Share

Chapter 1

Author: Pemilik Hati
last update Last Updated: 2021-04-29 10:58:29

Seorang wanita dengan balutan baju pengantin, berlari dengan bertelanjang kaki. Sesekali wanita itu menoleh ke arah belakang, untuk memastikan jika telah jauh dari orang-orang yang tengah mengejarnya. Namun sial, tiba-tiba di depan ada sebuah mobil BMW i8 Roadster berwarna silver melintas. Mobil tersebut berhenti tepat di depan wanita itu.

"Aaa." Wanita dengan balutan baju pengantin itu menjerit.

"Sial, cari mati kamu ya," umpat seorang pria pemilik mobil tersebut.

Selepas itu pria berkemeja putih dengan balutan blazer berwarna hitam turun dari mobil mewahnya. Pria beralis tebal itu berjalan menghampiri wanita yang masih berdiri di depan mobilnya. Nampak jika wanita berbaju pengantin itu sangat gusar dan juga panik. Terlebih saat melihat beberapa orang pria berbadan kekar serta ototnya yang besar datang menghampirinya.

"Om, tolong saya. Mereka mau memperk*sa saya. Tolong saya, Om," ucap wanita itu yang terus memohon agar pria tersebut mau menolongnya.

"Sialan, dia pikir aku om-om apa," batin pria tampan pemilik mobil mewah tersebut.

"Mau lari kemana lagi kamu hah!" bentak salah satu dari mereka.

"Salsa! Ayo ikut, budhe pulang. Jangan bikin malu kamu! Ayo pulang!" bentak seorang perempuan. 

"Salsa nggak mau, Salsa nggak mau nikah sama tua bangka itu. Karena, Salsa sudah punya calon suami sendiri," ucap wanita berbaju pengantin itu, yang tak lain adalah Salsa.

Perempuan tersebut tertawa. "Budhe nda percaya, lebih baik sekarang kamu ikut, budhe pulang. Tuan Hendra sudah menunggumu."

"Dia calon suami aku. Iya kan, Sayang." Salsa menarik lengan kekar pria yang berdiri di sampingnya. Bahkan Salsa memeluknya dengan mengedipkan sebelah matanya, untuk memberi kode pada pria itu.

"What, dia ngaku-ngaku sebagai calon istriku. Mimpi apa aku semalam." Pria itu membatin, bahkan ia sama sekali tidak mengerti dengan kode yang Salsa berikan.

"Budhe ndak percaya, buktinya dia diam saja," ujar perempuan itu, seraya menunjuk ke arah pria tampan yang berada di samping Salsa.

"Kalau, Budhe Mira nggak percaya. Nggak apa-apa kok, Salsa nggak maksa," ujar Salsa dengan menatap tajam ke arah Mira.

Salsa kembali mengedip-ngedipkan matanya ke arah pria tersebut. Berharap si pria mau mengerti dengan kode yang ia berikan. Sementara pria tersebut terlihat bingung, hal ini membuat budhe Mira merasa curiga. Namun, tiba-tiba saja hal tak terduga terjadi, pria tersebut seperti mengerti dengan kode yang Salsa berikan padanya.

"Benar, saya calon suaminya. Saya ke sini untuk menjemputnya." Pria beralis tebal itu merangkul pundak Salsa. Hal itu membuat wanita bermata bulat itu tubuhnya seperti tersengat aliran listrik.

Budhe Mira tersenyum. "Kalau begitu buktikan jika situ beneran calon suami Salsa. Nikahi dia sekarang, dan lunasi hutang ibunya. Ibu dia yang punya hutang, saya yang dikejar-kejar."

"Astaga, sudah di suruh pura-pura jadi calon suaminya. Sekarang di suruh nikahi dan lunasi hutang. Dia pikir aku apaan, dasar cewek stres," batin pria tersebut.

"Tapi kalau nggak di tolongin kasihan juga nih cewek. Kelihatannya dia benar-benar butuh pertolongan," batinnya lagi.

"Baik, saya akan nikahi Salsa sekarang juga," ujar pria tersebut. Hal tersebut membuat Salsa seperti mati berdiri.

"Ya sudah, sekarang kalian ikut, budhe pulang." Budhe Mira berjalan meninggalkan tempat tersebut dengan diikuti oleh Salsa dan juga pria tampan itu.

***

Hanya butuh waktu tiga puluh menit kini mereka sudah tiba di sebuah rumah joglo. Meski sederhana tetapi cukup nyaman, pria beralis tebal itu sedikit kaget karena begitu banyak tamu undangan yang datang. Terlihat jika seorang pria setengah abad dengan balutan jas berwarna hitam duduk di depan pak penghulu. Mungkin pria tua itu yang akan dinikahkan dengan Salsa.

"Pantas saja nih cewek tidak mau. Dia lebih pantas jadi bapaknya bukan suaminya," batin pria berlesung pipi itu.

"Siapa pemuda itu?" tanya seorang pria yang tak lain adalah, tuan Hendra.

"Dia mengaku sebagai calon suaminya, Salsa,  Tuan." Budhe Mira menjawab pertanyaan yang, tuan Hendra lontarkan seraya melirik ke arah pria tampan itu.

Tuan Hendra berdiri dan berjalan menghampiri pria tersebut. "Apa benar kamu calon suaminya? Punya uang berapa untuk melunasi hutang Maya."

"Berapa jumlahnya?" tanya pria tua tersebut.

"Semua menjadi lima miliar, beserta bunga yang sudah menumpuk," jawab tuan Hendra.

"Buset, kirain berapa. Ternyata cuma lima miliar," batinnya, pria beralis tebal itu menyunggingkan senyumnya.

"Hanya lima miliar saja?" tanya pria itu dengan menaikkan satu alisnya.

"Heh bocah, jangan belaga sombong kamu! Cepat buktikan kalau kamu bisa melunasinya!" bentak tuan Hendra dengan tatapan mata yang tajam.

"Kenalkan, namaku Dewa. Bukan bocah," ucap pria tampan itu yang tak lain adalah Dewa. Bahkan pria beralis tebal itu mengulurkan tangannya, tetapi dengan kasar tuan Hendra menepisnya.

"Cepat lunasi hutang Mirna, jika kamu tidak ingin merasakan pijatan dari pada anak buahku," ancam tuan Hendra.

"Segini cukup." Dewa menyerahkan cek yang sudah tertulis nominal yang lebih dari cukup untuk melunasi hutang Maya.

"Bagus, kamu boleh miliki Salsa. Ayo kita pergi." Tuan Hendra mencium cek tersebut. Lalu mengajak orang-orangnya untuk meninggalkan tempat tersebut.

Salsa bernapas lega saat melihat tuan Hendra dan anak buahnya sudah pergi. Namun ia masih merasa bimbang dengan pria yang bernama Dewa. Ia merasa jika pria itu adalah dewa penolong untuknya, jika tidak ada dia mungkin sekarang Salsa sudah menjadi istri kelima dari tuan Hendra. Pasalnya pria setengah abad itu sudah memiliki empat orang istri.

"Lalu pernikahan ini bagaimana, Bu?" tanya pak penghulu.

"Iya, pernikahan ini batal atau bagaimana," sambung salah seorang ibu-ibu.

"Ndak batal kok, dia yang akan menikah dengan Salsa." Budhe Mira memegang bahu Dewa dari samping, sembari tersenyum.

"Eh buset, jadi beneran aku harus nikahi gadis ini. Kirain setelah hutang lunas, aku juga bebas," batin Dewa.

"Tapi, Budhe .... "

"Diem, budhe udah bosen ngurusin kamu. Kalau kamu menikah dengan dia, otomatis kehidupanmu akan ditanggung sama suamimu ini, mengerti." Budhe Mira memotong ucapan Salsa, seraya berbisik di telinga wanita itu.

"Baik, kalau begitu kita mulai sekarang saja. Karena saya masih ada urusan lagi," sela pak penghulu.

Dengan terpaksa Dewa harus menikah dengan Salsa, wanita yang baru saja ia temui di jalan. Tidak ada rasa cinta ataupun sayang, tetapi Dewa benar-benar merasa iba melihat kehidupan Salsa. Setelah semua siap, proses ijab qobul pun akan segera di mulai. Dewa tidak tahu nanti setelah menikah harus bagaimana, karena ia tahu jika dirinya sudah dijodohkan dengan Viola, wanita pilihan ibu dan kakeknya.

Pernikahan Dewa dan Salsa berjalan dengan lancar, meski tidak mewah tetapi keduanya telah sah menjadi pasangan suami istri. Kini hanya tinggal Dewa, Salsa dan budhe Mira. Semua tamu undangan sudah pulang, pria beralis tebal itu cukup bingung harus berbuat apa. Ia menikah tanpa sepengetahuan keluarganya, jika nanti kakek serta ibunya tahu. Bisa-bisa Dewa dicincang hidup-hidup oleh keluarganya karena telah menikahi wanita lain.

"Sekarang kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan kamu Salsa, tanggung jawabmu sekarang ada pada suamimu ini loh. Budhe udah bebas, jadi mau ndak mau kamu harus ikut dia," ujar budhe Mira, hal itu membuat Dewa dan Salsa sedikit terkejut.

"Tapi, Budhe .... "

"Ndak ada tapi-tapian. Budhe udah capek ngurusin kamu dan ibumu, sekarang budhe ingin bebas, ngerti kamu." Budhe Mira memotong ucapan Salsa.

"Kasihan juga dia, apa dia tidak punya keluarga lain selain budhe Mira," batin Dewa, ia menoleh ke arah Salsa yang tengah tertunduk. Bahkan mata sendunya seperti sudah berkaca-kaca.

"Budhe tidak perlu khawatir, malam ini juga saya akan membawa Salsa pergi dari rumah ini," sela Dewa.

"Salsa, sekarang kamu beresin barang-barangmu, kita pergi malam ini," titah Dewa dan dibalas dengan anggukan oleh Salsa.

Wanita bermata sendu itu segera beranjak menuju ke kamarnya untuk membereskan barang-barang miliknya. Budhe Mira tersenyum saat melihat Salsa keluar dengan menyeret koper berukuran sedang. Salsa berjalan menghampirinya pria yang telah sah menjadi suaminya. Lebih tepatnya suami dadakan, karena ia tidak pernah berpikir jika akan menikah mendadak dengan pria yang baru saja ditemui.

"Sudah siap?" tanya Dewa untuk memastikan.

"Sudah." Salsa menganggukkan kepalanya.

"Eh tunggu, sebelum kalian pergi. Kamu sebagai suaminya harus membayar ganti ruginya," sergah budhe Mira.

Dewa mengernyitkan keningnya. "Ganti rugi? Ganti rugi apa."

"Heh, kamu pikir selama ini saya menghidupi Salsa itu dengan gratis. Ndak lah, kamu harus bayar biaya hidup Salsa selama tinggal di sini," jelas budhe Mira.

"Jadi selama ini, Budhe ... tapi, Budhe kasihan .... "

"Apa ini cukup." Dewa memberikan selembar cek bertuliskan nominal yang tidak sedikit.

"Wah, ini lebih dari cukup. Sudah, sekarang kalian cepat pergi, jangan pernah kembali lagi ya." Budhe Mira terlihat begitu senang setelah menerima cek tersebut.

"Dasar mata duitan. Rugi besar aku hari ini," batin Dewa. Ia menatap heran pada wanita berusia tiga puluh lima tahunan itu.

Kini Dewa dan Salsa sudah dalam perjalanan, wanita bermata sendu itu tidak tahu kemana pria tampan itu akan membawanya. Mungkinkah ke rumahnya orang tuanya, lalu apa yang akan dikatakan nanti jika menanyakan siapa dirinya. Apakah Dewa akan jujur, tapi sepertinya itu tidak mungkin. Salsa pusing sendiri memikirkan hal itu. Sesekali Salsa melirik pria yang sedari tadi fokus menyetir.

"Om, terima kasih ya atas .... "

"Kamu bilang apa tadi? Coba ulangi  lagi," potong Dewa dengan cepat.

"Om." Salsa menggigit bibir bawahnya saat melihat ekspresi wajah Dewa berubah.

"Kamu pikir aku om-om apa, kamu tidak bisa lihat wajah tampanku ini, yang sudah melewati batas," ujar Dewa dengan rasa percaya dirinya yang begitu tinggi.

Salsa tersenyum saat mendengar Dewa memuji dirinya sendiri. "Kan umur kita beda jauh. Umur, Om udah tiga puluh tahun, lalu umurku baru sembilan belas tahun."

Dewa menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan sedikit kasar. "Terserah kamu lah, ngomong sama bocah emang harus sabar."

Dewa kembali fokus untuk menyetir, sementara Salsa tersenyum lagi saat mendengar ucapan Dewa. Selepas itu, Salsa memilih untuk melihat pemandangan di luar jendela. Bangunan gedung bertingkat menghiasi jalanan ibu kota. Kendaraan berlalu-lalang, menambah keramaian tersendiri. 

***

Pukul sembilan malam mereka baru sampai di apartemen mewah di mana Dewa tinggal. Sebenarnya ia masih tinggal dengan kedua orang tuanya. Hanya saja, untuk sekarang ia tidak mungkin pulang ke rumah dengan membawa seorang istri. Karena mereka tidak tahu jika dirinya telah menikah. Dewa baru saja memarkirkan mobil mewahnya, setelah itu ia akan mengajak Salsa untuk segera turun.

"Salsa, ayo turun kita sudah sampai," ajaknya. Dewa segera melepas sabuk pengamannya.

"Salsa .... " ucapannya terhenti, saat melihat jika istrinya yang baru saja ia nikahi sudah tertidur pulas.

Dewa tersenyum. "Dasar kebo, baru aja jam sembilan udah tidur."

Setelah itu Dewa memutuskan untuk mengangkat tubuh mungil istrinya itu. Sebelum Dewa masuk ke dalam apartemen, ia telah memanggil salah satu bodyguardnya untuk membawakan barang milik Salsa. Setelah itu ia akan menggendong istrinya itu yang sudah tertidur. Dewa tidak tega jika harus membangunkannya, perjalanan yang cukup jauh yang membuat Salsa sampai tertidur.

Kini Dewa sudah tiba di kamar apartemennya, ia segera membaringkan tubuh mungil istrinya itu di atas ranjang. Tak lupa Dewa menyelimutinya agar tidak terasa dingin. Setelah itu, ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Ia ingin merendam tubuhnya agar kembali fresh, agar besok bisa berpikir untuk kedepannya nanti. Karena Dewa harus menyembunyikan dulu statusnya yang kini telah beristri.

"Maafkan aku, karena kita harus menyembunyikan status kita dulu. Aku harus menunggu waktu yang tepat untuk berkata jujur pada kakek dan mamaku," ucap Dewa. Setelah itu ia akan menyusul istrinya itu ke alam mimpi.

Waktu terasa begitu cepat berlalu, dan pagi ini Salsa bangun lebih cepat dari Dewa. Wanita berambut panjang itu merasa ada yang berat, dan juga terasa hangat dan dalam tubuhnya. Perlahan ia merasakan sebuah tangan kekar bergerak memeluknya dengan begitu erat. Seketika Salsa menjerit saat tahu jika Dewa yang telah memeluk tubuhnya. Alhasil Dewa pun terbangun mendengar jeritan sang istri.

"Dasar, Om mesum. Kenapa meluk-meluk, cari kesempatan aja." Salsa mencubit pinggang Dewa, hal ini membuat pria beralis tebal itu menjerit kesakitan.

"Auh, sakit beg*!" jeritnya. Dewa memegangi pinggangnya bekas cubitan maut dari istrinya itu.

"Siapa suruh meluk-meluk. Jangan-jangan, Om udah ... Om pasti udah memperk*sa .... "

"Kalau udah kenapa? Lagi pula kita udah sah, kamu sekarang sudah menjadi istriku. Dan kamu tahu apa tugas dari seorang istri." Dewa memotong ucapan Salsa.

Salsa terdiam, ia membayangkan jika Dewa melakukan hal itu padanya. Ia bergidik ngeri saat bayangan tubuh kekar Dewa menimpa tubuhnya yang mungil itu, bisa-bisa tubuh Salsa remuk. Membayangkan itu semua membuat Salsa menjerit sekencang mungkin. Hal ini tentu saja membuat Dewa menutup telinganya.

"Astaga, baru sehari tinggal bareng udah bikin telingaku sakit. Apa lagi kalau setahun, dasar bocah." Dewa membungkam mulut Salsa dengan kecupan singkat di bibir ranumnya itu. Seketika sang empu membulatkan matanya.

Related chapters

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 2

    Jantung Salsa berdetak lebih cepat, bahkan rasanya seperti mau loncat ke luar angkasa. Salsa tidak menyangka jika pria yang kini statusnya sebagai suaminya itu bisa melakukan hal di luar dugaan. Ia pikir jika Dewa tidak akan berani berbuat hal seperti itu, tetapi dugaannya meleset. Salsa bergegas bangkit tapi niatnya terhenti saat Dewa menarik tubuhnya hingga kembali jatuh di dekapan pria berlesung pipi itu."Mau kemana, hem?" tanya Dewa, ia meletakkan dagunya di pundak Salsa."Om jangan .... ""Jangan apa? Jika aku ingin melakukannya, pasti sudah kulakukan. Tapi aku ingin melakukannya jika kamu benar-benar sudah siap." Dewa memotong ucapan Salsa, setelah itu ia beranjak dari ranjang dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Salsa masih diam setelah mendengar penuturan Dewa, ia pikir jika suaminya itu tipe pria pemaksa, tetapi dugaannya itu salah. Salsa memegangi dadanya yang masih berdetak kencang tak karuan, ini adalah pertama kalinya ia di cium. Dan ora

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 3

    Hari demi hari telah berganti, bahkan Minggu pun sudah berlalu. Pernikahan Dewa dan Salsa baru genap satu Minggu, dan selama seminggu ini wanita berambut panjang itu hanya menghabiskan waktunya di apartemen. Salsa sudah merasa bosan, dan hari ini ia ingin meminta izin untuk keluar dan menghirup udara di luar sana."Om, nanti aku mau keluar. Aku bosan di sini terus," ujar Salsa seraya memakaikan dasi di leher suaminya itu."Mau keluar kemana? Apa nanti nggak nyasar, hem?" tanya Dewa, jujur ia merasa khawatir jika istrinya itu keluar dari apartemennya. Karena memang Salsa belum begitu paham dengan kota Jakarta."Jalan-jalan lah, suntuk tahu di sini terus," jawab Salsa."Ok, tapi jangan jauh-jauh. Kamu belum hafal kota Jakarta, kalau kamu nyasar aku juga yang repot." Dewa pasrah, ia hanya bisa berpesan agar istri kecilnya itu untuk berhati-hati."Iya, Om tidak perlu khawatir." Salsa berjalan untuk mengambil jas. Tak lupa ia memakaikannya di tubuh kekar sua

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 4

    Pukul lima sore Salsa mulai mengerjapkan matanya, perlahan kelompok matanya terbuka sempurna. Salsa mengedarkan pandangannya, ia menangkap sosok pria yang tak lain adalah Dewa, suaminya. Terlihat jika pria berkemeja navy itu tengah duduk di sofa dengan, matanya fokus pada layar leptop yang ada di pangkuannya.Perlahan Salsa bangkit dan duduk, ia melihat jika Dewa benar-benar sibuk dengan leptop yang berada di pangkuannya itu. Salsa teringat akan kejadian siang tadi, di mana Sinta yang tak lain ibu mertuanya itu sudah habis-habisan memaki dan menghinanya. Tak terasa air mata yang sedari tadi ia tahan kini luruh juga. Dewa yang menyadari sang istri sudah bangun, dengan segera ia bangkit dari duduknya."Salsa kamu sudah bangun?" tanya Dewa seraya berjalan menghampiri sang istri."Sudah, Om." Salsa mengangguk lalu dengan cepat menghapus air matanya.Dewa duduk di sebelah istrinya itu, sementara Salsa nampak gelisah. Wanita bermata teduh itu masih memikirkan kejad

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 5

    Hari telah berganti, pukul enam pagi Dewa sudah siap dengan baju kantornya. Sementara Salsa terlihat tengah membuat kopi untuk sang suami. Selesai menyeduh kopi, wanita berambut panjang itu berjalan menghampiri Dewa yang tengah sibuk memasang dasi di lehernya. Salsa menyodorkan secangkir kopi capuccino yang masih mengebul."Kopinya, Om," ucap Salsa."Terima kasih." Dewa menerima kopi tersebut.Perlahan Dewa mulai menyeruput kopi panas tersebut, tetapi belum sempat meneguknya. Tiba-tiba Dewa menyemburkan kopi itu, Salsa yang berdiri di sebelahnya terlonjak kaget. Wanita dengan balutan kaos lengan pendek dan celana di atas lutut itu merasa heran. Apakah kopi yang Salsa buat tidak enak, sampai-sampai Dewa menyemburkannya."Kopinya tidak enak ya, Om?" tanya Salsa."Salsa, kamu buat kopi pakek apa sih. Kok rasanya asin," ujar Dewa dengan menahan amarahnya. Pria berjas hitam itu mengambil tisu untuk

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 6

    Setelah menemukan kemejanya, Dewa segera mengangkat panggilan video dari ibunya itu. Pria berlesung pipi itu menutup telinganya saat ibunya yang berada di seberang sana tengah ngomel tidak jelas. Malas rasanya jika harus mendengar omelan sang ibu. Itu sebabnya Dewa memilih untuk menutup telinganya.[ Dewa, kamu dengerin mama ngomong apa nggak ][ Iya, Mamaku Sayang yang paling cantik ][ Mama mau lihat, apa ada orang selain kamu di situ ][ Nggak ada lah, Ma. Dewa kan sendirian ][ Kamu nggak lagi bohongin, Mama kan ][ Enggak, Ma ][ Ya sudah, udah malam mama mau tidur ][ Lah siapa suruh malam-malam pake acara video call segala ][ Kamu tuh ya .... ]Belum sempat Sinta melanjutkan ucapannya, Dewa lebih dulu mematikan sambungan video tersebut. Dewa melempar benda pipih miliknya itu, lalu ia merebahkan tubuhnya

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 7

    Tidak terasa sebulan telah berlalu, selama sebulan ini Salsa bekerja di restoran milik Sinta, ibunda Dewa sekaligus ibu mertuanya. Selama ini Dewa tidak tahu jika istrinya bekerja di restoran milik ibunya, tetapi pria beralis tebal itu mulai merasa curiga. Pasalnya ia sering mendapati Salsa pulang larut malam. Jika ditanya, istrinya selalu beralasan pergi ke rumah temannya.Seperti malam ini, pukul sembilan Dewa sudah tiba di apartemen, tetapi sang istri belum. Saat ini Salsa masih ada dalam perjalanan pulang, jalanan macet yang membuat Salsa kerap kali pulang terlambat. Sementara itu, Dewa terlihat gelisah, karena istrinya belum juga sampai. Beberapa kali ia menelponnya, tetapi nomor tidak aktif."Salsa, kamu di mana sih. Udah malam belum juga pulang," gumam Dewa dengan kepanikan yang sudah menguasai dirinya.Selang beberapa menit, pintu apartemennya terbuka, seketika Dewa mengalihkan pandangannya. Terlihat seorang wanita dengan balutan kaos berwarna putih dan

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 8

    Waktu menunjukkan pukul tiga sore, perlahan Salsa membuka kelopak matanya. Seketika terpejam kembali saat cahaya matahari masuk ke dalam kamar melalui jendela kaca. Perlahan Salsa mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Setelah cukup lama, Salsa memutuskan untuk bangkit, rasanya tulang belulangnya remuk semua. Dewa benar-benar sudah membuat tubuh Salsa seperti habis dipukuli.Salsa menoleh ke samping kiri, terlihat jika suami mesumnya itu masih berenang di alam mimpi. Ingin rasanya ia membangunkannya, tetapi tidak tega, lagi pula ini sudah sore tidak mungkin Dewa pergi ke kantor lagi. Selepas itu, Salsa memutuskan untuk beranjak dari dari tempat tidur, ia ingin berendam di air agar tubuhnya kembali fresh.Selang dua puluh menit, Salsa keluar dengan memakai handuk kimono. Wanita berambut panjang itu berjalan menuju almari untuk mengambil pakaian. Selepas itu, Salsa segera memakai pakaiannya sebelum sang suami terbangun. Setelah berpamitan, Sal

    Last Updated : 2021-04-29
  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 9

    Salsa menyeka air matanya saat melihat suaminya, ia tidak ingin jika Dewa tahu tentang apa yang terjadi tadi di toilet. Salsa bisa saja mengadukan itu semua, tapi ia bukan tipe orang yang suka mengadu. Sementara itu, Dewa langsung menghampiri sang istri dengan perasaan panik. Ia tidak suka melihat wanitanya menangis."Salsa, ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya Dewa dengan panik, untung saja tidak ada orang lain selain mereka berdua."Eng-enggak, aku nggak nangis. Tadi habis cuci muka, makanya basah," dustanya. Salsa tidak ingin memperpanjang masalah tersebut.Dewa mengernyitkan keningnya. "Beneran kamu ... tapi matamu merah.""Oh, ini ... katanya, Om ada meeting." Salsa sengaja mengalihkan pembicaraan.Dewa menepuk jidatnya sendiri. "Oh, iya aku sampai lupa. Sekarang kamu ikut aku ke ruangan."Dewa melangkahkan kakinya dengan diikuti oleh Salsa. Wanita berambut panjang itu sedikit kewalahan mengikuti langkah suaminya, bahkan Salsa hampir saja te

    Last Updated : 2021-05-02

Latest chapter

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 54 | Ending

    Lima tahun telah berlalu, kehidupan rumah tangga Dewa dan Salsa semakin membaik dan harmonis. Bahkan kini mereka akan kembali di karunia bayi kembar lagi, saat ini Salsa tengah hamil sembilan bulan. Mereka tinggal menunggu waktunya kapan bayi kembar akan lahir, dan itu adalah masa-masa yang tengah Dewa dan Salsa nanti-nantikan.Salsa merasa tenang karena sudah tidak ada lagi pengganggu. Alina dinyatakan meninggal saat kejadian dulu, di mana tubuh wanita itu tertabrak oleh truk. Sejak saat itu, Salsa merasa hidupnya tenang dan juga nyaman. Sementara itu, Vira menjalani kehidupannya dengan Sinta, ia tidak merasa kesepian lagi, kasih sayang yang Vira dambakan, kini telah ia dapatkan."Mas, kok aku tiba-tiba pengen nyium Reno ya," ucap Salsa tiba-tiba. Saat ini ia dan Dewa tengah duduk santai di taman samping rumah."Jangan sembarangan kamu, kalau minta jangan yang aneh-aneh ngapa. Masa ngidam pengen nyium Re

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 53

    Tidak terasa air matanya jatuh tanpa meminta izin. Bahkan ponsel di tangannya ikut jatuh, marah dan kecewa menjadi satu. Tega-teganya orang yang sangat ia percaya berhianat. Salsa tidak pernah menyangka kalau Dewa bisa berbuat hal serendah itu."Kamu tega, Mas. Kamu bilang mau ke kantor, tapi nyatanya ... sudah cukup aku bertahan, aku tidak sanggup lagi," lirihnya, Salsa menyeka air matanya, lalu memandangi si kembar yang tengah tertidur.Selang berapa menit, terdengar suara deru mobil, sudah dapat dipastikan jika itu adalah Dewa. Dan benar saja, tidak butuh waktu lama pintu kamar terbuka. Terlihat Dewa masuk ke dalam, bahkan pria berlesung pipi itu langsung memeluk tubuh Salsa dari belakang. Namun Salsa hanya diam, bahkan langsung melepas pelukan suaminya itu."Sayang kamu kenapa?" tanya Dewa, kedua alisnya saling bertautan, heran."Tidak usah pura-pura tidak tahu," jawab Salsa. Hatinya terasa sakit dengan foto yang ia terim

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 52

    Kini Salsa sudah tiba di depan ruang rawat Dewa, saat hendak masuk terdengar samar-samar orang bicara dari dalam. Salsa berpikir jika ayahnya sudah sampai, untuk memastikan, Salsa membuka pintu ruangan tersebut. Seketika mata Salsa membulat sempurna saat melihat bukan ayahnya yang berada di dalam, melainkan wanita yang telah lama menghilang, dan sekarang dia kembali lagi."Mau apa kamu kembali lagi, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini!" bentak Salsa. Ia tidak menyangka kalau perempuan itu kembali lagi, perempuan yang sudah banyak membuat rumah tangga Salsa dan Dewa berantakan."Apa kamu lupa kalau aku adalah calon istri, Dewa." Dengan santainya perempuan itu berjalan menghampiri Salsa, dia adalah Alina. Perempuan berhati iblis yang sudah mencelakai Salsa."Sayang, kamu benar kan akan menikahiku?" tanya Alina seraya berjalan menghampiri Dewa yang masih duduk di atas brangkar."Iya." Dewa menganggukan kepalanya."Aku ngga

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 51

    Seketika Salsa dan Bram terkejut mendengar ucapan Vira. Bahkan, dunia serasa berhenti berputar, persendian Salsa terasa lemas seketika. Ia tidak menyangka kalau Vira akan memakai kesempatan ini demi keuntungannya sendiri."Kamu sudah gila! Kamu pikir kamu siapa hah!" bentak Salsa, ia benar-benar geram dengan apa yang Vira ucapkan."Jangan mentang-mentang kamu anak, Mama Sinta. Jadi bisa seenaknya seperti ini, iya." Salsa menatap tajam wanita yang berdiri di sebelah Sinta."Silahkan kamu mau teriak atau apa, aku tidak peduli. Nyawa suamimu ada di tanganku," ujar Vira dengan santai."Kamu bukan Tuhan, jadi kamu tidak bisa menentukannya," sahut Salsa. Seketika Vira menatap tajam ke arah Salsa."Sudah, jangan bertengkar lagi. Salsa, mama minta maaf, jika keputusan mama ini salah. Namun demi kebaikan Dewa, tolong .... ""Enggak, Ma. Aku nggak mau pisah sama, mas Dewa. Bagaimana dengan anak-anak nanti," potong Salsa,

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 50

    Kini Dewa dan Salsa sudah berada di rumah sakit, Dewa langsung mendapat penanganan oleh dokter. Bahkan saat ini pria berlesung pipi itu berada di ruang ICU, kondisinya kritis. Benturan di kepala yang keras membuat Dewa mengalami pendarahan di otak, bahkan saat ini ia membutuhkan donor darah. Namun, sampai sekarang belum ada darah yang cocok.Berbeda dengan Salsa, luka yang ia alami memang tak separah suaminya. Namun, Salsa harus rela kehilangan calon anaknya yang masih dalam kandungan. Akibat benturan yang keras membuatnya keguguran, saat ini Salsa sudah sadarkan diri bahkan ia tengah menemani suaminya yang tergeletak tak berdaya, dengan beberapa alat medis menempel di badan.Sinta, dan Bram sudah ada di rumah sakit, bahkan Arman yang mendengar kabar itu seketika terbang ke Indonesia. Arman memang sosok ayah yang sangat peduli dengan anaknya. Mereka hanya bisa berdo'a semoga Dewa bisa secepatnya mendapatkan donor darah. Arman memang bisa mendonorkan darahny

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapters 49

    Kakek Surya menghembuskan napas terakhirnya, lantaran terkena serangan jantung. Dewa tidak menyangka kalau kakeknya akan pergi dengan cara seperti itu. Begitu juga dengan Sinta. Ia merasa bersalah, karena masalah yang ia ciptakan, menjadi akhir hidup seseorang yang sangat ia sayangi.Jenazah sudah dimandikan, bahkan sudah dikafani dan dishalatkan. Kini mereka tengah menunggu kabar dari makam, apakah sudah selesai membuat makam atau belum. Banyak tetangga, kerabat bahkan teman-teman kakek Surya yang datang. Pengusaha dan para pejabat pun saling berdatangan, terlebih kematian yang mendadak membuat mereka tidak percaya.Dewa duduk tepat di samping kepala almarhum kakek Surya, ia merasa sedih dengan kematian kakeknya yang mendadak itu. Sementara Sinta duduk berseberangan dengan putranya, ia tak kalah sedih, bahkan air matanya terus mengalir. Selang sepuluh menit, Salsa datang bersama dengan Bram. Wanita hamil itu bergegas masuk ke dalam dan duduk di sebelah sua

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 48

    Sementara telepon itu masih saja berbunyi, Vira terus meminta tolong pada Dewa, dengan suara tangisannya yang begitu memekakan telinga. Sementara Dewa bingung harus berbuat apa. Di sisi lain ia merasa kasihan, tetapi ia juga tidak mau bertengkar lagi dengan istrinya."Kalau dia lebih penting, silahkan pergi. Tapi jika aku lebih penting, tetap di sini," ujar Salsa. Bukannya mau egois, tapi ia istrinya. Seharusnya Dewa lebih mementingkan istri dari pada orang lain.Dewa menghela napas, ia bingung harus berbuat apa. Tidak mungkin ia memaksa pergi, bisa-bisa nanti istrinya tidak mengizinkan dirinya untuk bertemu dengan si kembar dan sang istri. Dewa menoleh Salsa yang masih memunggunginya, sementara ponselnya masih saja berbunyi.[Maaf, saya tidak bisa. Saya sedang ..... ]Terdengar jika Vira berteriak memanggil kakaknya, bahkan suara tangisannya semakin kencang. Dewa benar-benar merasa tidak tega, ia bingung harus berbuat apa. Mana yang har

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 47

    Satu minggu telah berlalu, dan selama seminggu ini Salsa tinggal di rumah Bram, bersama dengan si kembar. Sementara Dewa, memilih untuk mengalah, dan setiap dari kantor, ia selalu menyempatkan diri untuk berunjuk ke rumah ayahnya, menemui istri dan anak-anak. Rasanya sehari saja tidak melihat mereka, sudah seperti satu bulan.Lalu, untuk masalah ibunya dan Vira, Dewa masih mencari informasi tentang hubungan mereka berdua. Dewa berharap semoga ibunya tidak menyembunyikan apapun dari dirinya. Sudah cukup dulu Sinta menyembunyikan siapa ayah kandung Dewa. Kali ini, ia tidak ingin ada rahasia lagi yang tersembunyi antara mereka.Sementara itu, Vira juga masih bekerja di kantor Dewa, memang jika diperhatikan, ada yang tidak beres dengan wanita itu. Namun, Dewa akan tetap mempertahankannya, sampai rahasia tentang Vira terkuak. Dan apa hubungannya dengan Sinta, sejak Dewa memergoki kedua wanita itu di rumah sakit, pria berlesung pipi itu menyuruh orang kepercayaan

  • Pesona Cinta Sang CEO   Chapter 46

    Keduanya masih beradu pandang, tetapi tiba-tiba ponsel wanita itu berdering. Dengan cepat ia bangkit dan beranjak dari tempat tersebut. Sementara Sinta masih memandangi punggung wanita itu yang kini menghilang di balik dinding."Ya, Allah. Gadis itu ... apa mungkin dia ... tidak mungkin, dia pasti hanya mirip," gumam Sinta, ia pun memilih untuk beranjak pergi. Pikiran Sinta kacau, sudah tua kali ia bertemu gadis itu.Di dalam ruangan, Bram tengah menemani putrinya. Salsa terus merengek meminta pulang, padahal dokter belum mengijinkan. Dan yang membuat Bram berpikir dua kali adalah, Salsa meminta pulang ke rumahnya, bukan ke rumahnya sendiri."Yah, boleh ya. Salsa ingin menenangkan pikiran, Salsa akan membawa si kembar juga," bujuknya. Salsa terus berusaha membujuk ayahnya agar mengijinkan dirinya untuk pulang ke rumahnya.Bram menghembuskan napasnya. "Baiklah, terserah kamu saja, tapi kamu harus izin dulu sama Dewa. Karena bagaiman

DMCA.com Protection Status