Share

3. Bantuan penawaran

Author: Penrasi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aulia terpaku menatap lurus ke arahanya. "Kita tidak saling kenal. Lagi pula apa jaminanya kalau kau tidak akan macam-macam padaku." 

"Kalau begitu aku Alex. Kamu sudah mengenalku. Soal jaminan aku belum bisa membuktikannya, tapi percayalah aku akan mengantarmu sampai rumah sakit. Lagipula kalau aku berbuat macam-macam aku tidak bisa kabur kita sekampus mudah bagimu mencari identitaskamu di sana. Selain itu temammu itu mengenalku." 

Aulia masih ragu akan menolak kembali. "Dalam situasi gentig seperti ini kamu masih saja menolak bantuan orang lain. Lalu apakah kamu kuat menaiki motor dalam keadaan kacau seperti ini?"

Aulia menghembuskan napas panjang, setelah lama terdiam pun memutuskan untuk menerima tawaran Alex. Namun memilih untuk duduk dibelakang. 

"Kita akan ke rumah sakit mana?" tanya Alex membuka percapakan antara mereka setelah kehinangan cukup lama.

"Ibu Sina," jawabnya singkat terus memperhatikan ponselnya mengikuti perkembangan kondisi ibunya.

Aulia menghembuskan napas panjang baru saja kemarin ibunya   masuk ruangan Itu berjuang antara hidup dan mati dan sekarang ibunya kembali masuk lagi. Dalam hati terus saja melafalkan doa semoga kali ini ibunya bisa bertahan, ia akan mengusahakan agar kamu segera dilakukan. Ia mendesah beberapa kali bagaimana pun caranya ibunya akanku usahakan.

"Tuhan, hamba mohon berilah kemudahan. Hamba tau ini adalah ujian darimu untuk kami tapi berikan petunjuk jalan keluar." Do'anya dalam hati.

"Ibumu sakit apa?" Aulia menoleh menatap dingin  pria itu   tidak ingin membahas tentang penyakit orang tuanya. 

Sepanjang perjalanan hanya menatap keluar menenangkan suasa hatinya.  Ia menatap pekarangan rumah sakit saat mobil Alex masuk rasanya berat sekali untuk turun, hatinya belum siap menerima berita apa yang akan didengarnya lagi. 

"Kita sudah sampai. Kamu masih mau di sini?" 

"Kau mengusirku?" tutur Aulia lagi memayungkan bibirnya. Ia menghirup udara beberapa kali mengumpulkan keberanian sebelum masuk.

Ia membuka pintu mobil itu dan mengayunkan kakinya menuju ruangan Icu. Matanya memerah menahan tangis menatap Rumi masih memakai seragam sekolah menangis dalam pelukan Faris. Ia hampir lupa kalau saja masih memiliki asik pereempuan duduk dibangku SMP itu harus dijaga. Ia melangkah gontai menemuinya.

"Kakak Bunda kembali masuk ke ruangan itu apakah kali ini akan menyerah karena sudah lelah berjuang?" 

"Ya—yakin Bunda Rumi, Bunda tidak selemah itu. Bunda sudah berjanji akan sembuh padaku."  

"Kakak ti—tidak bohong kan?" tanya Arumi terbata-bata.

Aulia menggelengkan kepala. "Kakak tidak pernah bohong sama kalian." 

Saat dokter keluar Aulia segera menemuinya menanayakan kondisi Bundanya. Dokter yang selama ini menanganinya hanya bisa menggelengkan kepala saja. Kondisi Marwah sudah sangat lemah jika lambat melakukan kemoterapi maka tidak menutup kemungkinan waktunya tidak akan lama lagi. 

"Aulia, saya tahu ini berat bagi kamu, tapi kalau saja Bundamu tidak secepatnya ditangani dengan kemo maka kondisinya akan semakin memburuk. Kanker merambat sangat cepat ke tubuh pasien."

"Lakukan dokter! Saya akan menebus biaya secepatnya." 

Dokter itu menatap Aulia ibah, walaupun begitu harus mengucapkan ini. "Kemo dilakukan bukan hanya sekali tapi kemungkinan beberapa kali bisa 2-3 kali dalam sebulan. Kamu harus memiliki persiapan lebih." 

Aulia hanya mengangguk, sudah paham yang artinya ia harus menyiapkan uang lebih untuk kemo. 

"Baik dok," ungkap Aulia hanya bisa pasrah saja. 

Aulia keluar dari ruangan itu seraya menangis, di mana akan mendapatkan uang sebanyak itu. Satu kemo saja belum terkumpul semua.  Ia memandang langit malam yang sunyi di taman rumah sakit itu. 

"Dimana aku bisa mendapatkan uang kemo Bunda kali ini. Satu kemo saja belum terkumpul," lirihnya  terisak pilu. "Bunda maafkan Aulia jika kali ini mengeluh."

Drt!Drt!Drt!

Aulia segera menghapus air matanya mengangkat telpon itu. Sorot matanya lurus ke nama itu, bosnya tiba-tiba saja menelponnya tidak biasanya melakukan hal ini. 

"Ha—halo," jawabnya gugup dengan suara serak.

"Aulia mulai besok kamu tidak usah masuk kerja saya pecat kamu. Datanglah ambil uangmu." 

Deg!

Apa lagi ini, jalannya semakin rumit, kehilangan pekerjaan setelah ini di mana lagi di mendapatkan biaya rumah sakit, uang sekolah adiknya. 

"Kenapa tidak ada yang berjalan mulus, kenapa seperti ini. Lalu nasib Bunda bagaimana." 

Malam itu aulia menumpahkan semua emosinya menangis di taman. Sekarang dirinya benar lelah seandainya saja bukan Bunda dan Adiknya yang menjadi tanggung jawabnya maka sudah lama bunuh diri. 

 ***

Sudah menunjukkan pukul 12 malam tapi perempuan itu masih saja diam ditaman enggan untuk masuk, ia tak ingin membuat cemas Adik dan Bundanya. Air matanya terus berjatuhan meskipun sudah sedikit tenang.  Seseorang menyerahkan tissu padanya, ia mendongak. 

"Kak Alex," tuturnya mengambil tisu itu. 

Mata Alex tertuju pada kertas dipegang gadis itu, ia tersenyum kecil. "Aku bisa membantumu bahkan membiayai semua pengobatan ibumu dan juga membiyai kehidupan kalian."

Aulia melirik laki-laki itu ekor matanya, ia takkan mau menurunkan harga dirinya hanya. Ia percaya masih bisa berdiri diatas kakinya sendiri. 

"Tidak usah, saya masih bisa membiayai semua kebutuhan keluarga saya." 

Alex lalu tertawa kecil. "Dengan apa lagi? Kamu sudah dipecat Aulia!"

"Saya dipecat bukan berarti saya tidak bisa mencari pekerjaan lagi," serkas Aulia berdiri dari duduknya. 

"Baiklah, kita liat berapa lama kamu akan bertahan dengan situasi seperti ini." 

 ***

Pagi ini Aulia menyuapi Marwah sarapan. Ia terus saja berusaha untuk tenang meskipun dalam hatinya cemas ingin menumpahkan air mata. 

"Bunda, hari ini Aulia keluar bekerja mungkin pulangnya malam. Kemo akan dimulai besok jadi Bunda harus banya istrihat. Jangan stress," pesan Aulia seraya mengaduk-aduk bubur  memaksakan senyum.

"Biaya kemo Bunda pasti mahal yah nak?" 

Aulia mematung seperkian detik. "Aku masih mampu membayarnya Bunda. Jangan terlalu dipikiran, yang Bunda janjikan harus sembuh pokoknya. Urusan biaya biarkan aku yang ngurus."

Marwah mengangguk saja, meskipun Aulia terus berkata dirinya baik-baik saja namun matanya tidak bisa meyangkal. Wajah cantiknya kelihatan lelah, matanya sembab habis menangis.

"Aulia, jangan terlalu keras dengan dirimu. Kalau capek istirahat jangan sampai sakit. Kalau kamu sakit siapa yang akan menjaga Rumi nanti." 

Aulia hanya mengangguk mengapa kalimat yang diucapkan Bundanya kali ini menyakitkan seakan akan ingin pergi selamanya. 

"Makanya Bunda cepat sembuh." 

 ***

"Alex, bagaimana perkembangan kafe mu?" Alex menatap mamanya itu sedang mencicipi tehnya. 

"Semua berjalan lancar mi, tidak ada kendalan sama sekali."

Ia menatap teh hijau yang sedang dituang pelayan untuknya. "Namun ada beberapa hal yang mengganggu pikiranku." 

"Apa itu?" Tanya maminya, siap mendengarkan cerita anaknya dan memberikan solusi.. 

"Tapi kali ini bukan tentang kafe, tapi tentang seorang gadis." 

Maminya menatap tajam anaknya itu, sudah beberapa kali mengingatkannya untuk tidak bermain-main dengan gadis diluar sana. 

"Hentikan kebiasaanmu itu! Mami tidak suka!" 

"Aku akan menghentikannya kalau berhasil mendapatkan gadis yang kusukai Mi, tapi kali ini Alex belum menemukan gadis itu." 

"Kamu harus ingat Alex jangan sembarang menyukai perempuan di luar sana. Kamu harus mencari yang setara dengan keluarga kita." 

Alex tertawa kecil, kali ini sedang mengincar gadis sederhana yang sangat berbanding terbalik dengan keinginan Bundanya. Meskipun begitu Alex akan terus berusaha mendapatkannya entah perasaan cinta atau hanya sekedar obsesi semata yang pasti alex tau dia tertarik dan begitu menarik di matanya.

Related chapters

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   4.Tawaran Gila

    "Bagaimana apakah dia berhasil mendapatkan pekerjaan?" tanya Alex dari telpon itu"Belum Tuan, sejauh ini masih belum ada yang menerimanya." Senyum kecil tersinggung diatas bibir Alex mendapatkan kabar itu. "Baguslah pastikan dia berada di jalan buntu!" Ia menutup telpon itu, menatap ke arah jendala kaca kamarnya mengusap dagunya. Alex mengirim mata-mata untuk mengikuti Aulia hari ini melaporkan kegiatannya. Namun, terkejut tentang Aulia sedang mencari pekerjaan di beberapa kafe atau perusahaan namun sepertinya belum ada yang menerimanya. Apalagi riwayat terakhir kerjanya yang dipecat. Tentu saja banyak pertimbangan dari pihak kafe dan perusahaan. Ia semakin tertarik perempuan itu tak pernah menyerah. Egonya terlalu tinggi untuk menerima bantuan orang lain termasuk darinya, meskipun melakukan itu bukan secara gratis, ia akan menegosiasikan kesepakatan."Den nyonya memanggil untuk makan." Alex menoleh ke Art memanggilnya untuk makan. "Bi, Aira, apakah Kak Laila ada dibawah?" tan

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   5. Menerima terpaksa pernikahan

    "Kak, uang semester Rumi bagaimana? Guru sudah menanyakannya."Aulia mematung di depan pintu, baru masuk ke ruangan di mana ibunya dirawat sudah menanyakan spp sekolahnya. Ia mendesah pelan lalu tersenyum kecil."Kapan pembayaran terakhirnya?" "Lusa kak," jawab Arumi bahagia mengira kalau kakaknya akan membayar ."Oh begitu. Nanti biarkan kakak yang datang membayarnya, kamu fokus sekolah saja." Arumi mengangguk paham memeluk Aulia, gadis itu sangat bersyukur memiliki Kakak sepertinya. "Terima kasih banyak sudah menjadi kakak terbaik untukku. Arumi berjanji akan menjadi orang suksess kelak." Aulia mengangguk saja mengiyakan. Tersenyum kembali kecil mengusap kepala Arumi, hatinya tersentuh mendengar kalimat itu. "Kamu harus sukses dek, kalau kita tidak punya apa-apa akan dipandang rendah!" pesan Aulia meluapkan kekesalannya tentang perjanjian itu.Aulia terdiam menatap dua sosok yang membuatnya kuat sampai saat ini senyum kecil itu menghiasi garis bibirnya meski hanya sekejap. Gar

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   6. manyesal

    Menyesal****Aulia keluar dari kamar mandi penampilan lebih fress berjalan mencari hairy drayer, ia merasakan ditatap terus oleh Alex, tapi berpura-pura cuek saja. Aulia mengeringkan rambutnya di depan cermin sesekali mencuri pandangan ke Alex yang menatapnya intens. Ia meneguk ludahnya sendiri merinding akan tatapan itu seakan ingin menerkam."Cepatlah, ada hal yang ingin ku sampaikan," imbuh Alex karena terlihat santai mengeringkan rambut.Aulia terdiam beberapa saat apakah Alex akan meminta haknya sebagai suami. Tangannya berkeringat ketakutan."Apa? Bisa kan diucapkan saja sambil aku mengeringkan rambutku." . "Tidak! Ini sangat penting kita perlu bicara serius. Lagipula kalau kamu syok lalu alat itu melukaimu bagaimana? Ayahku dan ibumu mengira kalau aku melakukan KDRT," tolak Alex masih sabar menunggu Aulia menjelaskannya dengan lembut.Aulia menganggukkan kepala, kali ini sikap laki-laki itu berubah drastis lebih lembut dari yang dikiranya dan bahkan lebih hangat. Ia meletakka

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   7. Bukan keinginan Aulia

    Aulia meletakkan makanan diatas meja seraya menghapus air matanya mencoba bersabar menguatkan hati. Ia meremas kantong plastik itu. Hatinya teriris mendengar perkataan begitu menyakitkan dari perempuan yang sangat dicintainya. "Rumi, kamu berjanji sama Bunda nak!" Aulia masih mematung mendengarnya. Sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja. Ia lalu berusaha menuangkan makanan itu ke mangkuk. Ia menghembuskan napas panjang. "Arumi!" tegasnya mendesak perempuan itu. Arumi menatap kakaknya mengerti yang dimaksud bundanya adalah Aulia, Bundanya sedang menyinggungnya karena memilih menikah saat umurnya masih sangat mudah. Masa depannya masih panjang yang ditakutkan oleh ibunya Aulia memutuskan untuk berhenti kuliah dan melepaskan semua mimpi-mimpinya."Rumi berjanji Bu—bunda," ungakapnya terbata-bata. Saat Aulia berbalik Faris menatapnya lurus mengisyaratkan apakah dirinya baik-baik saja. Aulia mengangguk sebagai jawaban sebagai bentuk kalau dirinya baik-baik saja. Aulia mendekati ba

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   8. Ego masing-masing

    "Jika bukan lagi keluargaku bisa kupercaya maka siapa lagi?"Aulia*******Aulia menatap ibunya dari luar pintu merasakan sesak dalam hati. Ia memegang dadanya sesak saat ibunya tertawa lepas dengan arumi ingin sekali rasanya masuk ke dalam meminta maaf atas semua pilihannya. Selama ini sudah berusahan memberikan terbaik untuk Marwah namun sekejap mata kepercayaan itu hilang hanya satu kesalahan. Ia lalu berbalik meninggalkan kamar tak ingin marwah mengetahui kalau saja sedang berada di luar memantaunya."Mah, kau selalu mengajarkanku untuk hal-hal baik padaku tapi kau lupa caranya mengajarkan mempercayai keputusan anak-mu. Kau melupakan itu mah, sampai keputusan yang kuambil secara tiba-tiba membuat hatimu sakit sedalam ini. Bahkan rumah yang kuanggap rumah tempat paling nyaman ternyata adalah luka yang kubuat karena hilangnya kepercayaan itu. Mah kau berhasil mendidik kami tapi bisakah kali ini percayakan semua pada keputusan ini. Kalau bukan lagi mamah yang bisa menyakinkanku lalu

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   10. kesenjangan status

    "Sebanarnya kamu menyukaiku atau tidak? Di satu sisi kau begitu baik dan perhatian tapi di sisi lain kau suka mengabaikanku."Aulia*****Alex tersemyum saat Aulia terdiam dan menatapnya lembut bahkan marahnya mulai reda. Ia mengambil tangannya lalu meremasnya kecil. "Aku tahu kamu sedang kesal dengan alasanku, tapi percayalah aku melakukam ini demi kebaikan kita." Aulia kembali lagi menepis tangannya menjauh. "Kebaikan apa! Lihatlah cara ibumu menuduh keluargaku tadi," ungakpanya semakin tak terima perlakuan wanita itu"Kalau begitu biarkan aku meminta maaf mewakili ibuku." Aulia membuang wajahnya tak terima kenapa harus Alex yang meminta maaf semua tidak akan ada artinya dan tidak memberikan pengaruh sama sekali."Aku tidak mau menerima permintaan maafmu mewakili ibumu. Apa gunanya jika sang pelaku terus melakukan penghinaan pada keluargaku. Selain itu kamu belum untung penjelasan ke aku.""Bagaimana bisa aku menjelaskan padamu kalau kamu saja masih marah seperti ini." "Yasud

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Apa gunanya Status pernikahan ini?

    "Aku tidak butuh pengakuan atas hubungan palsu ini."Aulia*****"Sumpah candaanmu gak lucu lex," ucap Ridwan menggelengkan kepala tidak percaya sama sekali. Meskipun ekspresi Alex sangat serius tapi tidak akan mudah percaya secepat itu selain itu jari manisnya masih kosong belum tersematkan cincin di sana. "Aku serius!" Alex berusaha menyakinkan teman-temannya."Sudahlah jangan buat moodku hancur dengan candaan recehmu." Ridwam menimpali lalu meminum kopi masih belum percaya. Kalau pun itu terjadi kenapa tidak mengundang mereka berdua lalu siapa perempuan yang itu. Tak ada berita yang meliput tentang pernikahannya tidak seperti pernikahan kakaknya dulu yang tersebar secara cepat di media. Itu karena orang pengaruh ke dua orang tuanya. Siapa yang tidak mengenal corp sejahtera salah satu perusahaan besar di indonesia dan juga ibunya yang merupakan desainer terkenal. "Gak usah menampilkan ekspresi seperti itu karena kami sama sekali tidak akan percaya loh," tegur Ridwan lagi kesal

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   aku bukan benalu

    "Aku memang mengingkan pernikahan dan ingin menjadi istri yang baik untuk ku dengan penuh keharmonisan tapi kisah indah sudah berakhir dalam angan-anganku saja"Aulia****"Dari mana kamu tahu tentang itu?" tanya alex menatap aulia yang diam saja. "Berita itu sudah menyebar di kampus. Bahkan anak-anak masih saja heboh mempertayakan siapa perempuan itu." Alex lalu mengambil hpnya yang berdering sejak tadi, mengeryitkan kening menatap nomor baru yang menghubunginya. Ia mengangkat telpon itu tak lupa meloadspekernya karena masih harus memeriksa data perusahaan dari ayahnya. "Hal—""Kak alex berita itu bohongkan? Kakak masih sendiri kan?" Alex terdiam mendengar seorang wanita menelponnya menangis sesengukan.Aulia menghembuskan napas panjang, baru saja beberapa hari menikah bahkan dirinya belum disentuh sama sekali tapi kali ini mendengar regekan seorang perempua dari ponsel. "Apa pentingnya kalian ingin tahu urusan pribadiku?" sanggah alex lagi. Matanya melirik Aulia yang menegang

Latest chapter

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Penyebab Trauma

    Dua belas tahun lalu seorang gadis kecil menangis dipojok kamar menyaksikan berdebatan antara ke dua orang tuanya, di mana sang ibu sedang hamil dan sbentar lagi akan melahirkan. Ia ketakutakn meringkuk memegang lututnya ketakutan memyaksikan pertengkaran yang sedang terjadi di depan matanya. Umurnya yang menginjak 7 tahun itu harus meliat bagaimana ibunya di pukul dan ditampar hingga dibentak oleh Ayahnya. “Dasar kau istri tidak berguna! Harusnya saat aku pulang kerja kau menyambutku dengan baik, tapi apa kau malah bertanya tentang perempuan yang jalan denganku. Bahkan memasak pun kau tak kerjakan!”“Harusnya kau sadar! Kau sudah tidak menjalankan tugasmu sebagai sorang suami, bahkan memberikan uang untuk membeli beras saja kau tak berikan! Beberapa temanku yang suaminya kerja denganmu sudah belanja bulanan. Sedangkn kau sendiri tidak memberikan sepersen pun padaku! Selain itu aku hanya bertanya baik-baik tentang wanita itu, mas. Tapi reaksimu berlebihan.”Plak! Satu tampara

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   menolak

    Alex menatap kdua perempuan itu bergantian sejak kapan merka bisa akrab seperti itu, aulia pun tak pernah cerita tentang Maudy. Ia tidak menyangka semua usahanya untuk membuat keduanya tidak saling mengenal dan tidak berkomunikasi gagal mereka bahkan sangat terlihat akrab dan terlihat dekat. Bahkan maudy terlihat pemilih dalam berteman dengan mudahnya akrab seakan mereka sudah saling mengenal lama.“Kalian sudah lama mengenal?” tanya alex pelan agar tidak menimbulka kecurigaan.0Maudy merangkul pundak Aulia senang. “Gak lama amat sih baru seminggu aja, itupun ketemunya waktu yang kurang berkesan ‘kan Aulia.”Aulia memaksakan senyumnya mendegar itu, memang benar. Ia menarik dirinya menjauh dari maudy risih diperhatikan seintens itu.“Wish asik ni, kalau begini, bisa tuh gabung dengan kami juga dong, kesempatan aku buat dekat dengan Aulia jalannya makin mulus aja,” seru Ahmad. Merasa memiliki kesempatan berdekatan dengan aulia.Tatapan melotot dilayangkan oleh Alex tak setuju tak i

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    “Aulia,” panggil Maudy berulang kali karena perempuan itu diam melamun setelah menanyakan sudah lama atau kerja di sana.“Hah? Ya, ada apa kak?” “Aku bertanya loh kok malah begong sih, lagi mikirin apa?”“Ah, itu kakak motor aku sore ini bisa langsung diambil gak sih, soalnya penting bangat.” Kilahnya mencoba mengalihkan topik tak ingin terlalu jauh membahas tentang kejadian beberapa hari lalu saat mereka bertemu diapartemen tanpa sengaja dan harus berbohong.“Oh itu, aku akan mengabarinya kalau sudah dikampus. Palingan juga gak lama kalau hanya bannya bocor.”“Aku boleh minta nomornya kak? Kalau ke kesana sore ini gak akan susah lagi." Pinta aulia berusaha agar tidak terus menyusahkan Maudy ada rasa tak enak dalam dirinya terus merpotkan perempuan itu, selain itu dirinya juga tidak terbiasa menjadi pribadi yang indepent semuanya dilakukan sendiri.“Gak usah nanti aku yang hubungi dan kita ke sana barengan.” Aulia menggelengkan kepalannya menolak bantuan itu. “Aku aja yang ke san

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Andai saja semuanya tidak seperti ini

    Menghela napas panjang menatap kepergian Aurel kembali menertralkan detak jantungnya yang kembas kempis berdetak cepat karena menahan emosi tak ada maskud untuk menyinggung ibunya tapi apa yang dilakukannya sudah keterlaluan. Netranya memerhatikan Aulia sibuk membersihkan tumpahan teh itu, ia meraih tangannya menatap luka yang kena air panas tersebut.“Harusnya kamu obati dulu lakamu, kalau terus dibiarkan akan semkin parah.”Aulia menarik tangannya menjauh lalu melanjutkan membersihkan meja tersebut. Alex tak tahan karena Aulia mengabaikan luka tersebut menyetaknya menuju kamar menyururhnya untuk duduk. “Kalau ada luka seperti ini harusnya langsung kamu obati jangan dibiarkan begitu saja, gak baik.”Aulia diam menunduk saja tidak memberikan respon apapun. Sejak kepergian mertuanya itu terus saja bungkam membuat Alex mengeryitkan kening saat pulang pantai dia baik-baik saja.“Ada apa sejak tadi kok kamu diam saja sih?” tanya alex merasa ada yang aneh dengan perempuan itu.Tida

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   senyuman manis Aulia

    Aulia menyipratkan air alut ke arah Alex dengan tawa bahagia seakan masalah antara meraka sudah tiada lagi dengan segaja, senyum dibibirnya pun ikut tersinggung. Beberapa kali Alex terpesona dengan senyumnya yang manis, bahkan dibuat terpana dengan lesung pipi yang dimilikinya. “Kak Alex kok melamun aja sih” tegur Amlia mendorong laki-laki itu mendekat ke arah aulia.Alex terus memerhatikan Aulia menatap penuh kagum dan sorot mata lembut ke arahnya, ia terus dibuat terpoesona senyuman masnis peremuan itu, senyuman yang jarang sekali diliat menyadari ternyata perempuan itu selain memiliki gigi yang rapi juga memiliki lesung pipi di bawah bibirnya dengan bentuk titik. Bibrinya pun ikut terangkat menyaksikan senyum manis itu berharap akan selalu terbit. Perempuan itu sangat bahagia saat bermain dipantai karena seja kecil orang tuanya selalu membawanya ke pantai. Alex berharap bisa terus melihat senyuman indah itu.“Cantik,” puji Alex lalu menyiramnya dengan air laut. Perempuan itu m

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    Aku merindukan masa kecilku tertawa tanpa beban, semakin deawasa dunia menujukkan kekejamannya, saat aku mencoba untuk mencari makna atas apa yang terjadi semakin hatiku dibuat risau semua begitu abu-abu tak mengerti sama sekali”Arumi*****mingu pagi Arumi, marwah, dan alex memutuskan untuk berlibur jalan-jalan ke salah satu tempat wisata di Makassar yaitu pantai akkarena mereka memutuskan untuk pergi lebih awal karena jarak antara apartemen mereka cukup jauh memakan cukup lama, walupun pantai akkarena sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya tapi ingin menikmati keindahan pantai berpasir hitam tersebut sejak kecil Arumi dan Aulia sangat menyukai pantai dan juga langit mereka akan menghbisakan waktu seharian bermain di diata spasir seraya menikmati pemandan dan jajanan di sana.“is, kok mereka lama bangat sih,” gumam arumi menggerutu berdiri di depan mobil Alex cukup lama. “Andaikan saja aku tau kalau akan menunggu lama begini lebih baik aku minta kunci mobil

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   kamu salah Alex

    Aulia memasuki apartemen mereka membwa barang belaja bulanannya sekilas melirik ke arah Arumi cemberut memayungkan bibirnya kesal. Menaikkan alisnya sebelah bertanya-tanya apa yang sudah terjadi namun tak mau ambil pusing mengayunkan kaki menuju dapur."Kak Aulia," teriak Arumi mengelegar membuatnya menghela napas panjang. Ia keluar, matanya melotot mendapatkan Alex menutup mulut Arumi. Ia melangkah mendekat dan menepis jari-jarinya melepaskan tangannya "Apa yang kau lakukan pada adikku! Mau membunuhnya?" Arumi mengangguk setuju dengan prrnyataan itu. Semakin memanas-manasinya memprovikasi yang terjadi. "Mana mungkin aku mau membunuh adikku iparku sendiri. Kakaknya segalak singa lapar. Sama halnya aku mencari mati." Arumi menahan tawa mendengar senyum tipis mulai terbit di bibir perempuan itu."Kak Alex mengancamku kalau membocorkan selesai di telpon seorang perempuan."Alex melototkan matanya tak percaya berani mengadu sudah mengingatkannya untuk tidak memberitahukan masalah

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   jandikan tombak luka dan trauma menutup mulut merendahkan kita

    "Jangan menyesali apa yang terjadi dengan jalan hidupmu apalagi itu tentang keluarga broken home tapi jadikan tombak menuju suksessmu membungkam semua mulut merendahkanmu.Alex¤¤¤"Hai berhenti jangan mengatakan itu, kalau kamu membenci semua hal pada padamu baik itu hidupmu, dirimu dan takdirmu maka akan membuatmu hancur," Alex mencoba menyadarkan Aulia yang terus saja bergumam putus asa. "Kamu tidak akan tau bagaiamana jadi aku Alex!" tukas Aulia menatap nanar laki-laki itu "Aku memang tidak tau apapun tentang kamu Aulia tapi, bahkan aku tidak akan pernah tau bagaimana masa lalumu itu, tapi yakinlah dibalik ujianmu ini ada kebahagiaan yang menantimu jangan jadikan masa lalumu sebagai penghambat masa depanmu."Aulia tertawa mengejek. "Masa depan? Bahkan kau saja sudah menghancurkannya sekarang. Apalagi yang aku punya sekarang!" sahutnya lagi mengingat pernikahan paslu ini. Alex terdiam tak lagi bisa berkomentar, sudah berusaha untuk menghibur dan menyemangatinya tapi lagi-lagi

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hadirmu hanya memberikan luka!

    "Aulia sudah semester berapa?" tanya Amelia, ia menghentikan kunyuhannya dengan antusias menjawab pertanyaan itu."Alhamdulillah udah mau masuk semester 3 kak.""Loh masih maba yah, aku kira tadi udah semester 4 loh kita setingakat." Maudy tertawa kecil sudah salah menilai tentang perempuan itu."Masuk organisasi apa? Kalau ada sosialisasi bisa barengan." Aulia terdiam sejenak menggaruk pipinya tak gatal karena tidak mengambil organisasi apapun bukan karena tidak ingin masuk tapi dulu sibuk bekerja sampai tak ada waktu mengurus hal tersebut hanya fokus ke kerjaan dan keluarganya saja."Ah, itu kak. Aku gak ambil organisasi apapun," jawab Aulia canggung. "Kenapa? Masuk organisasi itu bagus loh." "Aku sibuk kerja kak sampai tak ada waktu mengurusnya." "Oh, gitu. Kamu kerja sambil kuliah buat bayar uang kuliahmu?" Aulia mengangguk tanpa ragu tersenyum canggung. "Bagus dong masih muda sudah punya pengalaman kerja. Andainya aku juga bisa kuliah sambil kerja bisa merasakan bahagianya

DMCA.com Protection Status