Home / Pernikahan / Pernikahan yang Tak diinginkan / 5. Menerima terpaksa pernikahan

Share

5. Menerima terpaksa pernikahan

Author: Penrasi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kak, uang semester Rumi bagaimana? Guru sudah menanyakannya."

Aulia mematung di depan pintu, baru masuk ke ruangan di mana ibunya dirawat sudah menanyakan spp sekolahnya. Ia mendesah pelan lalu tersenyum kecil.

"Kapan pembayaran terakhirnya?"

"Lusa kak," jawab Arumi bahagia mengira kalau kakaknya akan membayar .

"Oh begitu. Nanti biarkan kakak yang datang membayarnya, kamu fokus sekolah saja."

Arumi mengangguk paham memeluk Aulia, gadis itu sangat bersyukur memiliki Kakak sepertinya.

"Terima kasih banyak sudah menjadi kakak terbaik untukku. Arumi berjanji akan menjadi orang suksess kelak."

Aulia mengangguk saja mengiyakan. Tersenyum kembali kecil mengusap kepala Arumi, hatinya tersentuh mendengar kalimat itu.

"Kamu harus sukses dek, kalau kita tidak punya apa-apa akan dipandang rendah!" pesan Aulia meluapkan kekesalannya tentang perjanjian itu.

Aulia terdiam menatap dua sosok yang membuatnya kuat sampai saat ini senyum kecil itu menghiasi garis bibirnya meski hanya sekejap. Garis bibirnya kembali datar mengingat tawaran Alex, ia harus merelakan dirinya terlibat pernikahan yang tak ingin dijalankan sama sekali. Keputusannya untuk tidak ingin menikah pun harus direlakan. Namun naas harus terjebak dengan laki-laki tak memiliki perasaan yang hanya menginginkan anak darinya

Air matanya menetes mengapa harus dirinya sedangkan di luar sana masih banyak perempuan yang suka rela melakukan itu. Andai saja keadaan yang tak mendesaknya maka tidak akan melakukan ini. Pernikahan yang sangat miris tanpa adanya cinta, hanya menjadi wadah penitipan anak dari rahimnya, bahkan harus rela keperawanannya di renggut oleh laki-laki yang tidak baik. Apakah boleh menyalahkan takdir yang begitu buruk, perempuan yang memiliki trauma masa kecil tentang broken home sekarang harus terjebak dengan pernikahan yang tak diinginkan sama sekali dalam hidupnya.

***

Aulia terus saja menatap ke dalam kelas Alex, ia sudah menunggu di depan kelas berpura-pura mengecas ponselnya untuk mengelabui temannya itu. Meskipun masih ragu dengan keputusannya tapi apapun akan dilakukan demi keluarganya.

Ia menghembuskan napas panjang, menatap alex berjalan keluar kelas. Ia meras jemarinya kali ini.

"Kita perlu bicara!"

Alex mengangguk mengayunkan kakinya kembali ke dalam kelas. Ia bersedekap menatap Aulia terus saja terdiam.

"Bukankah kamu ingin bicara tapi kenapa masih saja diam," ucapnya tak sabar mendengar keputusan Aulia.

Aulia membasahi bibir atasnya berulang kali karena kering dan juga keluh menyatakan setuju.

"Aku rasa kamu akan menolakku kembali." Alex berdiri dari duduknya meraih ranselnya.

"Aku setuju!" ucapnya cepat, reflek saja Aulia mengucapkan kalimat itu.

Garis bibir Alex melengkung sempurna tak menyangka perempuan itu akan berubah pikiran secepat itu.

"Oke, besok kita akan mengurus semuanya. Karena ibumu masih sakit maka resepsinya akan dilakukan setelah sembuh. Asistenku akan mengurus semuanya."

"Tidak bisa. Ini terlalu cepat bagaimana caranya memberitahu ibu," tolak Aulia lagi.

"Gampang saja bilang padanya kalau kiya akan menikah besok," tutur Allex santai seraya kotak cincin emas dalam tasnya.

Ia melemparkan kotak emas itu ke arah Aulia. "Anggap saja ini aku sedang melamarmu."

Aulia semakin dibuat kesal dengan keputusan Alex yang selalu dadakan dan semena-mena begini. Mengapa laki-laki itu selalu tergesa-gesa dalam pernikahan sebenarnya apa yang disembunyikan.

"Malam ini ART ku akan mengirimkan baju pengantin untukmu."

Aulia menatap kepergian Alex begitu saja setelah mengatakan hal itu, ia meringis dalam hati bagaimana menjelaskan ke Bunda dan temannya. Lalu alasan apa yang akan diucapkan saat mereka bertanya mengapa menerima lamaran laki-laki itu.

***

Di ruangan besar dan megah itu, Alex hanya diam saja mendengar keluhan keluarganya tentang keputusannya yang mendadak begini.

"Alex! Mamah tidak mengerti lagi dengan jalan pikiranmu. Bahkan kita belum memiliki persiapan sama sekali bagaimana dengan undangannya, bagaimana dengan resepsinya bahkan kami belum mengenal sama sekali calonmu!"

"Kalian bisa mengundangnya setelah resepsi mah."

"Heh, yang benar saja, ia ingin menikah besok bahkan kita belum melamarnya," tutur Laila meremehkan ikut memprovokasi keluarganya.

Alex tersenyum bangga. "Aku sudah melamarnya tadi."

Tatapan tajam dari samg mamah menyuruhnya diam sejak tadi terus menjawab. Anaknya itu kali ini benar nekat.

"Lalu bagaimana dengan gadis itu?" Andika selaku Ayahnya membuka suara setelah lama terdiam.

"Dia setuju yah, aku akan menyuruh bi Aira mengirimkan gaun pengantin malam ini ke rumah sakit."

Laila menepukkan tangan heboh, ke rumah sakit. Ada kejutan apa lagi dengan calon adik iparnya itu. Adiknya benar gila kali ini.

"Kenapa tidak langsung ke rumah saja Alex?"

"Gak bisa yah, mamahnya lagi sakit kanker dan juga sedang menjalani prosedur kemo. Jadi aku memutuskan saja untuk menjalani pernikahan kami seadanya saja di rumah sakit."

Laila menggelengkan kepalanya lagi, pertunjukan malam ini cukup membuatnya terhibur. Anak yang selalu menjadi kebanggan orang tuanya itu sudah membuktikan, mereka salah memberikan ekspektasi yang tinggi. Ia memutuskan meninggalkan ruangan itu tak berminat lagi tanpa dirinya ikut memprovokasi kedua orang tuanya sudah kecewa. Ia tersenyum penuh kemenangan.

****

Aulia menatap kosong ke arah penghulu dan keluarga Alex, tatapan tak suka dilayangkan untuknya, ia tahu hari-hari berikutnya tidak berjalan mulus lagi.

"SAH!" teriakan itu menggema di suluruh ruangan. Menyadarkannya dari lamunan.

Statusnya sekarang sudah berubah. Ia menyalami Alex, setelah itu saling menukar cincin. Aulia akan menyalami tangan Bundanya namun marwah membuang wajahnya. Hati Aulia terasa teriris dengan hal itu. Ia sudah mengecewakan Bundanya.

"Kakak gak akan ninggalin aku 'kan?" ucap Rumi menahan tangisan.

"Kak janji gak akan ninggalin kalian dan bunda. Aku akan sering ke sini menjaga kalian berdua."

Aulia menenangkan adiknya dengan memeluknya. Ia tak rela meninggalkan mereka berdua.

"Masih lama gak sih! Kaki aku tuh pegal berdiri mana bau obat-obatan lagi," dengus Lalia asal menunjukkan tidak suka dengan latar belakang keluarga adik iparnya.

"Pulang aja sana! Lagian kami tidak membutuhkanmu di sini!" serkas Alex membalas ucapannya.

Aulia menghembuskan napas panjang, baru saja menikah sudah mendengar pertikaian dari keluarga suaminya.

"Laila mamah ikut!"

"Mah, tunggu mereka dulu. Ini hari penting Alex."

Alex hanya diam saja menunggu tanggapan Aurel sejak awal ibunya tidak merestui hubungan mereka setelah mengetahui wanita dipilihnya berasal dari keluarga sederhana sangat beda dengan Kakak iparnya merupakan dosen.

"Mah, aku pamit dulu, aku akan balik lagi malam nanti."

Aulia akan menyalim tangan bundanya tapi secepat kilat Marwah menariknya cukup jauh lalu membelakanginya, Aulia mematung lalu mendesah pelan. Air matanya menetes hatinya hancur. Ia sudah mengecewakan orang yang paling disayangi.

"Maafkan Aulia Bun, tapi aku tidak punya pilihan lain, aku ikhlas dengan jalan hidupku ini asalkan bunda dan Rumi tidak lagi menderita masalah keuangan. Lagi pula aku hanya perlu memberikan Alex anak." tutur batin Aulia.

****

Aulia menatap rumah Alex yang besar, netranya menemukan beberapa ART sedang menyambutnya melemparkan senyum. Ia lalu membalas senyuman itu. Ia terus mengikuti langkah laki-laki dari belakang punggungnya sampai di dalam kamar berwarna coklat abu-abu tersebut.

"Mandi sana lalu istirahat. Malam nanti kamu masih akan ke rumah sakit kan."

Aulia mengangguk saja, melangkahkan kakinya ke tempat itu.

"Tunggu kamu masuk tanpa membawa alat ganti sama sekali! Jangan harap aku mau membawakan untukmu."

Aulia kembali memutar tumitnya seraya berkata. "Di mana baju gantiku."

Alex memutar bola matanya malas, "Mana ku tau. Kamu tidak membawa baju ganti dari rumah sakit. Jangan berharap aku menyediakan untukmu."

Aulia melototkan matanya, lupa membawa baju cadangan. Ia menggerutu kembali lupa kalau saja hidupnya tidaklah indah seperti buku fiksi yang selalu ia baca, bahkan sangat malang harus terjebak dengan orang-orang menyebalkan dan antagonis dalam keluarga ini.

"Mau ke mana?" Alex menaikkan alisnya bingung perempuan itu keluar kamar.

"Ambi baju!" jawab Aulia santai.

Alex lalu menyusulnya dan menariknya kembali ke dalam kamar.

"Bodoh! Aku hanya bercanda tadi. Bajumu ada di lemari itu. Kalau kamu ketemu mamah atau Laila apa kamu bisa menghadapinya. Selama kamu di sini jangan pernah mencari masalah dengan mereka!"

Aulia hanya mengangguk saja tanpa banyak protes lagi. "Sana pergi mandi!"

Alex terus memainkan ponselnya menunggunya Aulia keluar. Ada hal penting yang harus dibicarakan ia harus mengantisipasi agar tidak bocor ke keluarganya dengan kesepakatan mereka akan pisah setelah menikah dan juga harus memberikannya anak laki-laki agar bisa mengambil alih ahli waris.

Related chapters

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   6. manyesal

    Menyesal****Aulia keluar dari kamar mandi penampilan lebih fress berjalan mencari hairy drayer, ia merasakan ditatap terus oleh Alex, tapi berpura-pura cuek saja. Aulia mengeringkan rambutnya di depan cermin sesekali mencuri pandangan ke Alex yang menatapnya intens. Ia meneguk ludahnya sendiri merinding akan tatapan itu seakan ingin menerkam."Cepatlah, ada hal yang ingin ku sampaikan," imbuh Alex karena terlihat santai mengeringkan rambut.Aulia terdiam beberapa saat apakah Alex akan meminta haknya sebagai suami. Tangannya berkeringat ketakutan."Apa? Bisa kan diucapkan saja sambil aku mengeringkan rambutku." . "Tidak! Ini sangat penting kita perlu bicara serius. Lagipula kalau kamu syok lalu alat itu melukaimu bagaimana? Ayahku dan ibumu mengira kalau aku melakukan KDRT," tolak Alex masih sabar menunggu Aulia menjelaskannya dengan lembut.Aulia menganggukkan kepala, kali ini sikap laki-laki itu berubah drastis lebih lembut dari yang dikiranya dan bahkan lebih hangat. Ia meletakka

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   7. Bukan keinginan Aulia

    Aulia meletakkan makanan diatas meja seraya menghapus air matanya mencoba bersabar menguatkan hati. Ia meremas kantong plastik itu. Hatinya teriris mendengar perkataan begitu menyakitkan dari perempuan yang sangat dicintainya. "Rumi, kamu berjanji sama Bunda nak!" Aulia masih mematung mendengarnya. Sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja. Ia lalu berusaha menuangkan makanan itu ke mangkuk. Ia menghembuskan napas panjang. "Arumi!" tegasnya mendesak perempuan itu. Arumi menatap kakaknya mengerti yang dimaksud bundanya adalah Aulia, Bundanya sedang menyinggungnya karena memilih menikah saat umurnya masih sangat mudah. Masa depannya masih panjang yang ditakutkan oleh ibunya Aulia memutuskan untuk berhenti kuliah dan melepaskan semua mimpi-mimpinya."Rumi berjanji Bu—bunda," ungakapnya terbata-bata. Saat Aulia berbalik Faris menatapnya lurus mengisyaratkan apakah dirinya baik-baik saja. Aulia mengangguk sebagai jawaban sebagai bentuk kalau dirinya baik-baik saja. Aulia mendekati ba

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   8. Ego masing-masing

    "Jika bukan lagi keluargaku bisa kupercaya maka siapa lagi?"Aulia*******Aulia menatap ibunya dari luar pintu merasakan sesak dalam hati. Ia memegang dadanya sesak saat ibunya tertawa lepas dengan arumi ingin sekali rasanya masuk ke dalam meminta maaf atas semua pilihannya. Selama ini sudah berusahan memberikan terbaik untuk Marwah namun sekejap mata kepercayaan itu hilang hanya satu kesalahan. Ia lalu berbalik meninggalkan kamar tak ingin marwah mengetahui kalau saja sedang berada di luar memantaunya."Mah, kau selalu mengajarkanku untuk hal-hal baik padaku tapi kau lupa caranya mengajarkan mempercayai keputusan anak-mu. Kau melupakan itu mah, sampai keputusan yang kuambil secara tiba-tiba membuat hatimu sakit sedalam ini. Bahkan rumah yang kuanggap rumah tempat paling nyaman ternyata adalah luka yang kubuat karena hilangnya kepercayaan itu. Mah kau berhasil mendidik kami tapi bisakah kali ini percayakan semua pada keputusan ini. Kalau bukan lagi mamah yang bisa menyakinkanku lalu

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   10. kesenjangan status

    "Sebanarnya kamu menyukaiku atau tidak? Di satu sisi kau begitu baik dan perhatian tapi di sisi lain kau suka mengabaikanku."Aulia*****Alex tersemyum saat Aulia terdiam dan menatapnya lembut bahkan marahnya mulai reda. Ia mengambil tangannya lalu meremasnya kecil. "Aku tahu kamu sedang kesal dengan alasanku, tapi percayalah aku melakukam ini demi kebaikan kita." Aulia kembali lagi menepis tangannya menjauh. "Kebaikan apa! Lihatlah cara ibumu menuduh keluargaku tadi," ungakpanya semakin tak terima perlakuan wanita itu"Kalau begitu biarkan aku meminta maaf mewakili ibuku." Aulia membuang wajahnya tak terima kenapa harus Alex yang meminta maaf semua tidak akan ada artinya dan tidak memberikan pengaruh sama sekali."Aku tidak mau menerima permintaan maafmu mewakili ibumu. Apa gunanya jika sang pelaku terus melakukan penghinaan pada keluargaku. Selain itu kamu belum untung penjelasan ke aku.""Bagaimana bisa aku menjelaskan padamu kalau kamu saja masih marah seperti ini." "Yasud

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Apa gunanya Status pernikahan ini?

    "Aku tidak butuh pengakuan atas hubungan palsu ini."Aulia*****"Sumpah candaanmu gak lucu lex," ucap Ridwan menggelengkan kepala tidak percaya sama sekali. Meskipun ekspresi Alex sangat serius tapi tidak akan mudah percaya secepat itu selain itu jari manisnya masih kosong belum tersematkan cincin di sana. "Aku serius!" Alex berusaha menyakinkan teman-temannya."Sudahlah jangan buat moodku hancur dengan candaan recehmu." Ridwam menimpali lalu meminum kopi masih belum percaya. Kalau pun itu terjadi kenapa tidak mengundang mereka berdua lalu siapa perempuan yang itu. Tak ada berita yang meliput tentang pernikahannya tidak seperti pernikahan kakaknya dulu yang tersebar secara cepat di media. Itu karena orang pengaruh ke dua orang tuanya. Siapa yang tidak mengenal corp sejahtera salah satu perusahaan besar di indonesia dan juga ibunya yang merupakan desainer terkenal. "Gak usah menampilkan ekspresi seperti itu karena kami sama sekali tidak akan percaya loh," tegur Ridwan lagi kesal

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   aku bukan benalu

    "Aku memang mengingkan pernikahan dan ingin menjadi istri yang baik untuk ku dengan penuh keharmonisan tapi kisah indah sudah berakhir dalam angan-anganku saja"Aulia****"Dari mana kamu tahu tentang itu?" tanya alex menatap aulia yang diam saja. "Berita itu sudah menyebar di kampus. Bahkan anak-anak masih saja heboh mempertayakan siapa perempuan itu." Alex lalu mengambil hpnya yang berdering sejak tadi, mengeryitkan kening menatap nomor baru yang menghubunginya. Ia mengangkat telpon itu tak lupa meloadspekernya karena masih harus memeriksa data perusahaan dari ayahnya. "Hal—""Kak alex berita itu bohongkan? Kakak masih sendiri kan?" Alex terdiam mendengar seorang wanita menelponnya menangis sesengukan.Aulia menghembuskan napas panjang, baru saja beberapa hari menikah bahkan dirinya belum disentuh sama sekali tapi kali ini mendengar regekan seorang perempua dari ponsel. "Apa pentingnya kalian ingin tahu urusan pribadiku?" sanggah alex lagi. Matanya melirik Aulia yang menegang

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   aku masih punya harga diri

    "Tidak usah Ayah!" Tolak Aulia juga merasa tidak enak dengan tawaran dari Andika. Selain itu juga sudah tersinggung dengan ucapan Laila.Alex memandang Aulia cukup lama meminta penjelas dari sorot mata. "Aulia hanya ingin menjadi ibu rumah tangga yah." Aulia menggelengkan kepalanya kesal bukan itu yang diinginkan sekalipun bekerja dirinya tak mau dibawah naungan orang tua Alex, meskipun sikap Andika beda jauh dari perempuan yang dibencinya tapi tetap saja canggung dan malu. Aulia hanya ingin berdiri di kakinya sendiri. Tak melibatkan keluarga Alex lagi dengan urusannya, semakin jauh durinya masuk ke keluarga itu semakin sakit hatinya akan menumpuk dan akan susah untuk keluar. "Oh begitu menjadi ibu rumah tangga yang baik juga pekerjaan mulia, tapi suatu saat kalau kamu ingin bekerja bisa menghubungi ayah. Apalagi setelah kamu lulus sayang ijasahmu, nagnggur saja, Nak." Aulia hanya mengangguk saja sebagai jawaban agar tidak menyinggung hatinya lalu tak ingin mengecewakan Andik

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   ibu adalah rumah bagi anak-anaknya

    "Ibu adalah rumah bagi anak-anaknya tapi rumah tertutup untukku" Aulia****Alex sudah mencari Aulia di sekitar kampus bahkan beberapa kali keluar masuk kelasnya dan bertanya ke teman-temannya apakah melihat namun mereka semua bingung tidak menemukan sosok dicarinya seharian ini, bahkan kedua sahabatnya juga tidak dikampus. Sudah beberapa kali juga menghubungi ponselnya namun tidak aktif. Ia mengusap rambut beberapa kali stress. Kali ini tidak akan memaafkan mamah dan Lalila kalau istrinya kenapa-napa. "Bro, kenapa sih menanyakan Aulia sejak tadi mana udah kayak orang stress banget! Apa yang sudah kamu lakukan padanya?" Ahmad bertanya penasaran meskipun tidak suka. "Bukan urusan kalian berdua!" ungkap Alex serkas matanya terus ke arah gerbang memperhatikan maha siswa yang lewat."Aulia itu perempuan baik-baik yang ku kenal. Ia takkan mau menghabiskan waktu yang tak penting dengan sembarang orang bahkan hanya ada 3 orang yang selalu ditemaninya. Gak sembarang orang bisa masuk ke k

Latest chapter

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Penyebab Trauma

    Dua belas tahun lalu seorang gadis kecil menangis dipojok kamar menyaksikan berdebatan antara ke dua orang tuanya, di mana sang ibu sedang hamil dan sbentar lagi akan melahirkan. Ia ketakutakn meringkuk memegang lututnya ketakutan memyaksikan pertengkaran yang sedang terjadi di depan matanya. Umurnya yang menginjak 7 tahun itu harus meliat bagaimana ibunya di pukul dan ditampar hingga dibentak oleh Ayahnya. “Dasar kau istri tidak berguna! Harusnya saat aku pulang kerja kau menyambutku dengan baik, tapi apa kau malah bertanya tentang perempuan yang jalan denganku. Bahkan memasak pun kau tak kerjakan!”“Harusnya kau sadar! Kau sudah tidak menjalankan tugasmu sebagai sorang suami, bahkan memberikan uang untuk membeli beras saja kau tak berikan! Beberapa temanku yang suaminya kerja denganmu sudah belanja bulanan. Sedangkn kau sendiri tidak memberikan sepersen pun padaku! Selain itu aku hanya bertanya baik-baik tentang wanita itu, mas. Tapi reaksimu berlebihan.”Plak! Satu tampara

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   menolak

    Alex menatap kdua perempuan itu bergantian sejak kapan merka bisa akrab seperti itu, aulia pun tak pernah cerita tentang Maudy. Ia tidak menyangka semua usahanya untuk membuat keduanya tidak saling mengenal dan tidak berkomunikasi gagal mereka bahkan sangat terlihat akrab dan terlihat dekat. Bahkan maudy terlihat pemilih dalam berteman dengan mudahnya akrab seakan mereka sudah saling mengenal lama.“Kalian sudah lama mengenal?” tanya alex pelan agar tidak menimbulka kecurigaan.0Maudy merangkul pundak Aulia senang. “Gak lama amat sih baru seminggu aja, itupun ketemunya waktu yang kurang berkesan ‘kan Aulia.”Aulia memaksakan senyumnya mendegar itu, memang benar. Ia menarik dirinya menjauh dari maudy risih diperhatikan seintens itu.“Wish asik ni, kalau begini, bisa tuh gabung dengan kami juga dong, kesempatan aku buat dekat dengan Aulia jalannya makin mulus aja,” seru Ahmad. Merasa memiliki kesempatan berdekatan dengan aulia.Tatapan melotot dilayangkan oleh Alex tak setuju tak i

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    “Aulia,” panggil Maudy berulang kali karena perempuan itu diam melamun setelah menanyakan sudah lama atau kerja di sana.“Hah? Ya, ada apa kak?” “Aku bertanya loh kok malah begong sih, lagi mikirin apa?”“Ah, itu kakak motor aku sore ini bisa langsung diambil gak sih, soalnya penting bangat.” Kilahnya mencoba mengalihkan topik tak ingin terlalu jauh membahas tentang kejadian beberapa hari lalu saat mereka bertemu diapartemen tanpa sengaja dan harus berbohong.“Oh itu, aku akan mengabarinya kalau sudah dikampus. Palingan juga gak lama kalau hanya bannya bocor.”“Aku boleh minta nomornya kak? Kalau ke kesana sore ini gak akan susah lagi." Pinta aulia berusaha agar tidak terus menyusahkan Maudy ada rasa tak enak dalam dirinya terus merpotkan perempuan itu, selain itu dirinya juga tidak terbiasa menjadi pribadi yang indepent semuanya dilakukan sendiri.“Gak usah nanti aku yang hubungi dan kita ke sana barengan.” Aulia menggelengkan kepalannya menolak bantuan itu. “Aku aja yang ke san

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Andai saja semuanya tidak seperti ini

    Menghela napas panjang menatap kepergian Aurel kembali menertralkan detak jantungnya yang kembas kempis berdetak cepat karena menahan emosi tak ada maskud untuk menyinggung ibunya tapi apa yang dilakukannya sudah keterlaluan. Netranya memerhatikan Aulia sibuk membersihkan tumpahan teh itu, ia meraih tangannya menatap luka yang kena air panas tersebut.“Harusnya kamu obati dulu lakamu, kalau terus dibiarkan akan semkin parah.”Aulia menarik tangannya menjauh lalu melanjutkan membersihkan meja tersebut. Alex tak tahan karena Aulia mengabaikan luka tersebut menyetaknya menuju kamar menyururhnya untuk duduk. “Kalau ada luka seperti ini harusnya langsung kamu obati jangan dibiarkan begitu saja, gak baik.”Aulia diam menunduk saja tidak memberikan respon apapun. Sejak kepergian mertuanya itu terus saja bungkam membuat Alex mengeryitkan kening saat pulang pantai dia baik-baik saja.“Ada apa sejak tadi kok kamu diam saja sih?” tanya alex merasa ada yang aneh dengan perempuan itu.Tida

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   senyuman manis Aulia

    Aulia menyipratkan air alut ke arah Alex dengan tawa bahagia seakan masalah antara meraka sudah tiada lagi dengan segaja, senyum dibibirnya pun ikut tersinggung. Beberapa kali Alex terpesona dengan senyumnya yang manis, bahkan dibuat terpana dengan lesung pipi yang dimilikinya. “Kak Alex kok melamun aja sih” tegur Amlia mendorong laki-laki itu mendekat ke arah aulia.Alex terus memerhatikan Aulia menatap penuh kagum dan sorot mata lembut ke arahnya, ia terus dibuat terpoesona senyuman masnis peremuan itu, senyuman yang jarang sekali diliat menyadari ternyata perempuan itu selain memiliki gigi yang rapi juga memiliki lesung pipi di bawah bibirnya dengan bentuk titik. Bibrinya pun ikut terangkat menyaksikan senyum manis itu berharap akan selalu terbit. Perempuan itu sangat bahagia saat bermain dipantai karena seja kecil orang tuanya selalu membawanya ke pantai. Alex berharap bisa terus melihat senyuman indah itu.“Cantik,” puji Alex lalu menyiramnya dengan air laut. Perempuan itu m

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hampir ketahuan

    Aku merindukan masa kecilku tertawa tanpa beban, semakin deawasa dunia menujukkan kekejamannya, saat aku mencoba untuk mencari makna atas apa yang terjadi semakin hatiku dibuat risau semua begitu abu-abu tak mengerti sama sekali”Arumi*****mingu pagi Arumi, marwah, dan alex memutuskan untuk berlibur jalan-jalan ke salah satu tempat wisata di Makassar yaitu pantai akkarena mereka memutuskan untuk pergi lebih awal karena jarak antara apartemen mereka cukup jauh memakan cukup lama, walupun pantai akkarena sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya tapi ingin menikmati keindahan pantai berpasir hitam tersebut sejak kecil Arumi dan Aulia sangat menyukai pantai dan juga langit mereka akan menghbisakan waktu seharian bermain di diata spasir seraya menikmati pemandan dan jajanan di sana.“is, kok mereka lama bangat sih,” gumam arumi menggerutu berdiri di depan mobil Alex cukup lama. “Andaikan saja aku tau kalau akan menunggu lama begini lebih baik aku minta kunci mobil

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   kamu salah Alex

    Aulia memasuki apartemen mereka membwa barang belaja bulanannya sekilas melirik ke arah Arumi cemberut memayungkan bibirnya kesal. Menaikkan alisnya sebelah bertanya-tanya apa yang sudah terjadi namun tak mau ambil pusing mengayunkan kaki menuju dapur."Kak Aulia," teriak Arumi mengelegar membuatnya menghela napas panjang. Ia keluar, matanya melotot mendapatkan Alex menutup mulut Arumi. Ia melangkah mendekat dan menepis jari-jarinya melepaskan tangannya "Apa yang kau lakukan pada adikku! Mau membunuhnya?" Arumi mengangguk setuju dengan prrnyataan itu. Semakin memanas-manasinya memprovikasi yang terjadi. "Mana mungkin aku mau membunuh adikku iparku sendiri. Kakaknya segalak singa lapar. Sama halnya aku mencari mati." Arumi menahan tawa mendengar senyum tipis mulai terbit di bibir perempuan itu."Kak Alex mengancamku kalau membocorkan selesai di telpon seorang perempuan."Alex melototkan matanya tak percaya berani mengadu sudah mengingatkannya untuk tidak memberitahukan masalah

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   jandikan tombak luka dan trauma menutup mulut merendahkan kita

    "Jangan menyesali apa yang terjadi dengan jalan hidupmu apalagi itu tentang keluarga broken home tapi jadikan tombak menuju suksessmu membungkam semua mulut merendahkanmu.Alex¤¤¤"Hai berhenti jangan mengatakan itu, kalau kamu membenci semua hal pada padamu baik itu hidupmu, dirimu dan takdirmu maka akan membuatmu hancur," Alex mencoba menyadarkan Aulia yang terus saja bergumam putus asa. "Kamu tidak akan tau bagaiamana jadi aku Alex!" tukas Aulia menatap nanar laki-laki itu "Aku memang tidak tau apapun tentang kamu Aulia tapi, bahkan aku tidak akan pernah tau bagaimana masa lalumu itu, tapi yakinlah dibalik ujianmu ini ada kebahagiaan yang menantimu jangan jadikan masa lalumu sebagai penghambat masa depanmu."Aulia tertawa mengejek. "Masa depan? Bahkan kau saja sudah menghancurkannya sekarang. Apalagi yang aku punya sekarang!" sahutnya lagi mengingat pernikahan paslu ini. Alex terdiam tak lagi bisa berkomentar, sudah berusaha untuk menghibur dan menyemangatinya tapi lagi-lagi

  • Pernikahan yang Tak diinginkan   Hadirmu hanya memberikan luka!

    "Aulia sudah semester berapa?" tanya Amelia, ia menghentikan kunyuhannya dengan antusias menjawab pertanyaan itu."Alhamdulillah udah mau masuk semester 3 kak.""Loh masih maba yah, aku kira tadi udah semester 4 loh kita setingakat." Maudy tertawa kecil sudah salah menilai tentang perempuan itu."Masuk organisasi apa? Kalau ada sosialisasi bisa barengan." Aulia terdiam sejenak menggaruk pipinya tak gatal karena tidak mengambil organisasi apapun bukan karena tidak ingin masuk tapi dulu sibuk bekerja sampai tak ada waktu mengurus hal tersebut hanya fokus ke kerjaan dan keluarganya saja."Ah, itu kak. Aku gak ambil organisasi apapun," jawab Aulia canggung. "Kenapa? Masuk organisasi itu bagus loh." "Aku sibuk kerja kak sampai tak ada waktu mengurusnya." "Oh, gitu. Kamu kerja sambil kuliah buat bayar uang kuliahmu?" Aulia mengangguk tanpa ragu tersenyum canggung. "Bagus dong masih muda sudah punya pengalaman kerja. Andainya aku juga bisa kuliah sambil kerja bisa merasakan bahagianya

DMCA.com Protection Status