“Kau diam! Tutup mulutmu! Atau aku akan menuntutmu karena telah melakukan pencemaran nama baik!” seru Keenan yang merasa kesal oleh kelakuan Abigail.Karena khawatir Keenan akan bertindak impulsif, Celia segera mendekat dan memegang tangannya.“Baik, jika itu yang kau inginkan, Keenan. Kita akan bertemu di pengadilan. Aku akan menuntut kalian karena berusaha membunuh penerus keluarga Davies.”Luxian dan Keenan berdiri saling berhadapan, tidak ada yang mau mengalah.Ambulance datang membawa Abigail, dan Luxian ikut bersamanya ke rumah sakit.Di dalam ambulance, Abigail merasa cemas, awalnya dia hanya ingin memanfaatkan momentum untuk membuat jarak diantara Luxian dan Celia semakin besar. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan hukum. “Keenan adalah seorang pengacara hebat, dan kekuatan hukum keluarga Montague yang terbaik di negara X. Bagaimana jika Luxian menang di pengadilan?” Ponselnya tiba-tiba saja berdering.“Jangan berkata apapun, cukup dengarkan saja apa yang akan aku ka
Tamu undangan saling menatap dan berbisik, mencoba menebak maksud dari perkataan Thomas.Thomas mulai bercerita secara singkat tentang putri kembarnya dan bagaimana salah satu putrinya hilang sejak bayi “... kami sangat bersyukur bahwa Tuhan akhirnya mempertemukan kami kembali.” Thomas menunjukan tangannya ke arah Celia, “Hadirin yang terhormat… perkenalkan putriku dan juga CEO Whispers yang baru, Celia Valentina Montague…”Ruangan seketika sunyi. Semua mata tertuju ke arah Celia yang duduk di barisan depan. Mereka terkejut, karena tidak ada yang menduga bahwa Celia adalah putri dari Thomas Montague. Banyak yang mengenalnya sebagai aktris yang sedang naik daun, tetapi tidak ada yang mengaitkannya dengan dinasti Montague yang begitu kuat.Celia berdiri perlahan, merasa pandangan tajam dari para tamu. Senyum kecil menghiasi wajahnya, meski jantungnya berdegup kencang. Ia melangkah ke atas panggung diiringi gemuruh tepuk tangan yang perlahan-lahan menggema di seluruh ruangan."Terima kas
Karena terkejut Celia bergerak mundur, tapi Luxian tidak berniat melepaskannya. Disaat yang sama, Keenan yang memperhatikan gerak gerik Luxian karena khawatir pada Celia, segera reflek berteriak saat melihat titik merah di tubuh Luxian.Luxian awas!Namun seruan Keenan kalah cepat dengan peluru sniper yang dengan cepat melesat merobek lengan Luxian dan menghancurkan vas bunga yang berada di belakangnya. Sadar akan bahaya, dengan cepat Keenan meraih mikrofon dan menyuruh semua tamu undangan untuk tiarap dan tidak panik. Dia juga memberi perintah untuk membersihkan sniper di atap gedung sebelah.“Para hadirin, sebelum kami mengetahui situasi sudah aman, mohon tetap tenang dan jangan meninggalkan tempat kalian. Terima kasih.”Tubuh Luxian jatuh kesamping. Sambil menahan rasa panas dan sakit yang luar biasa, dia menarik Celia ke dalam pelukannya, melindungi dengan tubuhnya dan bersembunyi di balik podium.Karena pesta itu disiarkan secara live, kejadian penembakan yang melukai Luxian men
Setelah kejadian penembakan di Gedung Whispers, Abigail kembali ke apartemennya dengan perasaan yang kacau. Dia sangat membenci Simon dan selalu berharap jika pria itu mati. Namun, saat melihat Luxian menembaknya dengan tanpa perasaan, Abigail merasa iba pada Simon karena bagaimanapun juga dia adalah ayah dari bayi yang dikandung olehnya.Kelelahan mental dari peristiwa mencekam itu membuat langkahnya terasa berat, namun pikirannya terus berputar, mencoba merangkai potongan-potongan kejadian yang belum sepenuhnya ia pahami. Bagaimana Simon bisa nekat menyerang keluarga Montague secara terang-terangan, walaupun alasannya untuk balas dendam cukup masuk akal.“Apa mungkin karena Celia?” Perasaan cemburu muncul di hati Abigail. “Kenapa selalu Celia? Aku sangat membenci wanita itu.” Bisiknya dalam hati.Saat ia tiba di parkiran apartemennya yang sepi, tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya ke sudut gelap CCTV. Pandangannya tertuju pada sosok yang familiar. Di bawah redupnya lampu par
Luxian tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia tersenyum dengan perasaan campur aduk, bahagia, lega, dan masih sedikit ketakutan. Dia menatap bayi kecil yang baru saja melihat dunia. Dan sekarang digendong oleh perawat untuk dibersihkan. Tangannya masih menggenggam erat tangan Celia. "Anak kita...," gumam Luxian, merasa dunianya baru saja berubah selamanya.“Luxian belum tahu jika bayi ini adalah darah dagingnya, tapi dia tetap mengakui sebagai anaknya?” Pikir Celia.Saat Luxian menyadari bahwa Celia sedang menatapnya, dia menjadi grogi dan berkata, “A-aku akan selalu menganggapnya sebagai anakku sendiri.”Walau Luxian berpikir jika itu bukan darah dagingnya, tapi dia merasa sangat dekat dengan bayi Celia. Seperti ada ikatan tak terlihat diantara mereka.“Bayi laki-laki yang tampan. Paula, tidakkah kau lihat jika bayi itu mirip Luxian? Atau, mataku yang sudah rabun karena usia,” ucap nenek Iris saat menatap bayi Celia dari balik kaca ruang bayi rumah sakit.“Mata nenek tidak salah,
Luxian baru saja keluar dari apartemen Abigail. Pertengkaran mereka masih membekas di pikirannya, menambah beban yang sudah terlalu berat ia tanggung. Udara malam terasa dingin, namun Luxian hanya fokus pada satu hal: meninggalkan semua drama di belakang dan mencari cara untuk melindungi anaknya yang sedang dikandung Abigail tanpa harus tunduk pada manipulasi wanita itu.Saat ia mengemudi melewati jalan berkelok di pinggiran kota, perasaannya mulai tak enak. Dalam kaca spion, ia melihat dua mobil yang terus mengikuti di kejauhan. Awalnya, Luxian berpikir mungkin itu hanya kebetulan. Namun, saat mobil-mobil itu semakin mendekat, instingnya berkata lain. Kedua mobil tersebut tidak hanya mengikuti dari belakang, mereka mulai menyusul, mendekat dengan cepat, dan tampak berusaha mengepungnya.Jantung Luxian berdetak kencang. Ia mencoba tetap tenang dan mempercepat laju mobilnya, berharap bisa menghindari mereka. Tapi, kedua mobil itu semakin agresif. Mobil pertama mencoba mendekat dari bel
Keesokan harinya setelah Luxian pergi meninggalkan apartemen Abigail, kota masih terlelap dalam rutinitasnya. Namun di balik layar, drama antara Abigail dan Luxian belum selesai. Hari itu juga menjadi hari yang menentukan, di mana Luxian terlibat dalam kecelakaan yang mengerikan di jalan berkelok, karena Simon dan anak buahnya. Tanpa sepengetahuan Abigail, hidup Luxian terancam, tapi Abigail masih sibuk dengan agendanya sendiri.Pagi itu, Abigail membuka media sosialnya dan mulai menyusun narasi baru. Meskipun malam sebelumnya diwarnai dengan pertengkaran antara dirinya dan Luxian, Abigail tidak berniat untuk menunjukkan kebenaran kepada dunia. Sebaliknya, ia bertekad untuk tetap mempertahankan citra hubungan mereka sebagai sesuatu yang sempurna di mata publik.Abigail memposting foto dirinya dengan senyuman lembut, tangan yang masih memegang perut hamilnya, disertai caption yang mengisyaratkan hubungan yang harmonis antara dirinya dan Luxian. “Melewati masa-masa sulit dengan kekua
Beberapa waktu yang lalu, Celia sempat menerima undangan makan malam dari keluarga Lannister, Sergio Lannister, pewaris keluarga itu, telah beberapa kali menunjukkan minat terhadap Celia, namun karena situasi yang rumit dengan Luxian, ia selalu menunda kesempatan untuk mengenal Sergio lebih dekat.Namun sekarang, setelah semua kekacauan dengan Luxian berakhir, Celia merasa ini adalah waktu yang tepat untuk membuka lembaran baru. Di dalam hatinya, Celia masih merasakan keraguan, apakah dia sudah siap untuk membuka hati kembali? Namun, ia tahu bahwa hidup harus terus berjalan.Sergio Lannister adalah pria yang sering didengar Celia dalam lingkaran sosial. Sergio dikenal cerdas, penuh karisma, dan berpenampilan menarik. Ia juga memiliki reputasi sebagai pria yang baik dan penuh tanggung jawab.“Sayang, kami tidak ingin memaksamu untuk melakukannya. Jika kau belum siap, ayahmu akan menelpon keluarga Lannister untuk membatalkan acara makan malamnya,” ujar Eleanor dengan penuh pengertian.
Jantung Celia berdegup semakin kencang, perasaannya tidak menentu.Mereka sampai di sudut jalan yang lebih sepi, tapi pria itu sudah tidak terlihat lagi. Celia berhenti dan menatap sekeliling dengan nafas yang tidak beraturan. "Dia... dia ada di sini tadi," ucapnya.Luxian mendekat, meletakkan tangan lembut di bahu Celia. "Celia, mungkin ini hanya perasaanmu. Kau mungkin melihat seseorang yang mirip, tapi Sergio... dia sudah tidak ada." Suaranya lembut, mencoba menenangkan.“Kau benar, itu mungkin hanya imajinasiku saja, Luxian maaf,” jawab Celia.***Celia melihat berita mengejutkan di ponselnya. Sebuah laporan menayangkan rekaman yang diambil oleh warga di jalan.Di layar, terlihat seorang wanita dengan pakaian lusuh dan rambut acak-acakan, tampak berusaha dipegang oleh beberapa petugas medis dan polisi. Wajah wanita itu tampak penuh dengan kebingungan dan ketakutan, sementara di pelukannya, dia memeluk bantal kecil. Wanita itu berteriak dan meronta, menolak dimasukkan ke dalam mob
Setelah berhari-hari menunggu dengan penuh harapan, keluarga Lannister akhirnya harus menerima kenyataan yang pahit. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa tidak ada korban selamat dari kecelakaan pesawat yang menewaskan banyak penumpang. Jenazah sebagian besar penumpang tidak ditemukan karena pesawat jatuh di laut lepas, membuat pencarian semakin sulit dan perlahan dihentikan. Keluarga Lannister, yang awalnya begitu berharap akan keajaiban, kini tak punya pilihan selain menyerah.Di tengah duka yang mendalam, orang tua Sergio, duduk bersama Celia di rumah mereka. Mereka tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Dalam percakapan yang penuh dengan emosi, mereka akhirnya memutuskan untuk memberikan Celia kebebasan."Celia, sayang," ujar Mrs. Lannister dengan suara lembut. "Kami tahu ini tidak mudah, dan Sergio akan selalu ada di hati kita semua. Tapi... kamu masih muda, dan kami ingin kamu bahagia. Kamu bebas untuk menikah lagi, jika kamu menemukan seseorang yang membuatmu bahagia."Celia me
Dan kemudian, tanpa peringatan, Celia mulai menangis terisak. Tangisnya begitu dalam dan penuh dengan kesedihan yang dia tahan selama bertahun-tahun. Bahunya bergetar, nafasnya tersengal-sengal, dan dia merasa seluruh dunia runtuh di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Celia meraih tubuh Luxian, memeluknya erat seolah-olah dia takut kehilangan lagi. Tangannya yang gemetar melingkari pinggang Luxian, memegang erat seolah-olah dia menemukan satu-satunya pijakan di tengah badai yang menerjang hidupnya."Aku nggak tahu harus bertanya kemana lagi tentang Abigail dan semua yang terjadi." Celia terisak di dadanya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku nggak tahu apa yang terjadi padamu. Kau menghilang. Dan sekarang aku pikir kamu sudah pergi selamanya."Luxian, yang merasakan tubuh Celia gemetar dalam pelukannya, dengan lembut membalas pelukan itu. Tangannya yang kuat namun lembut melingkari bahu Celia, menariknya lebih dekat. Dia membelai rambut Celia dengan lembut, memberikan rasa tenang d
Luxius menceritakan apa yang terjadi dan Luxian sangat terkejut. Karena saat kejadian dan berita kecelakaan di umumkan, dia sudah berada di dalam pesawat.“Sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Luxius.Hari itu, Luxian sedang bersiap-siap untuk kembali pulang setelah menjalani perawatan panjang di luar negeri. Kesehatannya berangsur membaik, dan akhirnya dia merasa cukup kuat untuk kembali ke keluarganya di Summerfield. Semua barangnya sudah dikemas, dan tiket penerbangan di tangannya menunjukkan bahwa dia akan pulang pada malam hari itu. Ada perasaan lega yang perlahan mengisi dadanya, karena setelah berbulan-bulan jauh dari rumah, dia akhirnya bisa bertemu dengan orang-orang yang dia cintai. Tapi di tengah persiapannya, sebuah peristiwa kecil mengubah segalanya.Di rumah sakit tempat dia terakhir kali melakukan pemeriksaan, Luxian bertemu dengan seorang pria yang tampak sangat panik. Pria itu duduk di bangku ruang tunggu, tampak gelisah dengan ponsel di tangannya, mengusap wajahnya b
Di ruang tunggu bandara yang penuh dengan keheningan dan kesedihan, Celia hampir tenggelam dalam kelelahan. Tubuhnya terasa begitu berat setelah berjam-jam menunggu kabar yang belum pasti. Matanya yang sembab oleh air mata hampir tertutup, dan dia mulai terjebak di antara keadaan sadar dan tidak. Kepalanya yang bersandar di pundak ibunya perlahan mulai terjatuh, seolah-olah rasa kantuk dan kelelahan telah menguasai dirinya.Namun, di tengah kondisi antara tidur dan terjaga itu, matanya yang setengah terbuka tiba-tiba menangkap sesuatu yang tak terduga. Di pintu kedatangan yang berada agak jauh dari tempat dia duduk, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya. Pria itu berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian kasual, rambutnya yang hitam agak kusut. Di sebelahnya, ada Bryan, yang juga terlihat familiar untuk Celia.“Luxian...?” Bisik Celia pelan, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Matanya tiba-tiba melebar, dan kesadarannya mulai kembali. Dia mengerjapkan mata beberapa k
"Celia, semuanya sudah siap. Kita akan merayakan kepulangan Sergio dengan penuh suka cita," kata Eleanor, sambil tersenyum hangat di ruang tamu kediaman Montague. Meja makan sudah dihiasi dengan bunga-bunga segar dan hidangan terbaik, sementara semua orang bersemangat menunggu kedatangan Sergio.Di tempat lain, suasana serupa juga menyelimuti kediaman Davies. Mereka menerima kabar dari Luxian bahwa dia juga sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalani perawatan di luar negeri selama berbulan-bulan. Keluarga Davies yang telah lama menanti kabar baik ini merasa lega. "Akhirnya, Luxian pulang. Aku tak sabar melihatnya," ujar Paula dengan mata berbinar. Di rumah itu, suasana dipenuhi harapan, dan Luxius tampak tersenyum lega mendengar kabar baik dari kakaknya. Setelah semua drama dan ketegangan, keluarga Davies merasa hari itu akan menjadi awal yang baru bagi mereka.Namun, ketika waktu mendekati siang, suasana yang penuh kebahagiaan itu berubah dalam sekejap.Tiba-tiba, televisi m
Dengan wajah yang perpaduan sempurna antara Celia dan Luxian, anak itu menjadi simbol dari hubungan masa lalu yang rumit, tapi juga penuh cinta.Sergio sangat mencintai anak itu dan menganggapnya seperti darah dagingnya sendiri.***Suatu hari, di sebuah taman kota yang tenang dan indah, Celia sedang berjalan-jalan dengan putranya. Anak kecil itu tampak riang, berlari-lari kecil di sekitar taman, mengejar burung-burung dan tertawa ceria. Celia mengawasinya dengan senyum hangat di wajahnya, menikmati momen damai bersama anaknya. Hari itu cuaca sangat cerah, dengan sinar matahari yang lembut menyinari taman, membuat suasana semakin nyaman.Sementara Celia duduk di bangku taman, tiba-tiba dia melihat sebuah keluarga yang dikenalnya sedang berjalan di sepanjang trotoar taman. Itu adalah keluarga Davies. Nyonya Paula sepertinya sedang mengajak Nenek Iris jalan-jalan menikmati suasana sore hari.Celia merasa dadanya berdegup sedikit lebih cepat. Dia tidak pernah benar-benar memutuskan kont
Beberapa hari sebelum hari pernikahannya, Celia memutuskan untuk mengunjungi Hacienda, rumah keluarga besar keluarga Davies di Ashford.Di sana, ia berharap bisa bertemu dengan Nenek Iris, Celia berpikir, jika ada orang yang bisa memberinya petunjuk tentang keberadaan Luxian atau tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin itu adalah Nenek Iris.Saat Celia tiba di Hacienda, suasana terasa hening dan damai. Angin sepoi-sepoi meniup lembut dedaunan pohon di halaman, dan langit sore berwarna keemasan memberikan perasaan tenang. Namun, hati Celia tidak tenang. Langkah kakinya sedikit gugup ketika dia mendekati pintu rumah tua itu.Nenek Iris menyambutnya dengan senyuman ramah seperti biasanya, tetapi senyuman itu terasa penuh arti, seolah-olah ada sesuatu yang disimpan di baliknya. "Celia, sayang, apa yang membawamu ke sini?" Tanyanya lembut, suaranya tenang dan menenangkan.Celia, yang awalnya mencoba tersenyum, kini menunjukkan keraguannya. Matanya menatap langsung ke wajah Nen
Di rumah sakit, suasana terasa tegang saat Abigail berbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit, kondisinya kritis akibat pendarahan hebat setelah pengejaran dramatis bersama Simon. Tim medis bergerak cepat, mempersiapkan operasi darurat. Dokter memberitahu bahwa kondisi Abigail dan bayinya sangat kritis. Kemungkinan besar, bayinya sudah meninggal dalam kandungan dan harus segera dikeluarkan, akibat trauma dan stres fisik yang dialaminya.Di kediaman keluarga Davies suasana menjadi sangat tegang. Mereka tampak khawatir dan frustasi dengan semua situasi yang kacau ini. Abigail telah menjadi pusat masalah bagi keluarga mereka. Awalnya mereka berpikir bahwa bayi yang dikandung Abigail adalah anak Luxian, tapi dengan berita bahwa Abigail terlibat dengan Simon, segalanya menjadi tidak jelas. Mereka tidak mau mengambil risiko dan memutuskan untuk meminta dokter melakukan tes DNA pada bayi Abigail. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki, keluarga Davies berhasil memaksa pihak ruma