Setelah menanam sayur, aku membuatkan kue untuk diriku sendiri dalam rangka merayakan kehidupan baruku. Kelak, aku tidak ingin hidup demi siapa pun lagi. Aku mau hidup demi diriku sendiri.Seusai makan kue, aku berbaring di sofa dengan nyaman sambil menonton TV. Laut yang ditampilkan di layar TV terlihat sangat indah dan luas. Aku tiba-tiba menyadari aku tidak pernah berlibur sekali pun selama hidupku.Aku pun mencari panduan tentang berlibur dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Cito, sebuah kota pesisir dalam negeri. Kemudian, aku membeli tiket kereta api dan segera berangkat dengan membawa sebuah koper kecil.Saat berdiri di tepi pantai, aku merentangkan kedua tanganku dan merasakan angin yang menerpaku. Saat ini, aku merasakan kenyamanan dan kebebasan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku juga merasa seperti baru menemukan arti hidup dan benar-benar hidup.Aku mengunjungi banyak tempat wisata lokal dan mencicipi berbagai makanan khas tempat ini. Setiap tempat meninggalkan
Keesokan harinya, baru saja aku bangun dan keluar dari kamar hotel, aku langsung melihat Yulia yang duduk di depan pintu kamarku. Dia buru-buru berdiri dan terlihat tegang.“Kalau kamu bukan mau bicara soal cerai, pergi!”“Larry, aku .... Apa kamu benar-benar nggak bisa kasih aku satu kesempatan lagi?”“Yulia, nggak usah sandiwara lagi. Buat apa kamu sandiwara di sini? Bukannya begitu cerai denganku, kamu bisa langsung bersama pria liar itu secara terang-terangan? Kamu seharusnya merasa gembira.”“Kamu benar-benar nggak akan kasih tahu anak-anak atau bocorkan hal ini?”Aku melihat wanita tua yang masih tetap memancarkan keanggunan itu. Tiba-tiba, aku merasa diriku sangat menyedihkan. Kenapa aku bisa menyukai orang sepertinya?“Jangan omong kosong lagi! Kita urus prosedur cerai sekarang juga! Kalau nggak, aku akan tempel poster kalian di papan pengumuman sekolahmu biar reputasimu hancur!”Yulia akhirnya setuju untuk bercerai denganku. Dengan syarat aku menjaga rahasianya, dia akan membe
Sejak itu, aku mulai melewati kehidupan yang kuinginkan. Akun media sosialku juga menjadi makin viral. Waktu senggang, aku juga akan melakukan siaran langsung sesekali. Ada banyak orang yang melontarkan pertanyaan padaku, juga memujiku tampan dan berwibawa. Mereka mengatakan aku pasti sangat tampan waktu masih muda dulu. Penggemarku juga bertambah.Selama ini, aku sangat menyukai barang bernuansa klasik. Sebenarnya, aku lumayan berprestasi saat bersekolah dulu, terutama dalam bahasa dan sastra. Aku memiliki fondasi yang kuat dalam puisi dan sastra klasik.Apa daya, keadaan keluargaku terlalu miskin. Ayahku mengatakan tidak ada gunanya aku bersekolah. Katanya, jika aku benar-benar berkemampuan, aku juga bisa kaya dengan bercocok tanam. Dia tidak ingin menghabiskan uang untukku karena takut tidak akan ada yang membantunya kelak. Jadi, dia pun menyuruhku untuk tidak melanjutkan sekolah.Kadang-kadang, aku berpikir andaikan aku lanjut bersekolah, mungkin saja aku tidak akan bertemu dengan
Dessy menampar Jancent dan berseru, “Cepat minta maaf sama Ayah! Dia sudah membesarkanmu dan menyayangimu selama ini, tapi kamu malah ucapkan kata-kata yang begitu menyakiti hatinya.”“Ayah, maaf. Aku benar-benar sudah sadar akan kesalahanku. Aku sungguh nyesal karena pernah bersikap begitu terhadapmu dulu.”“Nyesal? Kamu benar-benar anggap aku sebagai ayah? Kamu bukan nyesal, cuma merasa rumah kekurangan pembantu yang bisa kerja gratis. Kamu nyesal karena Hasan bukan pembantu yang penurut.”“Kamu sudah lupa apa katamu waktu kecil? Kamu bilang kamu akan temani aku, sayangi aku, dan nggak akan biarkan aku menderita seumur hidup. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu sama saja sama ibumu yang nggak punya hati nurani itu. Kalian sangat egois, nggak tahu malu, dan munafik! Aku nggak akan maafkan kalian selamanya!”“Kalau nggak ada yang jaga anak, kalian pekerjakan saja pembantu. Jangan selalu datang cari aku karena mau incar yang gratis. Sekarang, aku mau hidup demi diriku sendiri. Lagian, aku
Penggemarku sangat banyak. Ditambah dengan aku masih bisa meraih kesuksesan sebesar ini di umur 70 tahun, bahkan orang yang bukan penggemarku juga sangat bersimpati padaku. Jumlah pengikut di akun sosialku pun meroket. Semua orang di kolom komentar membantuku memaki pria berengsek dan wanita jalang itu. Di sisi lain, citra Yulia dan Hasan sudah sepenuhnya hancur. Berhubung dimaki habis-habisan di internet, mereka juga terpaksa menarik diri dari internet.Awalnya, aku mengira situasinya akan perlahan-lahan kembali tenang. Tak disangka, komputer Yulia rusak. Dia pun membawanya pergi diperbaiki. Tukang reparasi menemukan folder itu di dalam komputernya. Berhubung tukang reparasi itu adalah penggemar bukuku, dia pun menyebarkan video-video itu ke internet. Hal ini menimbulkan kehebohan besar lagi. Serangan verbal terhadap Yulia dan Hasan juga dimulai kembali.Atasan Yulia juga memperhatikan berita ini. Pada akhirnya, semua gelar dan penghargaan yang pernah diterimanya dibatalkan atau dit
Saat sedang membantu istriku mengelap komputer, aku tidak sengaja membuka sebuah folder. Isi folder itu adalah video-video yang sangat mengejutkan. Pemeran utama dalam video itu adalah istriku dan sahabatku yang masih lajang.Sejak melahirkan, istriku mengatakan tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan hubungan suami istri. Jadi, kami pun hanya menjalani hubungan platonic. Selama 40 tahun penuh, aku tidak pernah menyentuhnya lagi.Setelah bekerja keras selama separuh hidupku dan melindunginya sepanjang hidup, ternyata aku hanyalah bagian dari permainan mereka....Aku menatap layar komputer dengan tidak percaya. Bahkan tanganku yang menggenggam mouse juga gemetar. Setiap video itu diberi nama dengan tanggal, bulan, dan tahun yang jelas.Istriku yang sudah beruban ditindih sahabatku yang juga sudah beruban. Dia menatap mata sahabatku dengan penuh perasaan dan merangkul pinggangnya dengan lembut.Aku mencari video paling lama dan memutarnya. Resolusinya agak buruk dan nuansa masa lalu tera
Aku membuka akun sosial dan melihat sebuah postingan Yulia. Di dalam foto itu, dia masih tetap terlihat anggun dan rapi meski sudah tua. Bayang-bayangnya semasa muda dulu juga masih tertinggal di wajahnya.Dia adalah seorang profesor jurusan sastra, sedangkan Hasan adalah kritikus sastra. Mereka sering duduk bersama seperti ini sembari mendiskusikan karya sastra. Yulia yang biasanya terlihat dingin sedang tersenyum dengan cerah saat ini. Putraku yang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah selama ini sedang berdiri di atas pohon besar di halaman rumah Hasan untuk memangkas ranting. Dia bekerja sangat keras hingga tidak sempat menyeka keringatnya. Namun, aku jelas-jelas mengingat dia mengatakan dirinya takut ketinggian saat aku menyuruhnya membantuku memangkas ranting dulu.Hatiku terasa sangat sakit. Aku pun membungkuk dan tidak dapat menahan air mataku lagi. Aku tiba-tiba merasa pengorbananku selama ini sangatlah konyol. Meskipun aku adalah seorang pria, aku tidak memiliki ego yang ti
Jancent menyalahkanku yang tidak membalas pesannya. Dylan berlari ke dapur dengan gembira karena ingin makan bakso asam manis. Namun, dia malah berjalan keluar dengan kecewa.“Kakek, mana bakso asam manisnya? Cepat kasih aku! Aku mau makan!”“Nggak buat.”Sesudah mendengar jawabanku, Dylan pun menangis. Menantuku buru-buru memeluk Dylan dan mulai menghiburnya. Sementara itu, Jancent berdiri di depanku dengan ekspresi tidak percaya.“Ayah, apa kamu sudah gila? Aku telepon kamu, kamu malah langsung tutup. Aku kirim pesan, tapi kamu juga nggak balas satu pun. Bahkan bakso asam manis Dylan juga nggak kamu buat. Apa yang kamu lakukan di rumah seharian?”Jancent langsung menyalahkanku, seolah-olah aku bukan ayahnya, melainkan pembantu yang dipekerjakannya tanpa dibayar.Aku menatapnya dengan tenang tanpa menjawab, melainkan bertanya, “Kamu nggak punya fobia ketinggian, ‘kan?”Jancent sontak tertegun, lalu buru-buru memalingkan wajah dengan gugup.“Jadi, kamu bohongi aku supaya nggak usah ban
Penggemarku sangat banyak. Ditambah dengan aku masih bisa meraih kesuksesan sebesar ini di umur 70 tahun, bahkan orang yang bukan penggemarku juga sangat bersimpati padaku. Jumlah pengikut di akun sosialku pun meroket. Semua orang di kolom komentar membantuku memaki pria berengsek dan wanita jalang itu. Di sisi lain, citra Yulia dan Hasan sudah sepenuhnya hancur. Berhubung dimaki habis-habisan di internet, mereka juga terpaksa menarik diri dari internet.Awalnya, aku mengira situasinya akan perlahan-lahan kembali tenang. Tak disangka, komputer Yulia rusak. Dia pun membawanya pergi diperbaiki. Tukang reparasi menemukan folder itu di dalam komputernya. Berhubung tukang reparasi itu adalah penggemar bukuku, dia pun menyebarkan video-video itu ke internet. Hal ini menimbulkan kehebohan besar lagi. Serangan verbal terhadap Yulia dan Hasan juga dimulai kembali.Atasan Yulia juga memperhatikan berita ini. Pada akhirnya, semua gelar dan penghargaan yang pernah diterimanya dibatalkan atau dit
Dessy menampar Jancent dan berseru, “Cepat minta maaf sama Ayah! Dia sudah membesarkanmu dan menyayangimu selama ini, tapi kamu malah ucapkan kata-kata yang begitu menyakiti hatinya.”“Ayah, maaf. Aku benar-benar sudah sadar akan kesalahanku. Aku sungguh nyesal karena pernah bersikap begitu terhadapmu dulu.”“Nyesal? Kamu benar-benar anggap aku sebagai ayah? Kamu bukan nyesal, cuma merasa rumah kekurangan pembantu yang bisa kerja gratis. Kamu nyesal karena Hasan bukan pembantu yang penurut.”“Kamu sudah lupa apa katamu waktu kecil? Kamu bilang kamu akan temani aku, sayangi aku, dan nggak akan biarkan aku menderita seumur hidup. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu sama saja sama ibumu yang nggak punya hati nurani itu. Kalian sangat egois, nggak tahu malu, dan munafik! Aku nggak akan maafkan kalian selamanya!”“Kalau nggak ada yang jaga anak, kalian pekerjakan saja pembantu. Jangan selalu datang cari aku karena mau incar yang gratis. Sekarang, aku mau hidup demi diriku sendiri. Lagian, aku
Sejak itu, aku mulai melewati kehidupan yang kuinginkan. Akun media sosialku juga menjadi makin viral. Waktu senggang, aku juga akan melakukan siaran langsung sesekali. Ada banyak orang yang melontarkan pertanyaan padaku, juga memujiku tampan dan berwibawa. Mereka mengatakan aku pasti sangat tampan waktu masih muda dulu. Penggemarku juga bertambah.Selama ini, aku sangat menyukai barang bernuansa klasik. Sebenarnya, aku lumayan berprestasi saat bersekolah dulu, terutama dalam bahasa dan sastra. Aku memiliki fondasi yang kuat dalam puisi dan sastra klasik.Apa daya, keadaan keluargaku terlalu miskin. Ayahku mengatakan tidak ada gunanya aku bersekolah. Katanya, jika aku benar-benar berkemampuan, aku juga bisa kaya dengan bercocok tanam. Dia tidak ingin menghabiskan uang untukku karena takut tidak akan ada yang membantunya kelak. Jadi, dia pun menyuruhku untuk tidak melanjutkan sekolah.Kadang-kadang, aku berpikir andaikan aku lanjut bersekolah, mungkin saja aku tidak akan bertemu dengan
Keesokan harinya, baru saja aku bangun dan keluar dari kamar hotel, aku langsung melihat Yulia yang duduk di depan pintu kamarku. Dia buru-buru berdiri dan terlihat tegang.“Kalau kamu bukan mau bicara soal cerai, pergi!”“Larry, aku .... Apa kamu benar-benar nggak bisa kasih aku satu kesempatan lagi?”“Yulia, nggak usah sandiwara lagi. Buat apa kamu sandiwara di sini? Bukannya begitu cerai denganku, kamu bisa langsung bersama pria liar itu secara terang-terangan? Kamu seharusnya merasa gembira.”“Kamu benar-benar nggak akan kasih tahu anak-anak atau bocorkan hal ini?”Aku melihat wanita tua yang masih tetap memancarkan keanggunan itu. Tiba-tiba, aku merasa diriku sangat menyedihkan. Kenapa aku bisa menyukai orang sepertinya?“Jangan omong kosong lagi! Kita urus prosedur cerai sekarang juga! Kalau nggak, aku akan tempel poster kalian di papan pengumuman sekolahmu biar reputasimu hancur!”Yulia akhirnya setuju untuk bercerai denganku. Dengan syarat aku menjaga rahasianya, dia akan membe
Setelah menanam sayur, aku membuatkan kue untuk diriku sendiri dalam rangka merayakan kehidupan baruku. Kelak, aku tidak ingin hidup demi siapa pun lagi. Aku mau hidup demi diriku sendiri.Seusai makan kue, aku berbaring di sofa dengan nyaman sambil menonton TV. Laut yang ditampilkan di layar TV terlihat sangat indah dan luas. Aku tiba-tiba menyadari aku tidak pernah berlibur sekali pun selama hidupku.Aku pun mencari panduan tentang berlibur dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Cito, sebuah kota pesisir dalam negeri. Kemudian, aku membeli tiket kereta api dan segera berangkat dengan membawa sebuah koper kecil.Saat berdiri di tepi pantai, aku merentangkan kedua tanganku dan merasakan angin yang menerpaku. Saat ini, aku merasakan kenyamanan dan kebebasan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku juga merasa seperti baru menemukan arti hidup dan benar-benar hidup.Aku mengunjungi banyak tempat wisata lokal dan mencicipi berbagai makanan khas tempat ini. Setiap tempat meninggalkan
Biasanya, aku selalu berbicara dengan lembut pada Jancent. Berhubung aku tidak pernah membentaknya, dia pun membelalak terkejut. Sementara itu, orang lainnya juga langsung terpaku di tempat, seolah-olah sepenuhnya terkejut karena reaksiku.Jancent yang merasa malu pun segera keluar sambil membanting pintu. Menantuku yang menyadari aku bersikap sangat berbeda dari biasa juga tidak lanjut berbicara lagi dan buru-buru membawa Dylan pergi.Yulia menegurku dengan tidak senang, “Anak-anak sudah pergi dibuatmu. Sudah senang kamu?”Melihat aku yang tidak peduli padanya, dia lanjut berkata dengan dingin, “Larry, sebaiknya kamu jangan buat ulah lagi. Kalau nggak, kamu sendiri yang akan malu.”Nadanya terdengar sangat kesal, seolah-olah kesabarannya sudah habis.“Kamu nggak ngerti bahasa manusia? Aku bilang aku mau cerai. Kalau mau ngomong, bahas saja masalah perceraian! Jangan banyak omong kosong kamu! Sialan!”Yulia adalah seorang profesor yang berpendidikan. Semarah apa pun dia, dia tidak akan
Jancent menyalahkanku yang tidak membalas pesannya. Dylan berlari ke dapur dengan gembira karena ingin makan bakso asam manis. Namun, dia malah berjalan keluar dengan kecewa.“Kakek, mana bakso asam manisnya? Cepat kasih aku! Aku mau makan!”“Nggak buat.”Sesudah mendengar jawabanku, Dylan pun menangis. Menantuku buru-buru memeluk Dylan dan mulai menghiburnya. Sementara itu, Jancent berdiri di depanku dengan ekspresi tidak percaya.“Ayah, apa kamu sudah gila? Aku telepon kamu, kamu malah langsung tutup. Aku kirim pesan, tapi kamu juga nggak balas satu pun. Bahkan bakso asam manis Dylan juga nggak kamu buat. Apa yang kamu lakukan di rumah seharian?”Jancent langsung menyalahkanku, seolah-olah aku bukan ayahnya, melainkan pembantu yang dipekerjakannya tanpa dibayar.Aku menatapnya dengan tenang tanpa menjawab, melainkan bertanya, “Kamu nggak punya fobia ketinggian, ‘kan?”Jancent sontak tertegun, lalu buru-buru memalingkan wajah dengan gugup.“Jadi, kamu bohongi aku supaya nggak usah ban
Aku membuka akun sosial dan melihat sebuah postingan Yulia. Di dalam foto itu, dia masih tetap terlihat anggun dan rapi meski sudah tua. Bayang-bayangnya semasa muda dulu juga masih tertinggal di wajahnya.Dia adalah seorang profesor jurusan sastra, sedangkan Hasan adalah kritikus sastra. Mereka sering duduk bersama seperti ini sembari mendiskusikan karya sastra. Yulia yang biasanya terlihat dingin sedang tersenyum dengan cerah saat ini. Putraku yang tidak pernah melakukan pekerjaan rumah selama ini sedang berdiri di atas pohon besar di halaman rumah Hasan untuk memangkas ranting. Dia bekerja sangat keras hingga tidak sempat menyeka keringatnya. Namun, aku jelas-jelas mengingat dia mengatakan dirinya takut ketinggian saat aku menyuruhnya membantuku memangkas ranting dulu.Hatiku terasa sangat sakit. Aku pun membungkuk dan tidak dapat menahan air mataku lagi. Aku tiba-tiba merasa pengorbananku selama ini sangatlah konyol. Meskipun aku adalah seorang pria, aku tidak memiliki ego yang ti
Saat sedang membantu istriku mengelap komputer, aku tidak sengaja membuka sebuah folder. Isi folder itu adalah video-video yang sangat mengejutkan. Pemeran utama dalam video itu adalah istriku dan sahabatku yang masih lajang.Sejak melahirkan, istriku mengatakan tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan hubungan suami istri. Jadi, kami pun hanya menjalani hubungan platonic. Selama 40 tahun penuh, aku tidak pernah menyentuhnya lagi.Setelah bekerja keras selama separuh hidupku dan melindunginya sepanjang hidup, ternyata aku hanyalah bagian dari permainan mereka....Aku menatap layar komputer dengan tidak percaya. Bahkan tanganku yang menggenggam mouse juga gemetar. Setiap video itu diberi nama dengan tanggal, bulan, dan tahun yang jelas.Istriku yang sudah beruban ditindih sahabatku yang juga sudah beruban. Dia menatap mata sahabatku dengan penuh perasaan dan merangkul pinggangnya dengan lembut.Aku mencari video paling lama dan memutarnya. Resolusinya agak buruk dan nuansa masa lalu tera