Share

Keenam

Penulis: Angelaaas1
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-09 19:30:25

Beberapa hari kemudian, sudah hampir seminggu dia bekerja. Dan selama itu pula, dia selalu diganggu oleh Edward. Pria itu benar-benar menyiksanya selama bekerja. Bagaimana tidak? Pria itu dengan sengaja menambah pekerjaan lain untuk Sia agar Sia selalu lembur dan berakhir di antar pulang oleh pria itu juga.

"Kau terlihat seperti mayat hidup Sia," ujar Lily sambil memakan makanannya.

Mereka berdua sedang makan di kafetaria perusahaan.

Sia mengangguk. "Aku sangat lelah hari ini,"

"Kau lembur lagi?"

Sia mengangguk lagi. "Aku pikir hari-hari ku tidak akan berjalan baik tanpa lembur,"

Lily tertawa pelan. "Aku sendiri tidak mengerti kenapa Pak Edward menyuruhmu banyak hal, apa kalian dekat satu sama lain?"

"Dih! amit-amit dekat sama dia!"

Lagi-lagi Lily tertawa. "Kau sabar saja, siapa tau sikapnya akan berubah, mungkin dia masih sensitif karena kamu terlambat pada saat hari pertama,"

Cih, aku telat juga karena pria sialan itu! Batin Sia bergerutu kesal.

"Omong-omong apa kau ikut Sabtu depan?"

Sambil memberikan saos sambal di baksonya, Sia bertanya. "Acara makan-makan itu ya?"

"Iya, sekaligus kita acara kan kedatanganmu disitu,"

Sambil menguyah Sia membalas. "Acara untuk apa? aku aja dipindahkan karena keteledoran ku, itu akan aneh,"

Lily tertawa. "kan aku bilang, sekaligus dirayakan disitu saja. Lagipula tidak ada salahnya tetap merayakan itu, kamu kan memang karyawan baru di tempat ini,"

Sia mengangguk-angguk. "Aku akan lihat kondisi dulu, jika aku lembur pada saat itu, sudah dipastikan aku tidak akan ikut,"

"Kau terlalu kaku dalam bekerja,"

"Aku bukan kaku, tapi pekerjaan ku selalu menumpuk, bahkan dikantor lamaku, aku jarang seperti ini,"

Lily tertawa. "Mungkin Pak Edward menyukaimu,"

"Itu tidak mungkin, dia mustahil menyukai ku,"

Selesai makan siang, Sia kembali untuk bekerja. Lily lebih dulu meninggalkannya karena Sia sempat ke toilet. Ketika dia hendak masuk ke lift, dia melihat ada Edward yang lebih dulu masuk.

Sia menunduk sekilas untuk menyapa Edward lalu masuk ke dalam lift itu. Hanya ada mereka berdua di lift tersebut. Sia pikir, pria ini baru saja dari basemen.

"Apa kamu telah makan siang?"

Pertanyaan itu membuat Sia yang tadinya menatap lurus pintu lift menjadi menoleh untuk menatap Edward.

Sia mengangguk kecil. "Sudah Pak,"

"Baguslah,"

Sia kembali menatap pintu lift dan menunggu kapan pintu itu terbuka lagi. Jujur saja, dia tidak nyaman berada di lift bersama Edward, apalagi mereka hanya berdua. Mengingat kejadian yang telah mereka lakukan bersama membuatnya masih merasa canggung berlama-lama dengan pria itu.

Ting! Pintu lift terbuka. Sia sudah siap berjalan meninggalkan Edward lebih dulu. Tetapi langkahnya terhenti.

"Datang ke ruangan saya setelah jam kerja selesai,"

Sia menoleh dan mengangguk sekilas lalu segera pergi ke meja kerjanya. Dia kembali fokus bekerja hingga waktu tidak terasa berlalu begitu cepat. Beberapa rekannya sudah ada yang pulang. Mungkin tersisa lima atau enam orang yang masih bekerja.

Dia melirik jam dinding yang terpajang di depan dekat ruangan Edward. Rupanya sudah jam 4 sore. Dia segera bersiap-siap untuk pulang. Beruntungnya dia hari ini tidak lembur lagi dan di atas mejanya tidak ada dokumen yang menumpuk. Ada beberapa berkas tetapi itu pekerjaan untuk besok yang sengaja di letakkan lebih cepat.

Ketika Sia hendak berjalan menuju lift, dia teringat dengan ucapan Edward yang memintanya masuk ke ruangannya setelah jam kerja.

"Ah benar! hampir saja aku lupa," Sia berbalik dan berjalan menuju ruangan Edward.

Dia mengetuknya terlebih dahulu sebelum masuk. Samar-samar Sia mendengar bisikan-bisikan para rekannya yang masih tinggal. Satu hal yang terjadi selain dia pulang malam, rekan-rekan kerjanya yang tidak dekat dengan dirinya telah menyebar rumor buruk tentang dirinya yang terlalu sering masuk ke ruangan Edward.

Sia juga tidak ingin masuk ke ruangan ini, dia merasa jantungnya mau copot setiap diberi pekerjaan baru yang sebenarnya bukanlah tugasnya. Ini sama saja mengganggu pekerjaannya. Namun dia tidak dapat melakukan apapun? jika dia salah melangkah saja, bisa-bisa Edward memecat dirinya.

"Kau sudah selesai?"

"Iya Pak,"

"Duduklah disitu, saya masih memiliki beberapa pekerjaan,"

Loh? Maksudnya gimana ya? Batin Sia bingung tetapi tetap duduk di kursi.

Selama menunggu, dia hanya melihat-lihat sekeliling ruangan yang sudah dia hafal. Bagaimana tidak hafal, dia selalu masuk kesini. Pandangannya berhenti pada Edward yang masih berkutat dengan komputer.

Pesona pria dewasa memang berbeda, Batin Sia.

Edward meletakkan kacamatanya di meja lalu menatap Sia. "Maaf membuat mu menunggu lama,"

Sia hanya terdiam saja mendengar itu. Dia bingung harus menjawab apa. Dia melihat Edward berdiri menghampiri dirinya tetapi dia berhenti sejenak di meja tempat Sia pernah menyusun dokumen. Ada paperbag coklat disitu, Edward mengambilnya kemudian meletakkannya di atas meja kopi dekat kursi tempat Sia duduk.

Sambil mengeluarkan isi paperbag itu, Edward berkata. "Temani saya makan,"

"Eh?" Pandangan Sia tertuju pada makanan yang dibeli oleh Edward.

Anehnya, makanan itu terlihat seperti dua porsi. Sia semakin merasa kurang nyaman sekarang. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh pria di depannya ini. Sia semakin dibuat kewalahan karena perbuatannya.

"Ini makanlah," Edward menyodorkan makanan pada Sia. Refleks Sia menerimanya lalu memegang makanan itu.

Sia menatap Edward yang mulai memakan makanannya. Dia melihat Edward yang lahap menyantap Lasagna atau pasta miliknya.

"Berhenti menatap saya, nikmati makananmu," tegur Edward.

Mendengar itu membuat Sia segera ikut menyantap pasta miliknya. Rasanya begitu gurih, manis dan ada pedasnya. Sangat enak, Sia pikir ini pasta yang mahal. Dari bungkusannya saja sudah terlihat kalau makanan ini dari restoran mahal.

"Bagaimana?" tanya Edward penasaran.

"Saya belum mencobanya Pak," balas Sia pelan. Dia memang baru mau menyantap pasta itu tetapi Edward malah bertanya.

"Oh maaf, saya kira kamu telah mencobanya, cobalah,"

Edward menatap Sia untuk menunggu reaksinya. Tanpa Sia ketahui, Edward begitu mempertimbangkan makanan apa yang perlu dia beli tadi.

"Enak," ucap Sia memberi komentar.

"Baguslah,"

Sia mengangguk dan kembali makan dengan pelan. Dia tau makanan ini enak tetapi baginya situasi ini begitu aneh. Dia sedang makan berdua dengan atasannya sedangkan masih ada rekan kerjanya diluar. Bukankah itu tidak adil?

Setelah makan tiga sendok, Sia berhenti dan meletakkan makanan itu dimeja. Perbuatannya itu membuat Edward keheranan.

"Ada apa? apa makanannya bukan seleramu?" Tanya Edward penasaran.

Sia menggeleng. "Bukan seperti itu Pak, hanya saja saya merasa tidak baik untuk tetap makan bersama Anda sedangkan ada rekan-rekan lain yang masih bekerja," jelas Sia yang membuat Edward mengerti.

Pria itu terdiam sejenak. Dia berdiri lalu memasukkan makanan tadi ke dalam paperbag. Setelah itu dia mengambil dokumen kemudian memberikannya pada Sia.

"Ambil ini, tunggu saya di parkiran basemen,"

"Baik Pak," jawab Sia keheranan. Dia tidak tau apa yang akan dilakukan pria ini.

Ketika dia keluar, rupanya masih ada tiga orang rekan kerjanya yang masih bekerja. Mereka bertiga spontan menatap Sia yang keluar sambil membawa dokumen. Kedua mata Sia bertemu dengan salah satu tatapan ketiga rekannya itu.

"Saya duluan," pamit Sia dan dibalas anggukan atau sahutan dari rekannya itu.

Kira-kira hampir 10 menitan Sia menunggu di parkiran bawah hingga akhirnya Edward keluar dari lift.

"Maaf membuat mu menunggu lama, ikut saya,"

Sia mengangguk lalu mengikuti Edward. Dia berpikir pria itu hanya menyuruhnya membawa dokumen ke dalam mobilnya saja namun dugaannya salah.

"Masuklah, saya antar pulang,"

Sia refleks menggeleng. "Tidak perlu Pak," Sia sudah menyiapkan diri untuk menolak keras ajakan Edward lagi.

"Saya memaksa, cepatlah,"

"Saya juga memaksa Pak, sudah sangat cukup Anda mengantar saya pulang selama saya lembur," jelas Sia berusaha tetap sopan.

Edward menatap Sia lalu berkata. "Sekali lagi izinkan saya mengantar mu,"

Bab terkait

  • Pesona Atasanku   Ketujuh

    Selama diperjalanan Sia dan Edward hanya saling diam satu sama lain. Jujur saja, Sia tidak tau harus basa basi apalagi dengan Edward. Dia rasa dirinya tidak perlu melakukan itu.Apalagi hubungan mereka memang tidak jelas. Dia ingin menyatakan jika mereka hanya sebatas atasan bawahan tetapi Edward selalu perlakukan dirinya berbeda."Terima kasih Pak," ujar Sia pada saat mobil Edward berhenti di depan gedung apartemennya.Edward menatap Sia sebentar sebelum bertanya. "Apa saya bisa makan di tempatmu?""Eh?""Saya bertanya, apa saya bisa makan di tempatmu?"Maksudnya apa nih? Apa yang harus aku katakan? Batin Sia."Hei! saya bertanya,"Sia tersadar. "Apartemen saya begitu kecil Pak,""Saya tidak peduli, saya hanya ingin melanjutkan makan saya tadi,"Oh mau numpang lanjut makan? kirain mau dimasakin, Batin Sia merasa sedikit lega."Kalau Anda memaksa, silahkan ikuti saya,"Edward mengangguk. Mereka berdua keluar dari mobil. Edward berjalan mengikuti Sia sambil menenteng paperbag yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Pesona Atasanku   Kedelapan

    Besoknya Edward benar-benar menjemput Sia. Bahkan pria itu dengan santainya menjemputnya langsung dari pintu apartemen. Karena itu Sia perlu mempersilahkan Edward untuk masuk ke dalam."Apa saya datang terlalu cepat?"Ya iyalah! ini masih jam setengah tujuh woi! Batin Sia."Saya yang lambat bersiap-siap Pak,"Edward mengangguk. "Kamu baru ingin membuat sarapan?""Iya Pak, sekaligus makan siang saya,"Edward yang penasaran dengan cepat berjalan menuju ke dapur dan melihat apa yang dimasak oleh Sia. "Apa yang kamu masak?"Ketika Sia menoleh kebelakang betapa terkejutnya dia saat menyadari jarak antara dia dan Edward begitu dekat. Refleks dia mundur hingga hampir menyentuh wajah panas."Hati-hati," tegur Edward karena kecerobohan Sia.Sia menunduk malu. "Saya bertanya,""Oh iya! Ehm saya hanya membuat ayam kecap dan sayur tumis,"Tatapan Edward jatuh pada isi wajan yang memang terisi oleh ayam yang telah dibumbui."Kau pandai memasak?"Apa pria ini meragukan ku? Batin Sia bertanya."Say

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Pesona Atasanku   Kesembilan

    Sia menyadari orang-orang telah pulang. Tersisa dia dan Edward yang berada di lantai ini. Sia segera berjalan menuju ruangan Edward. Tidak lupa dia mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk.Ketika dia masuk, dia melihat Edward yang sedang menutupi wajahnya menggunakan buku. Apa pria itu tidur? Batin Sia.Sia berjalan mendekat lalu mengetuk pelan meja kerja Edward berharap pria itu bangun. Dan benar saja, Edward terlihat terusik karena ketukan itu. Tangan kanannya menyingkirkan buku di wajahnya dan dapat melihat dengan jelas Sia yang sedang berdiri tidak jauh dari dirinya, jarak mereka hanya terhalangi sebuah meja saja."Kau sudah datang?"Sia mengangguk. "Iya Pak,"Edward terlihat mengangguk sekilas sebelum memperbaiki postur tubuhnya yang tadinya menyender santai di kursi kerja menjadi duduk tegak. "Jam berapa sekarang?"Kedua mata Sia melirik pada jam tangannya lalu menjawab. "Empat lewat 50 menit pak,"Terlihat jelas guratan wajah Edward sedikit kaget. Spontan dia berdiri sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Pesona Atasanku   Pertama

    Kepala Sia merasakan sakit yang luar biasa. Dia berpikir tidak akan menyentuh minuman keras lagi seumur hidupnya. Sia yang menatap tembok memutuskan untuk membalikkan arah tubuhnya menjadi menatap sisi lain. Anehnya ketika dia hendak melakukan itu, dia merasakan sentuhan kulit hangat di sekitar perutnya."Eh?" Sia menurunkan pandangannya pada tubuhnya dan terkejut melihat dirinya yang tidak mengenakan busana. Spontan dia menoleh ke belakang dan melihat pria asing yang tidak mengenakan busana juga memeluknya. "AKH!!" Pekik Sia terkejut.Teriakan itu membuat pria yang memeluknya menjadi terbangun."Selain malam, pagiku juga kau ganggu," ujar pria itu sinis."K-kau siapa?""Apa semalam aku bermain begitu hebat hingga ingatanmu terhapus?" tanyanya dengan nada sarkas."Kau siapa sialan?!""Ok ok....aku Edward,"Ingatan tentang semalam mulai berputar di dalam kepala Sia, membuatnya mengingat hingga detik-detik mereka akan menghabiskan malam bersama. "Ed? Edward? apa yang telah ku lakukan?

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Pesona Atasanku   Kedua

    Sia baru tiba di kantor barunya pukul 11 lewat 24 menit. Sudah dia pastikan kalau dirinya akan menjadi bahan gunjingan orang-orang di kantor. Dengan sekuat tenaga dia menelan rasa malunya demi masuk untuk bekerja. Gambaran tentang dirinya sudah buruk bagi orang-orang. Dimutasi karna kesalahan lalu telat pada hari pertama. Bukankah dia memang pantas mendapatkan gunjingan?Dia melangkah masuk ke kantor lalu mencari letak lift karena kantornya berada di lantai 3. Tidak henti-hentinya dia memanjatkan doa supaya dia tidak di labrak oleh atasan barunya. Bisa-bisa di CV-nya akan tertera kalau dia adalah karyawan yang tidak kompeten. Apalagi dia masih sebagai bawahan. Membayangkan akan menjadi pengangguran membuatnya bergidik ngeri. "Uang sewaku saja begitu mahal, aku harus mempertahankan pekerjaan ini," gumamnya mengingat uang sewa apartemen barunya yang lebih mahal dari apartemen lamanya. Walaupun sudah mencoba negosiasi, uang sewanya masih terbilang mahal.Ting! Suara pintu lift terbuka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Pesona Atasanku   Ketiga

    "Sial! ini baru hari pertamaku dan sekarang aku sudah lembur?" umpat Sia kesal karena diberikan banyak tugas. Dia memaklumi jika dirinya tidak bisa jauh dari kata lembur karena tuntutan kerjanya, hanya saja dia tidak menyangka jika hari ini dia akan lembur. Sia sedang menyalin berkas di sebuah mesin pencetak. Berkasnya cukup tebal dan pria itu memintanya membuat 16 rekapan untuk dipakai rapat besok pagi. Sedari tadi dia tidak berhenti-hentinya mengutuk Edward yang seenaknya menyuruh dia melakukan ini."Ekhem!" Refleks Sia menoleh dan mendapati Edward yang sedang berdiri di belakangnya. "Apa semuanya sudah selesai?"Sia menggeleng. "Belum pak,"Edward mengangguk-angguk. Dia tidak berbicara lagi, dia hanya berdiri di belakang Sia sambil menatapnya.Sia yang tidak diberi pertanyaan lagi memilih untuk kembali fokus bekerja. Sesekali dia menguap karena tidurnya yang kurang. Bagaimana pun, dia hanya tidur beberapa jam saja karena kegiatan mereka itu. Sia menggelengkan kepalanya ketika m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-07
  • Pesona Atasanku   Keempat

    Sia melangkah mendekati Edward yang posisinya sedang tidur. Dia berbaring lurus sambil menutup mata."Apa pria ini tidak pulang semalam?" gumam Sia keheranan. Dia semakin memperhatikan wajah Edward.Dia bahkan berdiri dan berjongkok untuk memperhatikan wajah pria yang pernah menghabiskan malam dengannya.Aku tidak dapat berbohong, wajahnya cukup tampan, Ah tidak! dia memang tampan. Batin Sia."Sampai kapan kamu akan menatap saya?""Eh?!" spontan tubuh Sia menjauh dan membuatnya terkena ujung meja. Sia meringis kesakitan karena perbuatannya itu. Edward memperbaiki posisinya. Dia yang tadinya berbaring menjadi duduk tegak di hadapan Sia. Sambil memperbaiki rambutnya yang sedikit acak-acakan, dia kembali berbicara."Jam berapa sekarang?"Refleks Sia mengecek jam tangannya. "Sekarang jam tujuh lewat 15 menit Pak,"Edward mengangguk-angguk. "Apa kamu sudah mulai bekerja?""Oh itu...saya belum memulainya,""Lalu apa yang kamu lakukan di ruangan saya?""Eh? bukannya Anda meminta saya melak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pesona Atasanku   Kelima

    Sia menjadi karyawan terakhir yang pulang hari ini. Lagi-lagi dia lembur karena pekerjaan yang diberi oleh Edward begitu banyak. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan rutinnya."Oh God...aku benar-benar kelelahan," gumam Sia sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sesekali dia memijat-mijat lengannya yang pegal. Sia meletakkan kepalanya di atas meja, menatap luar jendela yang menunjukkan cahaya dari gedung-gedung yang ada di luar. Begitu indah dan sayang untuk dilewatkan. "Indah," "Benar, itu indah," sahut seseorang di belakang Sia.Refleks Sia terkejut dan menoleh dengan cepat. Dia melihat ada Edward yang sedang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya."Kau melihatku seperti melihat hantu," ujar pria itu sambil menatap Sia dengan tatapan anehnya."Bukan seperti itu, saya hanya terkejut," Sia memperbaiki posisi duduknya. Padahal dia baru saja mau beristirahat."Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Sia dengan sopan. Dia hanya basa basi saja, asli

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08

Bab terbaru

  • Pesona Atasanku   Kesembilan

    Sia menyadari orang-orang telah pulang. Tersisa dia dan Edward yang berada di lantai ini. Sia segera berjalan menuju ruangan Edward. Tidak lupa dia mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk.Ketika dia masuk, dia melihat Edward yang sedang menutupi wajahnya menggunakan buku. Apa pria itu tidur? Batin Sia.Sia berjalan mendekat lalu mengetuk pelan meja kerja Edward berharap pria itu bangun. Dan benar saja, Edward terlihat terusik karena ketukan itu. Tangan kanannya menyingkirkan buku di wajahnya dan dapat melihat dengan jelas Sia yang sedang berdiri tidak jauh dari dirinya, jarak mereka hanya terhalangi sebuah meja saja."Kau sudah datang?"Sia mengangguk. "Iya Pak,"Edward terlihat mengangguk sekilas sebelum memperbaiki postur tubuhnya yang tadinya menyender santai di kursi kerja menjadi duduk tegak. "Jam berapa sekarang?"Kedua mata Sia melirik pada jam tangannya lalu menjawab. "Empat lewat 50 menit pak,"Terlihat jelas guratan wajah Edward sedikit kaget. Spontan dia berdiri sambil me

  • Pesona Atasanku   Kedelapan

    Besoknya Edward benar-benar menjemput Sia. Bahkan pria itu dengan santainya menjemputnya langsung dari pintu apartemen. Karena itu Sia perlu mempersilahkan Edward untuk masuk ke dalam."Apa saya datang terlalu cepat?"Ya iyalah! ini masih jam setengah tujuh woi! Batin Sia."Saya yang lambat bersiap-siap Pak,"Edward mengangguk. "Kamu baru ingin membuat sarapan?""Iya Pak, sekaligus makan siang saya,"Edward yang penasaran dengan cepat berjalan menuju ke dapur dan melihat apa yang dimasak oleh Sia. "Apa yang kamu masak?"Ketika Sia menoleh kebelakang betapa terkejutnya dia saat menyadari jarak antara dia dan Edward begitu dekat. Refleks dia mundur hingga hampir menyentuh wajah panas."Hati-hati," tegur Edward karena kecerobohan Sia.Sia menunduk malu. "Saya bertanya,""Oh iya! Ehm saya hanya membuat ayam kecap dan sayur tumis,"Tatapan Edward jatuh pada isi wajan yang memang terisi oleh ayam yang telah dibumbui."Kau pandai memasak?"Apa pria ini meragukan ku? Batin Sia bertanya."Say

  • Pesona Atasanku   Ketujuh

    Selama diperjalanan Sia dan Edward hanya saling diam satu sama lain. Jujur saja, Sia tidak tau harus basa basi apalagi dengan Edward. Dia rasa dirinya tidak perlu melakukan itu.Apalagi hubungan mereka memang tidak jelas. Dia ingin menyatakan jika mereka hanya sebatas atasan bawahan tetapi Edward selalu perlakukan dirinya berbeda."Terima kasih Pak," ujar Sia pada saat mobil Edward berhenti di depan gedung apartemennya.Edward menatap Sia sebentar sebelum bertanya. "Apa saya bisa makan di tempatmu?""Eh?""Saya bertanya, apa saya bisa makan di tempatmu?"Maksudnya apa nih? Apa yang harus aku katakan? Batin Sia."Hei! saya bertanya,"Sia tersadar. "Apartemen saya begitu kecil Pak,""Saya tidak peduli, saya hanya ingin melanjutkan makan saya tadi,"Oh mau numpang lanjut makan? kirain mau dimasakin, Batin Sia merasa sedikit lega."Kalau Anda memaksa, silahkan ikuti saya,"Edward mengangguk. Mereka berdua keluar dari mobil. Edward berjalan mengikuti Sia sambil menenteng paperbag yang ber

  • Pesona Atasanku   Keenam

    Beberapa hari kemudian, sudah hampir seminggu dia bekerja. Dan selama itu pula, dia selalu diganggu oleh Edward. Pria itu benar-benar menyiksanya selama bekerja. Bagaimana tidak? Pria itu dengan sengaja menambah pekerjaan lain untuk Sia agar Sia selalu lembur dan berakhir di antar pulang oleh pria itu juga."Kau terlihat seperti mayat hidup Sia," ujar Lily sambil memakan makanannya.Mereka berdua sedang makan di kafetaria perusahaan. Sia mengangguk. "Aku sangat lelah hari ini,""Kau lembur lagi?"Sia mengangguk lagi. "Aku pikir hari-hari ku tidak akan berjalan baik tanpa lembur,"Lily tertawa pelan. "Aku sendiri tidak mengerti kenapa Pak Edward menyuruhmu banyak hal, apa kalian dekat satu sama lain?""Dih! amit-amit dekat sama dia!"Lagi-lagi Lily tertawa. "Kau sabar saja, siapa tau sikapnya akan berubah, mungkin dia masih sensitif karena kamu terlambat pada saat hari pertama,"Cih, aku telat juga karena pria sialan itu! Batin Sia bergerutu kesal."Omong-omong apa kau ikut Sabtu depa

  • Pesona Atasanku   Kelima

    Sia menjadi karyawan terakhir yang pulang hari ini. Lagi-lagi dia lembur karena pekerjaan yang diberi oleh Edward begitu banyak. Dia baru saja menyelesaikan pekerjaan rutinnya."Oh God...aku benar-benar kelelahan," gumam Sia sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sesekali dia memijat-mijat lengannya yang pegal. Sia meletakkan kepalanya di atas meja, menatap luar jendela yang menunjukkan cahaya dari gedung-gedung yang ada di luar. Begitu indah dan sayang untuk dilewatkan. "Indah," "Benar, itu indah," sahut seseorang di belakang Sia.Refleks Sia terkejut dan menoleh dengan cepat. Dia melihat ada Edward yang sedang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celananya."Kau melihatku seperti melihat hantu," ujar pria itu sambil menatap Sia dengan tatapan anehnya."Bukan seperti itu, saya hanya terkejut," Sia memperbaiki posisi duduknya. Padahal dia baru saja mau beristirahat."Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya Sia dengan sopan. Dia hanya basa basi saja, asli

  • Pesona Atasanku   Keempat

    Sia melangkah mendekati Edward yang posisinya sedang tidur. Dia berbaring lurus sambil menutup mata."Apa pria ini tidak pulang semalam?" gumam Sia keheranan. Dia semakin memperhatikan wajah Edward.Dia bahkan berdiri dan berjongkok untuk memperhatikan wajah pria yang pernah menghabiskan malam dengannya.Aku tidak dapat berbohong, wajahnya cukup tampan, Ah tidak! dia memang tampan. Batin Sia."Sampai kapan kamu akan menatap saya?""Eh?!" spontan tubuh Sia menjauh dan membuatnya terkena ujung meja. Sia meringis kesakitan karena perbuatannya itu. Edward memperbaiki posisinya. Dia yang tadinya berbaring menjadi duduk tegak di hadapan Sia. Sambil memperbaiki rambutnya yang sedikit acak-acakan, dia kembali berbicara."Jam berapa sekarang?"Refleks Sia mengecek jam tangannya. "Sekarang jam tujuh lewat 15 menit Pak,"Edward mengangguk-angguk. "Apa kamu sudah mulai bekerja?""Oh itu...saya belum memulainya,""Lalu apa yang kamu lakukan di ruangan saya?""Eh? bukannya Anda meminta saya melak

  • Pesona Atasanku   Ketiga

    "Sial! ini baru hari pertamaku dan sekarang aku sudah lembur?" umpat Sia kesal karena diberikan banyak tugas. Dia memaklumi jika dirinya tidak bisa jauh dari kata lembur karena tuntutan kerjanya, hanya saja dia tidak menyangka jika hari ini dia akan lembur. Sia sedang menyalin berkas di sebuah mesin pencetak. Berkasnya cukup tebal dan pria itu memintanya membuat 16 rekapan untuk dipakai rapat besok pagi. Sedari tadi dia tidak berhenti-hentinya mengutuk Edward yang seenaknya menyuruh dia melakukan ini."Ekhem!" Refleks Sia menoleh dan mendapati Edward yang sedang berdiri di belakangnya. "Apa semuanya sudah selesai?"Sia menggeleng. "Belum pak,"Edward mengangguk-angguk. Dia tidak berbicara lagi, dia hanya berdiri di belakang Sia sambil menatapnya.Sia yang tidak diberi pertanyaan lagi memilih untuk kembali fokus bekerja. Sesekali dia menguap karena tidurnya yang kurang. Bagaimana pun, dia hanya tidur beberapa jam saja karena kegiatan mereka itu. Sia menggelengkan kepalanya ketika m

  • Pesona Atasanku   Kedua

    Sia baru tiba di kantor barunya pukul 11 lewat 24 menit. Sudah dia pastikan kalau dirinya akan menjadi bahan gunjingan orang-orang di kantor. Dengan sekuat tenaga dia menelan rasa malunya demi masuk untuk bekerja. Gambaran tentang dirinya sudah buruk bagi orang-orang. Dimutasi karna kesalahan lalu telat pada hari pertama. Bukankah dia memang pantas mendapatkan gunjingan?Dia melangkah masuk ke kantor lalu mencari letak lift karena kantornya berada di lantai 3. Tidak henti-hentinya dia memanjatkan doa supaya dia tidak di labrak oleh atasan barunya. Bisa-bisa di CV-nya akan tertera kalau dia adalah karyawan yang tidak kompeten. Apalagi dia masih sebagai bawahan. Membayangkan akan menjadi pengangguran membuatnya bergidik ngeri. "Uang sewaku saja begitu mahal, aku harus mempertahankan pekerjaan ini," gumamnya mengingat uang sewa apartemen barunya yang lebih mahal dari apartemen lamanya. Walaupun sudah mencoba negosiasi, uang sewanya masih terbilang mahal.Ting! Suara pintu lift terbuka.

  • Pesona Atasanku   Pertama

    Kepala Sia merasakan sakit yang luar biasa. Dia berpikir tidak akan menyentuh minuman keras lagi seumur hidupnya. Sia yang menatap tembok memutuskan untuk membalikkan arah tubuhnya menjadi menatap sisi lain. Anehnya ketika dia hendak melakukan itu, dia merasakan sentuhan kulit hangat di sekitar perutnya."Eh?" Sia menurunkan pandangannya pada tubuhnya dan terkejut melihat dirinya yang tidak mengenakan busana. Spontan dia menoleh ke belakang dan melihat pria asing yang tidak mengenakan busana juga memeluknya. "AKH!!" Pekik Sia terkejut.Teriakan itu membuat pria yang memeluknya menjadi terbangun."Selain malam, pagiku juga kau ganggu," ujar pria itu sinis."K-kau siapa?""Apa semalam aku bermain begitu hebat hingga ingatanmu terhapus?" tanyanya dengan nada sarkas."Kau siapa sialan?!""Ok ok....aku Edward,"Ingatan tentang semalam mulai berputar di dalam kepala Sia, membuatnya mengingat hingga detik-detik mereka akan menghabiskan malam bersama. "Ed? Edward? apa yang telah ku lakukan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status