Share

Chapter 9

Author: Pemilik Hati
last update Last Updated: 2021-05-02 10:23:10

Salsa menyeka air matanya saat melihat suaminya, ia tidak ingin jika Dewa tahu tentang apa yang terjadi tadi di toilet. Salsa bisa saja mengadukan itu semua, tapi ia bukan tipe orang yang suka mengadu. Sementara itu, Dewa langsung menghampiri sang istri dengan perasaan panik. Ia tidak suka melihat wanitanya menangis.

"Salsa, ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Dewa dengan panik, untung saja tidak ada orang lain selain mereka berdua.

"Eng-enggak, aku nggak nangis. Tadi habis cuci muka, makanya basah," dustanya. Salsa tidak ingin memperpanjang masalah tersebut.

Dewa mengernyitkan keningnya. "Beneran kamu ... tapi matamu merah."

"Oh, ini ... katanya, Om ada meeting." Salsa sengaja mengalihkan pembicaraan.

Dewa menepuk jidatnya sendiri. "Oh, iya aku sampai lupa. Sekarang kamu ikut aku ke ruangan."

Dewa melangkahkan kakinya dengan diikuti oleh Salsa. Wanita berambut panjang itu sedikit kewalahan mengikuti langkah suaminya, bahkan Salsa hampir saja terjatuh lantaran high heels yang ia gunakan terlalu tinggi. Tidak butuh waktu lama, kini keduanya sudah tiba di ruangan, Salsa terkagum-kagum melihat ruangan kerja suaminya itu. 

"Ini ruangan, apa lapangan sepak bola," gumamnya, Salsa benar-benar terpesona dengan keindahan dan kenyamanan ruangan milik suaminya itu.

"Mulai sekarang kamu akan bekerja di sini, aku sudah menyuruh orang untuk membawa meja serta kelengkapan yang lainnya ke ruangan ini," terang Dewa, sementara Salsa hanya mengangguk sambil terus memperhatikan isi dan desain ruangan tersebut.

"Jadi kita .... " ucapan Salsa terhenti saat pintu ruangan diketuk dari luar.

"Masuk." Dewa berjalan menuju meja kerjanya, lalu menjatuhkan bobotnya di kursi kerjanya.

Pintu terbuka, dua orang security perlahan masuk ke dalam dengan menggotong meja kerja untuk Salsa. Bukan hanya meja, tetapi juga kursi serta kelengkapan yang lainnya. Salsa hanya diam sembari memperhatikan pegawai suaminya bekerja. Ia tidak menyangka jika dirinya akan bekerja satu kantor bahkan satu ruangan dengan pria yang sangat dicintainya, suami mesumnya.

"Letakkan di situ." Dewa menunjuk tempat yang kosong yang berada di sebelah kiri meja kerja miliknya.

"Baik, Tuan," ucap salah seorang security itu.

"Setelah selesai kalian boleh keluar," ujar Dewa, matanya fokus memperhatikan pegawainya bekerja.

"Selesai, Tuan. Kami permisi." Dua security itu bergegas keluar setelah pekerjaan mereka selesai.

Sementara itu, Dewa bangkit dari kursinya dan berjalan menuju meja kerja yang ia siapkan untuk sang istri. Salsa pun mengikuti langkah Dewa, ia terus tersenyum karena semua itu rasanya seperti mimpi. Namun saat menginjak kejadian sewaktu di toilet, membuat pikiran Salsa tidak tenang. Ia takut jika nanti akan ada yang mengusiknya.

"Sekarang kamu duduk di sini," titah Dewa pada sang istri, sementara Salsa bergegas menjatuhkan bobotnya di kursi tersebut.

"Bagaimana, kamu suka?" tanya Dewa, dan dibalas dengan anggukan semangat oleh sang istri.

"Ok, sekarang aku ada meeting. Dan tugas pertamamu adalah, kamu cek data ini. Jika masih ada yang salah tolong dibetulkan," titah Dewa seraya menunjukkan tugas pertama untuk sang istri.

"Ok, Om." Salsa memberi hormat kepada sang suami. Hal itu membuat Dewa semakin merasa gemas pada istri kecilnya itu.

"Anak pintar." Dewa mengacak rambut panjang istrinya. "Ya sudah aku meeting dulu ya, kamu jangan keluar sebelum aku kembali."

"Iya, Om," sahut Salsa dengan tersenyum.

Salsa langsung mengerjakan tugas yang Dewa berikan untuknya, meski ini pertama kali baginya, tetapi wanita berambut panjang itu sangat mudah memahami dan dengan cepat menyelesaikannya. Sementara itu, saat ini Dewa tengah meeting, hari ini jadwalnya begitu padat. Karena setelah meeting nanti, Dewa juga pertemuan dengan kliennya.

***

Waktu makan siang telah tiba, Salsa telah menyelesaikan tugas pertamanya sejak dua jam yang lalu. Sementara itu, saat ini Dewa baru kembali ke ruangannya, ada banyak urusan yang ia tangani. Dewa membuka pintu ruangannya, pertama kali yang ia lihat adalah Salsa yang tengah sibuk menonton video kesukaannya. 

Dewa berjalan mendekati sang istri yang tengah tertawa cekikikan. Salsa sama sekali tidak menyadari jika suaminya telah kembali, ia terlalu fokus pada video di handphonenya. Dewa berdiri tepat di belakang sang istri, ia terus memperhatikan Salsa. Istrinya itu benar-benar masih bocah, sudah menikah tetapi tontonan yang dilihat seperti anak kecil, yaitu Upin Ipin, Tom and Jerry, dan yang lain lagi.

"Sudah selesai nonton Upin Ipinnya?" tanya Dewa, seketika Salsa terlonjak kaget. Bahkan handphonenya hampir saja jatuh.

"Hehe, Om ngagetin aja. Sejak kapan, Om ada di sini?" tanya Salsa dengan cengengesan.

"Sejak seminggu yang lalu. Tugasmu bagaimana, apa sudah selesai." Dewa mengalihkan pandangannya ke meja yang ada di hadapan sang istri.

"Sudah dong." Salsa menyerahkan tugas tersebut pada sang suami.

"Ok. Kamu mau makan siang apa hari ini?" tanya Dewa, seraya menerima tugas tersebut.

"Aku pengen makan seblak yang pedes, Om," jawab Salsa. Hal itu membuat Dewa mengernyitkan keningnya.

"Nggak ada seblak, yang lain aja. Nggak usah yang aneh-aneh," sahut Dewa. Pasalnya akhir-akhir ini permintaan Salsa aneh-aneh. Semalam saja, Salsa minta dibuatkan jus belimbing.

Salsa berdecak sebal. "Ish, Om mah gitu. Orang pengennya seblak, masa disuruh yang lain."

Dewa menghela napas. "Salsa .... "

"Ya udah, aku nggak mau makan," potong Salsa, ia pun bangkit dan berjalan menuju sofa.

Sabar, Dewa mengelus dadanya agar bisa lebih sabar dalam menghadapi istrinya yang unik itu. Tanpa berkomentar lagi, Dewa segera menelepon orang untuk mencarikan seblak, ia tidak ingin melihat sang istri ngambek gara-gara permintaannya tidak dituruti. Setelah menelpon, Dewa berjalan menghampiri sang istri dan duduk disebelahnya.

"Nggak usah manyun seperti itu, udah aku pesenin," ucap Dewa seraya mencolek hidung Salsa.

"Beneran, Om. Makasih ya." Saking senangnya, Salsa langsung memeluk tubuh kekar suaminya. 

"Sama-sama, Sayang." Dewa membalas pelukan sang istri. Bahkan tangannya nakalnya mulai berkeliaran.

"Om, mau ngapain. Ini kantor loh, nanti kalau ada yang lihat gimana," ujar Salsa, saat ia merasa jika tangan suaminya mulai meraba area terlarangnya.

"Yang bilang ini kamar hotel siapa." Dewa mengangkat wajah Salsa dan menatap matanya.

"Om .... " ucapan Salsa terhenti saat Dewa menyambar benda kenyal miliknya.

Salsa berusaha untuk menolak, ia takut jika nanti ada pegawai yang masuk. Namun, Dewa sama sekali tidak peduli, bahkan ia mengunci tangan Salsa agar tidak bisa berkutik. Dewa merebahkan tubuh istrinya ke sofa, dan akhirnya .... 

***

Pukul tiga sore, Dewa akan keluar untuk bertemu dengan kliennya. Ia pun harus meninggalkan Salsa lagi, dan sebelum pergi Dewa akan memberi istrinya itu tugas agar tidak merasa bosan. Dewa segera memakai jasnya dan bersiap-siap untuk bergegas pergi. Sementara itu, Salsa terus memperhatikan apa yang tengah suaminya itu lakukan, betapa bangganya memiliki suami seperti Dewa.

"Salsa, aku mau keluar dulu karena ada pertemuan dengan klienku. Jadi aku akan memberimu tugas lagi agar tidak merasa bosan," ucap Dewa seraya berjalan menghampiri sang istri.

"Tugas apa, Om?" tanya Salsa.

"Kamu tulis tanggal yang ada di berkas ini. Semuanya kamu tulis, jangan sampai ada yang keliru. Kamu paham." Dewa meletakkan beberapa berkas di atas meja Salsa.

"Ok, Om," ucap Salsa dengan tersenyum.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya." Dewa mengacak rambut panjang Salsa, setelah itu ia beranjak keluar dari ruangannya.

Selang dua puluh menit kemudian, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Dengan segera Salsa menoleh ke arah pintu, ia mengira jika harus datang adalah suaminya. Namun dugaannya salah, terlihat dua orang wanita tengah berjalan mendekat. Dua wanita itu yang Salsa lihat saat berada di toilet, ia tidak tahu apa tujuan mereka datang ke ruangan suaminya itu.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya Salsa dengan ramah.

"Ah, enggak. Kami hanya ingin mengantarkan dokumen ini untuk meeting besok. Nanti kamu bilang ya." Mona dan Niken berjalan menghampiri Salsa.

"Oh, baik, nanti akan saya sampaikan," ujar Salsa.

"Sepertinya kamu sedang sibuk," ucap Mona seraya menyerahkan dokumen tersebut.

"Ah, iya. Aku sedang mengerjakan tugas dari, o ... tuan Dewa." Hampir saja Salsa keceplosan.

Tiba-tiba saja, secara sengaja Niken menyenggol gelas yang berisi air putih itu agar tumpah. Dan benar saja, gelas itu roboh sehingga isinya tumpah. Yang membuat Salsa terkejut, airnya mengenai dokumen yang harus Dewa tanda tangani itu. Sementara Mona dan Niken pura-pura panik, padahal itu adalah rencana mereka berdua. Sungguh licik, kelakuan dua pegawai itu.

"Ya ampun, Salsa dokumennya basah," pekik Mona dengan ekspresi wajah yang terlihat panik.

"Duh, gimana nih." Dengan panik Salsa mengangkat dokumen tersebut yang sudah basah.

"Salsa, kamu ceroboh banget sih. Kamu tahu kan kalau dokumen itu akan digunakan, tuan Dewa untuk meeting besok," ujar Mona.

"Nanti, tuan Dewa bisa marah besar kalau tahu dokumen itu basah," timpal Niken.

"Tapi aku tidak .... "

"Ini kesalahan kamu, baru saja bekerja sudah buat masalah," potong Mona dengan cepat.

"Makanya kalau tidak bisa bekerja, jangan sok-sokan bekerja di perusahaan ini," timpal Niken. Perkataan dua wanita itu sungguh pedas di telinga.

"Tapi aku tidak .... "

"Tidak apa .... "

"Sudah-sudah, mending kita keluar aja sebelum, tuan Dewa kembali." Mona memotong ucapan Salsa dan juga Niken. Lalu ia menarik temannya itu untuk keluar dari ruangan Dewa. Kedua wanita itu benar-benar licik.

"Ya Allah, bagaimana ini. Kalau, om Dewa sampai tahu bisa-bisa .... " Salsa menggantung ucapannya, ia tidak bisa membayangkan seperti apa kemarahan Dewa nanti.

"Tulisannya mulai pudar lagi, aku bisa terkena masalah." Salsa mencoba mengeringkan dokumen tersebut.

Salsa terus mencoba mengeringkan dokumen tersebut. Ia benar-benar panik, jika suaminya sampai tahu. Dewa pasti akan marah besar, bahkan dirinya bisa dihukum atas kecerobohannya itu. Namun, Salsa tidak merasa menyenggol gelas itu, tetapi kenapa bisa tumpah. Salsa merasa ada yang tidak beres, tetapi rasa paniknya tidak bisa ia hindari untuk saat ini.

Pukul lima sore Dewa baru kembali, pria berlesung pipi itu bergegas menuju ke ruangannya. Setiba di ruangan, matanya menangkap sosok seorang wanita yang tengah gelisah, bahkan ia melihat mata wanita itu merah. Mungkinkah dua habis menangis, dengan sedikit penasaran Dewa berjalan menghampirinya.

"Salsa, kamu kenapa?" tanya Dewa. Seketika Salsa menoleh ke sumber suara tersebut.

"A-aku, maaf aku benar-benar tidak sengaja. Aku minta maaf, Om aku memang ceroboh." Salsa terus meminta maaf, hal ini membuat Dewa mengernyit heran.

"Maaf untuk apa?" tanya Dewa.

"Ini, Om." Salsa menyodorkan dokumen yang basah itu. Memang sudah sedikit mengering, tetapi tulisannya pudar.

"Salsa ini apa." Dewa menerima berkas tersebut dengan raut wajah yang sudah berubah.

"Tadi mbak Mona sama mbak Niken datang untuk mengantar dokumen itu. Katanya untuk meeting besok, tapi tadi .... " Salsa menggantung ucapannya saat melihat mata Dewa menatapnya dengan tajam.

"Salsa, kamu tahu. Dokumen ini .... " Dewa menggantungkan ucapannya setelah memeriksa berkas tersebut. Entah kecerobohan apa yang sudah sang istri perbuat.

"Salsa, kecerobohan apa yang sudah kamu perbuat. Kamu tahu dokumen ini sangat penting untuk meeting besok tapi kamu ... Salsa kamu bisa kan sedikit bertindak dewasa, jangan ceroboh seperti ini," ujar Dewa dengan menahan amarahnya.

"Maaf." Hanya itu yang mampu Salsa ucapkan. Bahkan air matanya tidak bisa ia bendung.

"Maaf kamu tidak bisa mengembalikan ini semua. Kamu lihat, tulisannya pudar gara-gara .... " Dewa menggantung ucapannya. Meski sudah mencoba untuk bersabar, tetapi kesabaran itu ada batasnya.

"Kamu tahu kan dokumen ini untuk apa, tapi kenapa ... apa kamu tidak pernah diajarkan untuk bersikap dewasa oleh ibumu iya. Meski usianya baru sembilan belas tahun, tapi seharusnya kamu sudah bisa bersikap dewasa!" bentak Dewa. Dadanya naik turun menahan amarah.

"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja." Salsa terus meminta maaf, ia berharap suaminya mau memaafkan kesalahannya itu.

Air mata Salsa semakin deras, baru saja bekerja tetapi sudah mendapat masalah. Meski Salsa wanita yang tegar, tetapi tetap saja ia bisa menangis. Dan yang membuat hatinya terasa sakit saat Dewa menyebut ibunya. Dewa memang belum tahu jika Salsa telah kehilangan seorang ibu.

Dewa berjalan menuju meja kerjanya lalu membanting dokumen tersebut dengan kasar. Pria berlesung pipi itu melepas jasnya seraya mengendurkan dasinya yang terasa sedikit mencekat. Ia melirik ke arah sang istri yang masih menunduk dengan pipi yang sudah basah dengan air mata.

Related chapters

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 10

    Dua Minggu sudah kejadian itu berlalu, tetapi Salsa dan Dewa masih saja saling diam. Keduanya terlihat enggan dan canggung saat bertatap muka, bahkan Salsa sering menghindar jika berhadapan dengan sang suami. Hari ini Salsa sengaja datang ke kantor lebih awal, bahkan wanita itu memilih untuk naik taksi dibandingkan berangkat bersama dengan suaminya.Setibanya di kantor, Salsa bergegas untuk masuk ke ruangan. Ia ingat jika ada banyak berkas yang harus ia periksa sebelum diserahkan pada Dewa. Salsa berjalan menuju lantai empat puluh di mana ruangan Dewa berada. Namun langkahnya terhenti saat ada suara yang memanggilnya. Dengan terpaksa Salsa menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara tersebut."Bu Sinta. Mati aku," batin Salsa saat melihat jika ibu mertuanya itu yang sudah memanggilnya."Ikut aku." Sinta menarik tangan Salsa dan membawanya ke toilet."Jadi benar, kamu bekerja di sini?!" tanya Sinta dengan menahan amarahnya."I-iya, maaf kala

    Last Updated : 2021-05-06
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 11

    Setibanya di RS, Salsa segera ditangani oleh dokter, sementara itu Dewa menunggu di luar. Pria berlesung pipi itu terus saja mondar-mandir dengan perasaan yang entah. Dewa berharap semoga tidak terjadi apa-apa dengan sang istri, ia merasa bersalah karena dirinya, Salsa harus seperti ini. Andai saja Dewa bisa lebih tegas, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.Selang beberapa menit, seorang pria datang, yang tak lain adalah Reno. Sahabat sekaligus orang kepercayaan Dewa, ia sengaja menghubunginya karena hanya Reno yang tahu tentang pernikahan itu. Dewa memang sudah menceritakan tentang pernikahannya dengan Salsa, karena ia percaya Reno tidak akan membocorkan rahasia sebelum waktunya tiba."Dewa, bagaimana keadaan Salsa?" tanya Reno, ia juga terlihat panik.Dewa menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, Ren. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Salsa."Reno menepuk pundak Dewa. "Sabar ya, kita do'akan saja semo

    Last Updated : 2021-05-07
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 12

    Dewa masih berada di resto, ia terus memperhatikan Viola yang nampak begitu kesal dengan apa yang ia katakan. Dewa berharap dengan seperti itu, Viola berhenti untuk mengejar-ngejar dirinya dan mau membatalkan perjodohan itu. Dewa sangat paham bagaimana sikap wanita berhidung mancung itu. Dia adalah tipe wanita yang tidak mudah menyerah.Tiba-tiba saja handphone Dewa berdering, dengan segera ia mengeceknya. Setelah dicek tertera nama Salsa di layar ponselnya. Takut ada yang penting Dewa pun segera mengangkatnya.[ Sayang ada apa ][ Dasar pembohong, katanya mau pergi ke kantor. Tapi nggak tahunya lagi berduaan dengan wanita lain ]Tut, tut, tut, belum sempat Dewa menjawab tiba-tiba sambungan telepon terputus. Ia bingung kenapa tiba-tiba Salsa menelepon dan bicara seperti itu, apa mungkin istrinya itu mengikutinya. Namun itu tidak mungkin, jelas-jelas saat Dewa pergi Salsa ada di apartemen. Pikiran Dewa menjadi

    Last Updated : 2021-05-08
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 13

    Pesona Cinta Sang CEOEpisode 13Setelah capek bertengkar kini keduanya sama-sama duduk. Dewa terlihat tengah sibuk dengan ponselnya sementara Surya terlihat mengatur napasnya yang terasa sesak akibat adu mulut tadi dengan cucunya sendiri. Sesekali Surya melirik Salsa yang sedari tadi duduk tanpa mengeluarkan sepatah suara. Pletak, Surya memukul meja yang ada di hadapannya, hal itu membuat Dewa terkejut."Kakek apa-apaan sih, kurang kerjaan banget," ujar Dewa sedikit kesal."Kamu yang apa-apaan, kakeknya datang bukannya di bikinin kopi, ini malah dianggurin. Dasar cucu durhaka," ungkap Surya."Gula mahal, Kek. Jadi jangan minta kopi." Dewa bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja tempat untuk membuat kopi."Dasar pelit, sama kakeknya sendiri saja perhitungan," batin Surya. Ia tidak habis pikir bisa-bisanya diberi cucu seperti Dewa.Saat Dewa tengah si

    Last Updated : 2021-05-09
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 14

    Pesona Cinta Sang CEOEpisode 14Hari ulang tahun Dewa telah tiba, saat ini keduanya sudah dalam perjalanan menuju rumah ibunya. Salsa nampak cantik dengan gaun panjang tanpa lengan berwarna merah. Rambutnya yang panjang tergerai indah, sementara itu Dewa semakin tampan dengan tuxedo berwarna hitam. Sesekali pria berlesung pipi itu melirik wanitanya yang duduk di sebelahnya."Sayang, kamu kenapa?" tanya Dewa, ia merasa melihat sang istri tengah gelisah."Em. Aku takut, Om. Aku takut kalau .... ""Jangan takut, percaya sama aku." Dewa menggenggam tangan Salsa, membuat wanita itu merasa lebih tenang.Salsa tersenyum, walaupun dalam hatinya masih saja merasa takut dan juga khawatir. Jujur, Dewa pun demikian, ia juga khawatir jika nanti keluarganya tidak menerima Salsa sebagai bagian dari mereka. Namun, Dewa tidak memperpedulikan hal itu, karena apapun yang terjadi. Ia tidak akan pernah men

    Last Updated : 2021-05-10
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 15

    Pukul tujuh Dewa sudah siap dengan baju kantornya. Saat ini pria berkemeja putih itu tengah berdiri di depan cermin sembari mengikat dasi. Sementara itu, Salsa juga tengah bersiap-siap, sejujurnya Dewa melarang sang istri untuk ke kantor. Namun Salsa tetap kekeh, rasanya bosan jika tidak ada aktivitas."Sudah siap?" tanya Dewa."Sudah, Om." Salsa berjalan mengambil jas Dewa, lalu memasangkannya di tubuh kekar suaminya itu."Ya sudah ayo." Dewa menarik tangan Salsa, keduanya pun bergegas keluar dari kamar.Kini keduanya sudah dalam perjalanan menuju kantor, Salsa memilih untuk melihat ke luar jendela. Sementara Dewa lebih fokus untuk menyetir, tetapi kejadian semalam masih saja menari-nari di benaknya. Rasanya ia tidak percaya jika harus kehilangan Salsa dan menikah dengan wanita yang sama sekali tidak ia cintai."Om, ingin punya anak laki-laki atau perempuan?" tanya Salsa, hal itu sontak membuat Dewa terkejut."Maksud kamu." Dewa menoleh den

    Last Updated : 2021-05-12
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 16

    Waktu terus bergulir, tidak terasa dua bulan sudah setelah kejadian tidak menyenangkan di kantor Dewa. Kejadian yang tidak akan pernah terlupakan, di mana rahasia yang sudah tersimpan rapat tiba-tiba terbongkar tanpa adanya rencana. Nasi sudah menjadi bubur, Salsa hanya bisa berdo'a yang terbaik untuk ke depannya. Bangkai akan tercium meski sudah ditutup serapat mungkin.Sekarang Salsa semakin aktif bekerja di kantor suaminya itu. Dewa pernah mengusulkan untuk berhenti, tetapi wanita yang suka bertindak ceroboh itu menolak. Ia ingin tetap bekerja di kantor, walaupun nanti tidak akan mendapatkan gaji, hal itu tidak menjadi masalah. Dan mau tidak mau Dewa menuruti keinginan istri kecilnya itu. Asal Salsa bahagia, dewa juga ikut merasa bahagia.Hari Minggu ini, Salsa memilih untuk berdiam diri di apartemen, rasanya ia sangat malas untuk bergerak. Sementara Dewa saat ini tengah ada urusan dengan kliennya, awalnya Dewa mengajak sang istri untuk i

    Last Updated : 2021-05-13
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 17

    Dengan cepat Salsa mengambil tisu untuk mengelap jas suaminya itu. "Maaf ya, Om aku nggak sengaja."Awalnya Dewa ingin marah, tetapi saat melihat wajah Salsa pucat, ia mengurungkannya. Pria berlesung pipi itu memperhatikan sang istri yang terlihat berbeda. Dewa memilih untuk melepas jasnya, dan juga kemejanya, Salsa yang melihat itu seketika terkejut. Pikiran Salsa benar-benar sudah kemana-mana, entah apa yang ada di otaknya itu."Om mau ngapain? Masa iya pagi-pagi mau .... " ucapan Salsa terhenti saat Dewa menyentil keningnya cukup keras."Mau apa? Jangan mesum tuh otak," potong Dewa, sementara Salsa hanya tersenyum.Setelah melepas jas dan kemejanya Dewa berjalan keluar untuk mengambil kemeja yang bersih. Salsa pun ikut keluar, sementara Dewa terlihat tengah memakai kemejanya. Wanita dengan balutan dress berwarna biru itu memilih untuk duduk di pinggiran ranjang. Perutnya masih saja terasa tidak enak, seperti diaduk-aduk. Sekilas Dewa memperhatikan mimik wa

    Last Updated : 2021-05-15

Latest chapter

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 54 | Ending

    Lima tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Dewa dan Salsa semakin membaik dan harmonis. Bahkan kini mereka akan kembali di karunia bayi kembar lagi, saat ini Salsa tengah hamil sembilan bulan. Mereka tinggal menunggu waktunya kapan bayi kembar akan lahir, dan itu adalah masa-masa yang tengah Dewa dan Salsa nanti-nantikan.Salsa merasa tenang karena sudah tidak ada lagi pengganggu. Alina dinyatakan meninggal saat kejadian dulu, di mana tubuh wanita itu tertabrak oleh truk. Sejak saat itu, Salsa merasa hidupnya tenang dan juga nyaman. Sementara itu, Vira menjalani kehidupannya dengan Sinta, ia tidak merasa kesepian lagi, kasih sayang yang Vira dambakan, kini telah ia dapatkan."Mas, kok aku tiba-tiba pengen nyium Reno ya," ucap Salsa tiba-tiba. Saat ini ia dan Dewa tengah duduk santai di taman samping rumah."Jangan sembarangan kamu, kalau minta jangan yang aneh-aneh ngapa. Masa ngidam pengen nyium Re

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 53

    Tidak terasa air matanya jatuh tanpa meminta izin. Bahkan ponsel di tangannya ikut jatuh, marah dan kecewa menjadi satu. Tega-teganya orang yang sangat ia percaya berhianat. Salsa tidak pernah menyangka kalau Dewa bisa berbuat hal serendah itu."Kamu tega, Mas. Kamu bilang mau ke kantor, tapi nyatanya ... sudah cukup aku bertahan, aku tidak sanggup lagi," lirihnya, Salsa menyeka air matanya, lalu memandangi si kembar yang tengah tertidur.Selang berapa menit, terdengar suara deru mobil, sudah dapat dipastikan jika itu adalah Dewa. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama pintu kamar terbuka. Terlihat Dewa masuk ke dalam, bahkan pria berlesung pipi itu langsung memeluk tubuh Salsa dari belakang. Namun Salsa hanya diam, bahkan langsung melepas pelukan suaminya itu."Sayang kamu kenapa?" tanya Dewa, kedua alisnya saling bertautan, heran."Tidak usah pura-pura tidak tahu," jawab Salsa. Hatinya terasa sakit dengan foto yang ia terim

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 52

    Kini Salsa sudah tiba di depan ruang rawat Dewa, saat hendak masuk terdengar samar-samar orang bicara dari dalam. Salsa berpikir jika ayahnya sudah sampai, untuk memastikan, Salsa membuka pintu ruangan tersebut. Seketika mata Salsa membulat sempurna saat melihat bukan ayahnya yang berada di dalam, melainkan wanita yang telah lama menghilang, dan sekarang dia kembali lagi."Mau apa kamu kembali lagi, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini!" bentak Salsa. Ia tidak menyangka kalau perempuan itu kembali lagi, perempuan yang sudah banyak membuat rumah tangga Salsa dan Dewa berantakan."Apa kamu lupa kalau aku adalah calon istri, Dewa." Dengan santainya perempuan itu berjalan menghampiri Salsa, dia adalah Alina. Perempuan berhati iblis yang sudah mencelakai Salsa."Sayang, kamu benar kan akan menikahiku?" tanya Alina seraya berjalan menghampiri Dewa yang masih duduk di atas brangkar."Iya." Dewa menganggukan kepalanya."Aku ngga

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 51

    Seketika Salsa dan Bram terkejut mendengar ucapan Vira. Bahkan, dunia serasa berhenti berputar, persendian Salsa terasa lemas seketika. Ia tidak menyangka kalau Vira akan memakai kesempatan ini demi keuntungannya sendiri."Kamu sudah gila! Kamu pikir kamu siapa hah!" bentak Salsa, ia benar-benar geram dengan apa yang Vira ucapkan."Jangan mentang-mentang kamu anak, Mama Sinta. Jadi bisa seenaknya seperti ini, iya." Salsa menatap tajam wanita yang berdiri di sebelah Sinta."Silahkan kamu mau teriak atau apa, aku tidak peduli. Nyawa suamimu ada di tanganku," ujar Vira dengan santai."Kamu bukan Tuhan, jadi kamu tidak bisa menentukannya," sahut Salsa. Seketika Vira menatap tajam ke arah Salsa."Sudah, jangan bertengkar lagi. Salsa, mama minta maaf, jika keputusan mama ini salah. Namun demi kebaikan Dewa, tolong .... ""Enggak, Ma. Aku nggak mau pisah sama, mas Dewa. Bagaimana dengan anak-anak nanti," potong Salsa,

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 50

    Kini Dewa dan Salsa sudah berada di rumah sakit, Dewa langsung mendapat penanganan oleh dokter. Bahkan saat ini pria berlesung pipi itu berada di ruang ICU, kondisinya kritis. Benturan di kepala yang keras membuat Dewa mengalami pendarahan di otak, bahkan saat ini ia membutuhkan donor darah. Namun, sampai sekarang belum ada darah yang cocok.Berbeda dengan Salsa, luka yang ia alami memang tak separah suaminya. Namun, Salsa harus rela kehilangan calon anaknya yang masih dalam kandungan. Akibat benturan yang keras membuatnya keguguran, saat ini Salsa sudah sadarkan diri bahkan ia tengah menemani suaminya yang tergeletak tak berdaya, dengan beberapa alat medis menempel di badan.Sinta, dan Bram sudah ada di rumah sakit, bahkan Arman yang mendengar kabar itu seketika terbang ke Indonesia. Arman memang sosok ayah yang sangat peduli dengan anaknya. Mereka hanya bisa berdo'a semoga Dewa bisa secepatnya mendapatkan donor darah. Arman memang bisa mendonorkan darahny

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapters 49

    Kakek Surya menghembuskan napas terakhirnya, lantaran terkena serangan jantung. Dewa tidak menyangka kalau kakeknya akan pergi dengan cara seperti itu. Begitu juga dengan Sinta. Ia merasa bersalah, karena masalah yang ia ciptakan, menjadi akhir hidup seseorang yang sangat ia sayangi.Jenazah sudah dimandikan, bahkan sudah dikafani dan dishalatkan. Kini mereka tengah menunggu kabar dari makam, apakah sudah selesai membuat makam atau belum. Banyak tetangga, kerabat bahkan teman-teman kakek Surya yang datang. Pengusaha dan para pejabat pun saling berdatangan, terlebih kematian yang mendadak membuat mereka tidak percaya.Dewa duduk tepat di samping kepala almarhum kakek Surya, ia merasa sedih dengan kematian kakeknya yang mendadak itu. Sementara Sinta duduk berseberangan dengan putranya, ia tak kalah sedih, bahkan air matanya terus mengalir. Selang sepuluh menit, Salsa datang bersama dengan Bram. Wanita hamil itu bergegas masuk ke dalam dan duduk di sebelah sua

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 48

    Sementara telepon itu masih saja berbunyi, Vira terus meminta tolong pada Dewa, dengan suara tangisannya yang begitu memekakan telinga. Sementara Dewa bingung harus berbuat apa. Di sisi lain ia merasa kasihan, tetapi ia juga tidak mau bertengkar lagi dengan istrinya."Kalau dia lebih penting, silahkan pergi. Tapi jika aku lebih penting, tetap di sini," ujar Salsa. Bukannya mau egois, tapi ia istrinya. Seharusnya Dewa lebih mementingkan istri dari pada orang lain.Dewa menghela napas, ia bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin ia memaksa pergi, bisa-bisa nanti istrinya tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan si kembar dan sang istri. Dewa menoleh Salsa yang masih memunggunginya, sementara ponselnya masih saja berbunyi.[Maaf, saya tidak bisa. Saya sedang ..... ]Terdengar jika Vira berteriak memanggil kakaknya, bahkan suara tangisannya semakin kencang. Dewa benar-benar merasa tidak tega, ia bingung harus berbuat apa. Mana yang har

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 47

    Satu minggu telah berlalu, dan selama seminggu ini Salsa tinggal di rumah Bram, bersama dengan si kembar. Sementara Dewa, memilih untuk mengalah, dan setiap dari kantor, ia selalu menyempatkan diri untuk berunjuk ke rumah ayahnya, menemui istri dan anak-anak. Rasanya sehari saja tidak melihat mereka, sudah seperti satu bulan.Lalu, untuk masalah ibunya dan Vira, Dewa masih mencari informasi tentang hubungan mereka berdua. Dewa berharap semoga ibunya tidak menyembunyikan apapun dari dirinya. Sudah cukup dulu Sinta menyembunyikan siapa ayah kandung Dewa. Kali ini, ia tidak ingin ada rahasia lagi yang tersembunyi antara mereka.Sementara itu, Vira juga masih bekerja di kantor Dewa, memang jika diperhatikan, ada yang tidak beres dengan wanita itu. Namun, Dewa akan tetap mempertahankannya, sampai rahasia tentang Vira terkuak. Dan apa hubungannya dengan Sinta, sejak Dewa memergoki kedua wanita itu di rumah sakit, pria berlesung pipi itu menyuruh orang kepercayaan

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 46

    Keduanya masih beradu pandang, tetapi tiba-tiba ponsel wanita itu berdering. Dengan cepat ia bangkit dan beranjak dari tempat tersebut. Sementara Sinta masih memandangi punggung wanita itu yang kini menghilang di balik dinding."Ya, Allah. Gadis itu ... apa mungkin dia ... tidak mungkin, dia pasti hanya mirip," gumam Sinta, ia pun memilih untuk beranjak pergi. Pikiran Sinta kacau, sudah tua kali ia bertemu gadis itu.Di dalam ruangan, Bram tengah menemani putrinya. Salsa terus merengek meminta pulang, padahal dokter belum mengijinkan. Dan yang membuat Bram berpikir dua kali adalah, Salsa meminta pulang ke rumahnya, bukan ke rumahnya sendiri."Yah, boleh ya. Salsa ingin menenangkan pikiran, Salsa akan membawa si kembar juga," bujuknya. Salsa terus berusaha membujuk ayahnya agar mengijinkan dirinya untuk pulang ke rumahnya.Bram menghembuskan napasnya. "Baiklah, terserah kamu saja, tapi kamu harus izin dulu sama Dewa. Karena bagaiman

DMCA.com Protection Status