Robby cukup asik dengan kakak tingkatnya yang dari tadi sudah membicarakan banyak hal. Di meja mereka sudah pesan beberapa gelas beer dan cemilan lainnya. Robby tampak lebih santai seperti tidak ada beban padahal ia sudah meninggalkan Raline yang dari tadi meneriakinya.
“Ngomong-ngomong kamu di kampus terkenal dengan 'bucin', bagaimana sekarang dengan pacarmu?” Robby mendapatkan pertanyaan dari salah satu kakak tingkatnya yang jelas membuatnya kebingungan.
“Ahh.. itu, memang aku begitu di kampus cuma kalau sudah di luar kampus aku juga harus bisa berbaur seperti ini dengan kalian. Pacarku sangat mendukung dan dia baik-baik saja." Robby menjawab dengan segala kebohongan ia tidak ingin citranya hancur cuma gara-gara ia terlalu menjadi budak cinta.
"Tapi, kalian tadi ada yang mendeng
Hari ini Raline nekat bolos kuliah karena suasana hatinya sedang tidak mendukung, benar-benar tidak mendukung. Raline masih mengingat kejadian semalam dan itu bikin Raline malas menyambut harinya di kampus. Ia sengaja bangun agak siang dengan kondisi ponsel yang masih mati, jadi ia merasa tenang tidak ada panggilan masuk dari Geisha ataupun dua laki-laki itu.Ia sedikit meregangkan tubuh karena cahaya sinar matahari telah menyoroti dirinya. Gorden kamar Raline selalu dibuka oleh Rina setiap pukul enam pagi dan sekarang sudah pukul sembilan pagi dimana matahari sedang terik-teriknya. Raline menghela nafas setelah tubuhnya terasa lebih ringan ia mulai mengambil posisi duduk untuk mengumpulkan nyawa sejenak. Mengingat kejadian yang semalam Raline tertawa kecil yang melihat bantalnya basah bekas air mata yang tumpah disana. Ia mengambil dan berusaha mengusap untuk menghilangkan bekasnya.
Mata kuliah sudah hampir selesai dan perasaan Geisha juga tak kunjung tenang. Dari awal ia tahu Raline nggak ada di kelas dan Raline nggak bisa hubungi, Geisha sudah begitu panik yang setiap beberapa menit memeriksa ponselnya juga clinga clingu di kaca kelas. Hari ini mata kuliahnya menghasilkan tugas yang cukup banyak dan berat juga mengharuskan untuk riset. Geisha mencoba mengatur nafas dan mencatat tugas yang sudah ditulis oleh Dosen di papan tulis.“Jika tidak ada pertanyaan lagi maka mata kuliah hari ini saya akhiri dan jangan lupa tugasnya harus di kerjakan sebaik mungkin untuk menunjang nilai kalian yang masih kurang mencukupi.” ucap Dosen yang bertubuh tinggi itu yang kini beliau masih sibuk merapikan laptop dan lain sebagainya. “Segitu saja pertemuan kita hari ini, selamat sore” imbuh Dosen itu lalu berjalan meninggalkan kelas.
“Senang bertemu denganmu” ucap Geisha ketika menyusuri taman kota untuk mencari tempat yang lebih sepi ketimbang di kedai kopi tadi. “Aku lebih senang lagi kalau jalan berdua denganmu seperti ini” jawab seseorang itu. “Lagi merayu ku? Nggak semudah itu, Tino, hahaha” Yap, seseorang itu adalah Tino. Niatnya dia mau mencari suasana baru dan ingin mencicipi menu baru yang lagi diskon di kedai tersebut, ternyata keadaan tidak mendungkung. Tapi, di balik kedai kopi yang ramai itu Tino bisa berkenalan dengan Geisha yang menurutnya perempuan yang cantik, bikin dia penasaran dan tentunya bukan cewek dari dunia maya, satu lagi Geisha nggak jaim orangnya. Mereka menyusuri taman kota sambil menikmati ice cream yang Tino beli di pedagang kaki lima. Ice cream rasa strawberry adalah rasa kesukaan Geisha. "Jadi, kamu masih kuliah?" tanya Tino supaya ada bahan pembicaraan. "Yap dan lagi pusing-pusingnya hehe lagi banyak-banyaknya tugas" "Sering ke tempat tadi?" "Nggak, baru itu tadi dan itu ju
Raline rasa ini tidak terlalu pagi untuk datang kerumah Robby. Setelah ia memberi waktu kepada dirinya sendiri, orang selanjutnya yang ia cari adalah Robby. Sekarang Raline sedang membenarkan bajunya dan mengatur nafas di depan pagar rumah Robby. Hari ini ia tidak membawa motor karena ia ingin berangkat bersama Robby dengan datang ke rumahnya seperti ini.Jari Raline sudah menekan bel yang ada di pagar dan bel itu sudah berbunyi selama tiga kali. Penjaga rumah Robby keluar dengan berlari, penjaga rumah itu terlihat seperti sibuk di dapur karena di pundaknya masih terdapat kain serbet."Tante Eni sama Robby ada?" Raline langsung bertanya pada intinya"Ada kok.. Ibu ada di meja makan" penjaga rumah itu terlihat cengar cengir dan memperhatikan Raline dari atas sampai bawah. "Ini Mbak Raline, kan?" pen
Ada yang beda dari Geisha hari ini ia sedang dibuat senang dan berbunga-bunga di depan ponselnya. Nggak menutup kemungkinan pesan yang masuk dari Toni membuat warna pagi Geisha begitu cerah.Ia berjalan menuju kelas sambil sibuk membalas pesan dari Tino yang sedari tadi masih berusaha merayunya. "Hari ini cerah sepertinya karena senyummu yang terlalu manis." kalimat itu tertera di gelembung pesan."Dimana cerah? Di sini nggak begitu cerah""Ahh, berarti memang senyummu yang membuatku secerah ini"Geisha tersipu malu dan berusaha menahan untuk tidak langsung terbawa perasaan. Geisha masih menanamkan pikiran kalau mereka baru saja bertemu dan jangan langsung pakai hati.Geisha mengatakan kepada Tin
"Beneran nggak mau aku anter aja?" Geisha berdiri di samping Raline yang sedang memilih minuman di stan Mbak Siti ia sedang menemani Raline yang mau pulang menggunakan ojek online. Sebenarnya Geisha sedikit khawatir dengan temannya itu karena terlihat Raline sedang tidak baik-baik saja.“I am ok, Ge. Ini aku langsung ke kost Ifan kok.” Raline membalikan badan sambil membuka tutup botol minuman yang ia pegang sekarang. “Pokoknya jangan kasih tahu ke Robby dulu tentang aku” sambung Raline sambil berjalan menuju gerbang kampus.Kata teman-teman Robby hari ini Robby penuh mata kuliah dan ada presentasi juga, jadi kemungkinan ia bakal pulang lebih sore dan mereka tidak akan bertemu di area kampus.“Tapi, aku yakin kok, Line, hubunganmu sama Robby masih bisa diselamatkan&rdq
Raline tersenyum puas dengan hasil masakannya yang sekarang sedang disajikan diatas piring oleh Ifan. Raline pernah beberapa kali melihat video di internet kalau makanan akan terlihat lebih menarik kalau dihias dengan dedaunan, sisa bahan masak atau saus yang dipakai dalam masakan tersebut. Di pikiran Raline hanya terlintas saus tomat dan keju yang tersisa. Raline berusaha mencoba mengambil alih pekerjaan Ifan."Kamu mau ngapain?" Ifan mundur secara perlahan dengan ekspresi wajah yang kebingungan."Mau menghias makanan ini supaya terlihat lebih cantik""Aku nggak mau!" Ifan melipat kedua tangannya di dada sambil memanyunkan bibir."Kenapa?" Raline menengok ke Ifan"Biarkan kecantikan itu hanya milik ka
Geisha meregangkan tubuhnya setelah mengerjakan tugas. Ia memeriksa ponselnya yang dari tadi sepi tidak ada pesan atau panggilan masuk dari Raline. "Hmm.. mungkin dia sedang bersenang-senang"Geisha melihat jam di dinding kamar, waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam dan perutnya sudah mulai bunyi karena kelaparan. Tanpa berpikir panjang ia langsung memakai jaket dan mengambil kunci motornya ia ingin makan di restoran cepat saji yang tidak jauh dari rumahnya. Pilihan yang tepat untuk perut yang sudah sulit diajak kerja sama itu. Bukan hanya sekali Geisha milih jalan ninja seperti itu seringkali ia begitu dengan alasan supaya cepat saja.Pikirannya yang dari tadi fokus ke tugas kini ia alihkan dengan mendengarkan lagu dari ponselnya ia hampir mirip dengan Raline yang suka mendengarkan lagu saat berkendara. Buat mereka melakukan itu seakan punya dun