Amarah Luxian mereda saat Celia menyentuh wajahnya. “Apa yang kau lakukan?” “Luxian apa kau tetap akan menikahi Abigail?” Tanya Celia, ada nada tidak rela dalam suaranya.“Apa yang kau ingin aku lakukan?”“Aku…”Saat Celia bingung bagaimana harus menjelaskan semua pada Luxian, diluar terdengar suara Keenan yang berusaha masuk ke dalam.“Kita bicara lagi nanti, sekarang aku harus pulang, aku sangat lelah,” ucap Celia.Setelah sedikit berdebat dengan Keenan, dan Celia yang berusaha meyakinkan Luxian jika mereka akan bicara lebih serius lagi besok, akhirnya Luxian membiarkan Celia pergi. Celia keluar dari studio dengan ditemani oleh Keenan. Udara malam itu terasa sejuk, dan meski hari itu cukup melelahkan, Celia merasa lega bisa menyelesaikan setidaknya satu bagian dari acara yang penuh tekanan tersebut. Keenan berjalan di sampingnya, memberikan kehadiran yang tenang dan melindungi.Saat mereka sampai di area parkiran, suasana berubah dengan cepat. Dari kejauhan, Celia melihat seseoran
“Kau diam! Tutup mulutmu! Atau aku akan menuntutmu karena telah melakukan pencemaran nama baik!” seru Keenan yang merasa kesal oleh kelakuan Abigail.Karena khawatir Keenan akan bertindak impulsif, Celia segera mendekat dan memegang tangannya.“Baik, jika itu yang kau inginkan, Keenan. Kita akan bertemu di pengadilan. Aku akan menuntut kalian karena berusaha membunuh penerus keluarga Davies.”Luxian dan Keenan berdiri saling berhadapan, tidak ada yang mau mengalah.Ambulance datang membawa Abigail, dan Luxian ikut bersamanya ke rumah sakit.Di dalam ambulance, Abigail merasa cemas, awalnya dia hanya ingin memanfaatkan momentum untuk membuat jarak diantara Luxian dan Celia semakin besar. Dia sama sekali tidak ingin berurusan dengan hukum. “Keenan adalah seorang pengacara hebat, dan kekuatan hukum keluarga Montague yang terbaik di negara X. Bagaimana jika Luxian menang di pengadilan?” Ponselnya tiba-tiba saja berdering.“Jangan berkata apapun, cukup dengarkan saja apa yang akan aku ka
Tamu undangan saling menatap dan berbisik, mencoba menebak maksud dari perkataan Thomas.Thomas mulai bercerita secara singkat tentang putri kembarnya dan bagaimana salah satu putrinya hilang sejak bayi “... kami sangat bersyukur bahwa Tuhan akhirnya mempertemukan kami kembali.” Thomas menunjukan tangannya ke arah Celia, “Hadirin yang terhormat… perkenalkan putriku dan juga CEO Whispers yang baru, Celia Valentina Montague…”Ruangan seketika sunyi. Semua mata tertuju ke arah Celia yang duduk di barisan depan. Mereka terkejut, karena tidak ada yang menduga bahwa Celia adalah putri dari Thomas Montague. Banyak yang mengenalnya sebagai aktris yang sedang naik daun, tetapi tidak ada yang mengaitkannya dengan dinasti Montague yang begitu kuat.Celia berdiri perlahan, merasa pandangan tajam dari para tamu. Senyum kecil menghiasi wajahnya, meski jantungnya berdegup kencang. Ia melangkah ke atas panggung diiringi gemuruh tepuk tangan yang perlahan-lahan menggema di seluruh ruangan."Terima kas
Karena terkejut Celia bergerak mundur, tapi Luxian tidak berniat melepaskannya. Disaat yang sama, Keenan yang memperhatikan gerak gerik Luxian karena khawatir pada Celia, segera reflek berteriak saat melihat titik merah di tubuh Luxian.Luxian awas!Namun seruan Keenan kalah cepat dengan peluru sniper yang dengan cepat melesat merobek lengan Luxian dan menghancurkan vas bunga yang berada di belakangnya. Sadar akan bahaya, dengan cepat Keenan meraih mikrofon dan menyuruh semua tamu undangan untuk tiarap dan tidak panik. Dia juga memberi perintah untuk membersihkan sniper di atap gedung sebelah.“Para hadirin, sebelum kami mengetahui situasi sudah aman, mohon tetap tenang dan jangan meninggalkan tempat kalian. Terima kasih.”Tubuh Luxian jatuh kesamping. Sambil menahan rasa panas dan sakit yang luar biasa, dia menarik Celia ke dalam pelukannya, melindungi dengan tubuhnya dan bersembunyi di balik podium.Karena pesta itu disiarkan secara live, kejadian penembakan yang melukai Luxian men
Setelah kejadian penembakan di Gedung Whispers, Abigail kembali ke apartemennya dengan perasaan yang kacau. Dia sangat membenci Simon dan selalu berharap jika pria itu mati. Namun, saat melihat Luxian menembaknya dengan tanpa perasaan, Abigail merasa iba pada Simon karena bagaimanapun juga dia adalah ayah dari bayi yang dikandung olehnya.Kelelahan mental dari peristiwa mencekam itu membuat langkahnya terasa berat, namun pikirannya terus berputar, mencoba merangkai potongan-potongan kejadian yang belum sepenuhnya ia pahami. Bagaimana Simon bisa nekat menyerang keluarga Montague secara terang-terangan, walaupun alasannya untuk balas dendam cukup masuk akal.“Apa mungkin karena Celia?” Perasaan cemburu muncul di hati Abigail. “Kenapa selalu Celia? Aku sangat membenci wanita itu.” Bisiknya dalam hati.Saat ia tiba di parkiran apartemennya yang sepi, tiba-tiba saja seseorang menarik tangannya ke sudut gelap CCTV. Pandangannya tertuju pada sosok yang familiar. Di bawah redupnya lampu par
Luxian tidak bisa menahan air matanya lagi. Dia tersenyum dengan perasaan campur aduk, bahagia, lega, dan masih sedikit ketakutan. Dia menatap bayi kecil yang baru saja melihat dunia. Dan sekarang digendong oleh perawat untuk dibersihkan. Tangannya masih menggenggam erat tangan Celia. "Anak kita...," gumam Luxian, merasa dunianya baru saja berubah selamanya.“Luxian belum tahu jika bayi ini adalah darah dagingnya, tapi dia tetap mengakui sebagai anaknya?” Pikir Celia.Saat Luxian menyadari bahwa Celia sedang menatapnya, dia menjadi grogi dan berkata, “A-aku akan selalu menganggapnya sebagai anakku sendiri.”Walau Luxian berpikir jika itu bukan darah dagingnya, tapi dia merasa sangat dekat dengan bayi Celia. Seperti ada ikatan tak terlihat diantara mereka.“Bayi laki-laki yang tampan. Paula, tidakkah kau lihat jika bayi itu mirip Luxian? Atau, mataku yang sudah rabun karena usia,” ucap nenek Iris saat menatap bayi Celia dari balik kaca ruang bayi rumah sakit.“Mata nenek tidak salah,
Luxian baru saja keluar dari apartemen Abigail. Pertengkaran mereka masih membekas di pikirannya, menambah beban yang sudah terlalu berat ia tanggung. Udara malam terasa dingin, namun Luxian hanya fokus pada satu hal: meninggalkan semua drama di belakang dan mencari cara untuk melindungi anaknya yang sedang dikandung Abigail tanpa harus tunduk pada manipulasi wanita itu.Saat ia mengemudi melewati jalan berkelok di pinggiran kota, perasaannya mulai tak enak. Dalam kaca spion, ia melihat dua mobil yang terus mengikuti di kejauhan. Awalnya, Luxian berpikir mungkin itu hanya kebetulan. Namun, saat mobil-mobil itu semakin mendekat, instingnya berkata lain. Kedua mobil tersebut tidak hanya mengikuti dari belakang, mereka mulai menyusul, mendekat dengan cepat, dan tampak berusaha mengepungnya.Jantung Luxian berdetak kencang. Ia mencoba tetap tenang dan mempercepat laju mobilnya, berharap bisa menghindari mereka. Tapi, kedua mobil itu semakin agresif. Mobil pertama mencoba mendekat dari bel
Keesokan harinya setelah Luxian pergi meninggalkan apartemen Abigail, kota masih terlelap dalam rutinitasnya. Namun di balik layar, drama antara Abigail dan Luxian belum selesai. Hari itu juga menjadi hari yang menentukan, di mana Luxian terlibat dalam kecelakaan yang mengerikan di jalan berkelok, karena Simon dan anak buahnya. Tanpa sepengetahuan Abigail, hidup Luxian terancam, tapi Abigail masih sibuk dengan agendanya sendiri.Pagi itu, Abigail membuka media sosialnya dan mulai menyusun narasi baru. Meskipun malam sebelumnya diwarnai dengan pertengkaran antara dirinya dan Luxian, Abigail tidak berniat untuk menunjukkan kebenaran kepada dunia. Sebaliknya, ia bertekad untuk tetap mempertahankan citra hubungan mereka sebagai sesuatu yang sempurna di mata publik.Abigail memposting foto dirinya dengan senyuman lembut, tangan yang masih memegang perut hamilnya, disertai caption yang mengisyaratkan hubungan yang harmonis antara dirinya dan Luxian. “Melewati masa-masa sulit dengan kekua