Jeremy duduk sendirian. Angin musim gugur bertiup dan dia samar-samar mencium sebuah aroma yang familiar di udara.Kemudian, ponselnya berdering, menginterupsi pikirannya.Dia mengangkat panggilan itu dan suara acuh tak acuh Madeline datang dari ujung yang lain. "Mr. Whitman, bisakah kau datang ke kantor catatan sipil pada jam 9 pagi besok?"Setelah terdiam sesaat, Jeremy kemudian menjawab dengan tegas, "Besok, jam 9 pagi. Aku akan menunggumu di kantor catatan sipil tepat waktu.""Oke, sampai besok kalau begitu." Madeline menutup telepon setelah berbicara.Dia memegang ponselnya dan melamun untuk beberapa saat sebelum tersenyum ke wajah Felipe yang sedang mengemudi. "Felipe, maukah kau menemaniku ke kantor catatan sipil besok pagi? Aku tidak ingin ada kecelakaan lagi.""Tentu saja, aku bisa." Felipe sudah pasti setuju dengan gembira.Dia juga telah menunggu hari itu tiba untuk waktu yang lama.Dia tak ingin ada masalah lagi.Saat angin musim gugur berangsur-angsur mengencang, Jeremy me
Madeline spontan bereaksi dan ingin membantu Jeremy, namun pada saat itu juga, seorang wanita keluar dari mobil yang lewat di depannya.Wanita itu berlari ke arah Jeremy lebih cepat darinya dan memegangi lengan pria itu.Madeline berhenti di tempat dan melihat ke punggung wanita itu. Dia tiba-tiba teringat pada wanita yang minum kopi dengan Jeremy kemarin.Dia berdiri diam seolah-olah dia tiba-tiba sampai pada satu kesadaran.‘Jeremy Whitman, ternyata perceraian kita sudah membantumu.’‘Kau sudah punya kekasih baru.’‘Dan aku tak pernah menjadi favoritmu.’Felipe menghentikan mobilnya di depan Madeline. Ketika dia keluar untuk membukakan pintu mobil untuk wanita itu, dia melihat ke arah Jeremy dari penglihatan tepinya saat kedua sudut bibirnya perlahan melengkung ke atas.Kemunculan Felicity yang tiba-tiba mengejutkan Jeremy.Namun, penjelasan Felicity masuk akal. “Aku punya seorang klien yang telah lama mengalami pelecehan mental oleh suaminya dan memiliki beberapa masalah psikologis.
“Tapi apa bagusnya bajingan itu? Cuma modal ganteng saja ya, ‘kan? Katakan padaku, apa kau pernah bahagia setelah menikah dengannya? Tidak pernah, jadi jangan pernah percaya apa yang dia katakan sekarang soal mencintai kamu dan semua omong kosong itu. Dia menipumu. Dia mencoba membalaskan dendam Meredith.”Ava mengomel sebelum akhirnya jatuh tertidur di meja. Dalam keadaan linglung, dia masih berbicara dengan mabuk.“Maddie, jangan pernah melihat ke belakang lagi. Dia tidak mencintaimu. Dia menipu mu…”‘Dia menipuku.’Madeline juga berpikiran sama.Dia menatap Ava dan melihat gadis itu sudah mabuk seperti sigung.“Ava?”“Kau bilang kau akan datang ke sini untuk membantuku mendapatkan kembali ingatan-ingatanku.”Madeline tersenyum dan menghela napas, berpaling untuk melihat sosok-sosok yang lewat di luar jendela. Wajah-wajah energik itu diresapi dengan napas masa muda.Ada juga pasangan-pasangan muda yang bergandengan tangan dan meminum teh susu dari gelas yang sama dengan mesra.Dia me
Panas yang tidak dikenal mengalir melewati setiap sel di tubuh Daniel. Bahkan detak jantung dan pernapasannya telah kehilangan keteraturan normalnya.“Mm…”Ava tidak tahu kalau dia telah mencium bibir Daniel dan bergumam dengan tidak nyaman. Dia mencari posisi yang nyaman, memalingkan wajahnya, dan berbaring di atas tubuh Daniel sebelum melanjutkan tidur.“Maddie, dengarkan aku, jangan pernah menjadi bodoh lagi.“Kau ... benar-benar idiot. Kau cuma melihat Jeremy brengsek itu di matamu. Kau bahkan tidak bisa melihat Dan yang tampan, lembut, baik hati, dan luar biasa…“Apa kau tahu betapa irinya aku padamu, Maddie? Apa kamu tidak penasaran kenapa aku belum mempunyai pacar? Itu karena … karena selama ini, aku menyukai Dan, tetapi Dan cuma punya kamu di hatinya…”Mendengar Ava yang sedang mabuk berkata jujur pada saat ini, Daniel menatap gadis yang sedang tidur dengan berbaring di dadanya itu dengan kaget.Ava sangat mabuk dan kedua pipinya sudah menjadi sangat merah. Di bawah kedua alisn
[Madeline Crawford, aku menyukaimu.]Pengakuan siapa itu?Di pihak lain, Jeremy tetap mengurung diri di kamarnya setelah kembali dari kantor catatan sipil dan mendapatkan akta cerainya.Menyentuh jari manisnya yang kosong, dia tidak tahu apalagi yang bisa dia gunakan untuk merindukan wanita yang dia cintai tapi tak bisa dia dapatkan.Hanya akta cerai sialan ini yang menjadi bukti bahwa Madeline pernah menjadi miliknya dan hanya miliknya.Namun, itu hanya masa lalu…Seminggu berlalu dalam sekedip mata.Jeremy tahu Madeline akan berangkat ke Negara F bersama Jackson hari ini.Mungkin mereka akan kembali lagi nanti, tapi dia tidak tahu kapan.Dia hanya tahu bahwa wanita itu semakin menjauh darinya.Namun, bahkan jika wanita itu sekarang berdiri di depannya, dia tak bisa melihat atau menyentuh wanita itu lagi.Madeline sekali lagi dalam penerbangan ke Negara F. Jackson sedang duduk di sampingnya sementara Felipe menggendong Lilly ke kamar kecil.Sebelum pesawat lepas landas, Madeline tadi
Sepasang mata Jackson yang murni dan polos tiba-tiba membelalak saat ditanyai ibunya.Kedua tangannya yang kecil dan halus segera menutup mulutnya seolah-olah dia tiba-tiba memikirkan sesuatu.Reaksi si kecil membuat Madeline semakin curiga. Dia mengulurkan tangan dan dengan lembut melepaskan tangan Jackson. "Jack, ada apa? Apa kau baru saja mengatakan kalau ayahmu buta?”Jackson mengatupkan sepasang bibirnya yang berwarna ceri, ragu-ragu untuk berbicara.Dalam hati, Madeline bertambah cemas. "Jack, cepat beritahu aku.”“Tidak, Granny bilang aku tidak boleh memberi tahu Mommy kalau Daddy tidak bisa melihat.”Apa?Ekspresi Madeline tiba-tiba berubah.Dia tiba-tiba teringat raut aneh di wajah Jeremy saat dia beberapa kali melihat pria itu.Dia mengira pria itu tidak mau melihatnya lagi tetapi ternyata pria itu tidak bisa melihatnya!Itulah mengapa pria itu hanya menghadapnya, sama sekali tidak bisa menangkap wajahnya.Entah kenapa, hati Madeline tersengat. Dia segera bangkit dan keluar d
”Jeremy Whitman, cincin ini akan dikembalikan kepadamu sekarang, tapi kau harus ingat untuk tidak pernah muncul di depan Miss Eveline lagi, atau kau akan menanggung konsekuensinya.” Pria dalam setelan jas itu memperingatkan.Jeremy mencibir ringan, “Tuanmu tidak berani menghadapiku secara langsung, jadi siapa kamu mau mengajariku bagaimana melakukan sesuatu?”“Kau…” Pria itu menyerah dan memelototi Jeremy dengan ekspresi jelek.“Berikan cincin itu padaku." Nada suara Jeremy dingin dan menekan.Melihat Jeremy mengulurkan tangan, pria itu tiba-tiba menyeringai. “Aku akan mengembalikan cincin ini padamu sekarang. Tangkap, Mr. Whitman.”Mendengar nada bicaranya, pria itu jelas orang jahat.Benar saja, pria itu sengaja melemparkan cincin itu tidak tepat ke telapak tangan Jeremy.Cincin itu tergelincir dari jari-jari Jeremy dan berguling ke lantai beton dengan sebuah bunyi dentingan.Pria itu terkekeh penuh kemenangan, masuk ke dalam mobil, dan pergi.Jeremy buru-buru berjongkok, mengulurkan
Langkah kaki Jeremy yang hendak kabur tiba-tiba terhenti, dan dia mendengar langkah-langkah kaki Madeline yang mendekat.Nuraninya semakin menegang, tapi dia memaksakan seulas senyum tenang dan sedikit memalingkan wajahnya. “Bawa Jackson pergi dan jalani hidup yang kau inginkan. Kau akan bahagia jauh dari bajingan seperti aku.”Madeline berjalan ke punggung pria itu, air mata yang mengalir dari sudut matanya semakin kering oleh hembusan angin musim gugur.Melihat penampakan pria di depannya yang tenang dan tidak bergerak, dia terkekeh lagi. “Menjalani hidup yang kuinginkan? Jeremy, apa kau tahu kehidupan seperti apa yang ingin aku jalani?”Jeremy menurunkan sepasang matanya yang indah dan tersenyum. “Setidaknya, kau pasti menginginkan sebuah kehidupan tanpa diriku.”Setelah suaranya lenyap, udara hening selama beberapa detik. Kemudian, Jeremy membuka bibirnya dengan ringan.“Sekarang setelah kita mendapatkan akta cerai dan aku telah melupakanmu, mulai sekarang tidak ada urusan apapun d