapi Salsa dan Dewa masih saja saling diam. Keduanya terlihat enggan dan canggung saat bertatap muka, bahkan Salsa sering menghindar jika berhadapan dengan sang suami. Hari ini Salsa sengaja datang ke kantor lebih awal, bahkan wanita itu memilih untuk naik taksi dibandingkan berangkat bersama dengan suaminya.Setibanya di kantor, Salsa bergegas untuk masuk ke ruangan. Ia ingat jika ada banyak berkas yang harus ia periksa sebelum diserahkan pada Dewa. Salsa berjalan menuju lantai empat puluh di mana ruangan Dewa berada. Namun langkahnya terhenti saat ada suara yang memanggilnya. Dengan terpaksa Salsa menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara tersebut."Bu Sinta. Mati aku," batin Salsa saat melihat jika ibu mertuanya itu yang sudah memanggilnya."Ikut aku." Sinta menarik tangan Salsa dan membawanya ke toilet."Jadi benar, kamu bekerja di sini?!" tanya Sinta dengan menahan amarahnya."I-iya, maaf kala

    Last Updated : 2021-05-06
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 11

    Setibanya di RS, Salsa segera ditangani oleh dokter, sementara itu Dewa menunggu di luar. Pria berlesung pipi itu terus saja mondar-mandir dengan perasaan yang entah. Dewa berharap semoga tidak terjadi apa-apa dengan sang istri, ia merasa bersalah karena dirinya, Salsa harus seperti ini. Andai saja Dewa bisa lebih tegas, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.Selang beberapa menit, seorang pria datang, yang tak lain adalah Reno. Sahabat sekaligus orang kepercayaan Dewa, ia sengaja menghubunginya karena hanya Reno yang tahu tentang pernikahan itu. Dewa memang sudah menceritakan tentang pernikahannya dengan Salsa, karena ia percaya Reno tidak akan membocorkan rahasia sebelum waktunya tiba."Dewa, bagaimana keadaan Salsa?" tanya Reno, ia juga terlihat panik.Dewa menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, Ren. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Salsa."Reno menepuk pundak Dewa. "Sabar ya, kita do'akan saja semo

    Last Updated : 2021-05-07
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 12

    Dewa masih berada di resto, ia terus memperhatikan Viola yang nampak begitu kesal dengan apa yang ia katakan. Dewa berharap dengan seperti itu, Viola berhenti untuk mengejar-ngejar dirinya dan mau membatalkan perjodohan itu. Dewa sangat paham bagaimana sikap wanita berhidung mancung itu. Dia adalah tipe wanita yang tidak mudah menyerah.Tiba-tiba saja handphone Dewa berdering, dengan segera ia mengeceknya. Setelah dicek tertera nama Salsa di layar ponselnya. Takut ada yang penting Dewa pun segera mengangkatnya.[ Sayang ada apa ][ Dasar pembohong, katanya mau pergi ke kantor. Tapi nggak tahunya lagi berduaan dengan wanita lain ]Tut, tut, tut, belum sempat Dewa menjawab tiba-tiba sambungan telepon terputus. Ia bingung kenapa tiba-tiba Salsa menelepon dan bicara seperti itu, apa mungkin istrinya itu mengikutinya. Namun itu tidak mungkin, jelas-jelas saat Dewa pergi Salsa ada di apartemen. Pikiran Dewa menjadi

    Last Updated : 2021-05-08
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 13

    Pesona Cinta Sang CEOEpisode 13Setelah capek bertengkar kini keduanya sama-sama duduk. Dewa terlihat tengah sibuk dengan ponselnya sementara Surya terlihat mengatur napasnya yang terasa sesak akibat adu mulut tadi dengan cucunya sendiri. Sesekali Surya melirik Salsa yang sedari tadi duduk tanpa mengeluarkan sepatah suara. Pletak, Surya memukul meja yang ada di hadapannya, hal itu membuat Dewa terkejut."Kakek apa-apaan sih, kurang kerjaan banget," ujar Dewa sedikit kesal."Kamu yang apa-apaan, kakeknya datang bukannya di bikinin kopi, ini malah dianggurin. Dasar cucu durhaka," ungkap Surya."Gula mahal, Kek. Jadi jangan minta kopi." Dewa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja tempat untuk membuat kopi."Dasar pelit, sama kakeknya sendiri saja perhitungan," batin Surya. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya diberi cucu seperti Dewa.Saat Dewa tengah si

    Last Updated : 2021-05-09
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 14

    Pesona Cinta Sang CEOEpisode 14Hari ulang tahun Dewa telah tiba, saat ini keduanya sudah dalam perjalanan menuju rumah ibunya. Salsa nampak cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna merah. Rambutnya yang panjang tergerai indah, sementara itu Dewa semakin tampan dengan tuxedo berwarna hitam. Sesekali pria berlesung pipi itu melirik wanitanya yang duduk di sebelahnya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Dewa, ia merasa melihat sang istri tengah gelisah."Em. Aku takut, Om. Aku takut kalau .... ""Jangan takut, percaya sama aku." Dewa menggenggam tangan Salsa, membuat wanita itu merasa lebih tenang.Salsa tersenyum, walaupun dalam hatinya masih saja merasa takut dan juga khawatir. Jujur, Dewa pun demikian, ia juga khawatir jika nanti keluarganya tidak menerima Salsa sebagai bagian dari mereka. Namun, Dewa tidak memperpedulikan hal itu, karena apapun yang terjadi. Ia tidak akan pernah men

    Last Updated : 2021-05-10

Latest chapter

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 54 | Ending

    Lima tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Dewa dan Salsa semakin membaik dan harmonis. Bahkan kini mereka akan kembali di karunia bayi kembar lagi, saat ini Salsa tengah hamil sembilan bulan. Mereka tinggal menunggu waktunya kapan bayi kembar akan lahir, dan itu adalah masa-masa yang tengah Dewa dan Salsa nanti-nantikan.Salsa merasa tenang karena sudah tidak ada lagi pengganggu. Alina dinyatakan meninggal saat kejadian dulu, di mana tubuh wanita itu tertabrak oleh truk. Sejak saat itu, Salsa merasa hidupnya tenang dan juga nyaman. Sementara itu, Vira menjalani kehidupannya dengan Sinta, ia tidak merasa kesepian lagi, kasih sayang yang Vira dambakan, kini telah ia dapatkan."Mas, kok aku tiba-tiba pengen nyium Reno ya," ucap Salsa tiba-tiba. Saat ini ia dan Dewa tengah duduk santai di taman samping rumah."Jangan sembarangan kamu, kalau minta jangan yang aneh-aneh ngapa. Masa ngidam pengen nyium Re

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 53

    Tidak terasa air matanya jatuh tanpa meminta izin. Bahkan ponsel di tangannya ikut jatuh, marah dan kecewa menjadi satu. Tega-teganya orang yang sangat ia percaya berhianat. Salsa tidak pernah menyangka kalau Dewa bisa berbuat hal serendah itu."Kamu tega, Mas. Kamu bilang mau ke kantor, tapi nyatanya ... sudah cukup aku bertahan, aku tidak sanggup lagi," lirihnya, Salsa menyeka air matanya, lalu memandangi si kembar yang tengah tertidur.Selang berapa menit, terdengar suara deru mobil, sudah dapat dipastikan jika itu adalah Dewa. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama pintu kamar terbuka. Terlihat Dewa masuk ke dalam, bahkan pria berlesung pipi itu langsung memeluk tubuh Salsa dari belakang. Namun Salsa hanya diam, bahkan langsung melepas pelukan suaminya itu."Sayang kamu kenapa?" tanya Dewa, kedua alisnya saling bertautan, heran."Tidak usah pura-pura tidak tahu," jawab Salsa. Hatinya terasa sakit dengan foto yang ia terim

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 52

    Kini Salsa sudah tiba di depan ruang rawat Dewa, saat hendak masuk terdengar samar-samar orang bicara dari dalam. Salsa berpikir jika ayahnya sudah sampai, untuk memastikan, Salsa membuka pintu ruangan tersebut. Seketika mata Salsa membulat sempurna saat melihat bukan ayahnya yang berada di dalam, melainkan wanita yang telah lama menghilang, dan sekarang dia kembali lagi."Mau apa kamu kembali lagi, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini!" bentak Salsa. Ia tidak menyangka kalau perempuan itu kembali lagi, perempuan yang sudah banyak membuat rumah tangga Salsa dan Dewa berantakan."Apa kamu lupa kalau aku adalah calon istri, Dewa." Dengan santainya perempuan itu berjalan menghampiri Salsa, dia adalah Alina. Perempuan berhati iblis yang sudah mencelakai Salsa."Sayang, kamu benar kan akan menikahiku?" tanya Alina seraya berjalan menghampiri Dewa yang masih duduk di atas brangkar."Iya." Dewa menganggukan kepalanya."Aku ngga

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 51

    Seketika Salsa dan Bram terkejut mendengar ucapan Vira. Bahkan, dunia serasa berhenti berputar, persendian Salsa terasa lemas seketika. Ia tidak menyangka kalau Vira akan memakai kesempatan ini demi keuntungannya sendiri."Kamu sudah gila! Kamu pikir kamu siapa hah!" bentak Salsa, ia benar-benar geram dengan apa yang Vira ucapkan."Jangan mentang-mentang kamu anak, Mama Sinta. Jadi bisa seenaknya seperti ini, iya." Salsa menatap tajam wanita yang berdiri di sebelah Sinta."Silahkan kamu mau teriak atau apa, aku tidak peduli. Nyawa suamimu ada di tanganku," ujar Vira dengan santai."Kamu bukan Tuhan, jadi kamu tidak bisa menentukannya," sahut Salsa. Seketika Vira menatap tajam ke arah Salsa."Sudah, jangan bertengkar lagi. Salsa, mama minta maaf, jika keputusan mama ini salah. Namun demi kebaikan Dewa, tolong .... ""Enggak, Ma. Aku nggak mau pisah sama, mas Dewa. Bagaimana dengan anak-anak nanti," potong Salsa,

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 50

    Kini Dewa dan Salsa sudah berada di rumah sakit, Dewa langsung mendapat penanganan oleh dokter. Bahkan saat ini pria berlesung pipi itu berada di ruang ICU, kondisinya kritis. Benturan di kepala yang keras membuat Dewa mengalami pendarahan di otak, bahkan saat ini ia membutuhkan donor darah. Namun, sampai sekarang belum ada darah yang cocok.Berbeda dengan Salsa, luka yang ia alami memang tak separah suaminya. Namun, Salsa harus rela kehilangan calon anaknya yang masih dalam kandungan. Akibat benturan yang keras membuatnya keguguran, saat ini Salsa sudah sadarkan diri bahkan ia tengah menemani suaminya yang tergeletak tak berdaya, dengan beberapa alat medis menempel di badan.Sinta, dan Bram sudah ada di rumah sakit, bahkan Arman yang mendengar kabar itu seketika terbang ke Indonesia. Arman memang sosok ayah yang sangat peduli dengan anaknya. Mereka hanya bisa berdo'a semoga Dewa bisa secepatnya mendapatkan donor darah. Arman memang bisa mendonorkan darahny

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapters 49

    Kakek Surya menghembuskan napas terakhirnya, lantaran terkena serangan jantung. Dewa tidak menyangka kalau kakeknya akan pergi dengan cara seperti itu. Begitu juga dengan Sinta. Ia merasa bersalah, karena masalah yang ia ciptakan, menjadi akhir hidup seseorang yang sangat ia sayangi.Jenazah sudah dimandikan, bahkan sudah dikafani dan dishalatkan. Kini mereka tengah menunggu kabar dari makam, apakah sudah selesai membuat makam atau belum. Banyak tetangga, kerabat bahkan teman-teman kakek Surya yang datang. Pengusaha dan para pejabat pun saling berdatangan, terlebih kematian yang mendadak membuat mereka tidak percaya.Dewa duduk tepat di samping kepala almarhum kakek Surya, ia merasa sedih dengan kematian kakeknya yang mendadak itu. Sementara Sinta duduk berseberangan dengan putranya, ia tak kalah sedih, bahkan air matanya terus mengalir. Selang sepuluh menit, Salsa datang bersama dengan Bram. Wanita hamil itu bergegas masuk ke dalam dan duduk di sebelah sua

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 48

    Sementara telepon itu masih saja berbunyi, Vira terus meminta tolong pada Dewa, dengan suara tangisannya yang begitu memekakan telinga. Sementara Dewa bingung harus berbuat apa. Di sisi lain ia merasa kasihan, tetapi ia juga tidak mau bertengkar lagi dengan istrinya."Kalau dia lebih penting, silahkan pergi. Tapi jika aku lebih penting, tetap di sini," ujar Salsa. Bukannya mau egois, tapi ia istrinya. Seharusnya Dewa lebih mementingkan istri dari pada orang lain.Dewa menghela napas, ia bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin ia memaksa pergi, bisa-bisa nanti istrinya tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan si kembar dan sang istri. Dewa menoleh Salsa yang masih memunggunginya, sementara ponselnya masih saja berbunyi.[Maaf, saya tidak bisa. Saya sedang ..... ]Terdengar jika Vira berteriak memanggil kakaknya, bahkan suara tangisannya semakin kencang. Dewa benar-benar merasa tidak tega, ia bingung harus berbuat apa. Mana yang har

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 47

    Satu minggu telah berlalu, dan selama seminggu ini Salsa tinggal di rumah Bram, bersama dengan si kembar. Sementara Dewa, memilih untuk mengalah, dan setiap dari kantor, ia selalu menyempatkan diri untuk berunjuk ke rumah ayahnya, menemui istri dan anak-anak. Rasanya sehari saja tidak melihat mereka, sudah seperti satu bulan.Lalu, untuk masalah ibunya dan Vira, Dewa masih mencari informasi tentang hubungan mereka berdua. Dewa berharap semoga ibunya tidak menyembunyikan apapun dari dirinya. Sudah cukup dulu Sinta menyembunyikan siapa ayah kandung Dewa. Kali ini, ia tidak ingin ada rahasia lagi yang tersembunyi antara mereka.Sementara itu, Vira juga masih bekerja di kantor Dewa, memang jika diperhatikan, ada yang tidak beres dengan wanita itu. Namun, Dewa akan tetap mempertahankannya, sampai rahasia tentang Vira terkuak. Dan apa hubungannya dengan Sinta, sejak Dewa memergoki kedua wanita itu di rumah sakit, pria berlesung pipi itu menyuruh orang kepercayaan

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 46

    Keduanya masih beradu pandang, tetapi tiba-tiba ponsel wanita itu berdering. Dengan cepat ia bangkit dan beranjak dari tempat tersebut. Sementara Sinta masih memandangi punggung wanita itu yang kini menghilang di balik dinding."Ya, Allah. Gadis itu ... apa mungkin dia ... tidak mungkin, dia pasti hanya mirip," gumam Sinta, ia pun memilih untuk beranjak pergi. Pikiran Sinta kacau, sudah tua kali ia bertemu gadis itu.Di dalam ruangan, Bram tengah menemani putrinya. Salsa terus merengek meminta pulang, padahal dokter belum mengijinkan. Dan yang membuat Bram berpikir dua kali adalah, Salsa meminta pulang ke rumahnya, bukan ke rumahnya sendiri."Yah, boleh ya. Salsa ingin menenangkan pikiran, Salsa akan membawa si kembar juga," bujuknya. Salsa terus berusaha membujuk ayahnya agar mengijinkan dirinya untuk pulang ke rumahnya.Bram menghembuskan napasnya. "Baiklah, terserah kamu saja, tapi kamu harus izin dulu sama Dewa. Karena bagaiman

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status