Felicity tercengang mendengar itu, tapi dia dengan cepat memahami maksud Jeremy. “Jeremy," panggilnya sambil tersenyum, lalu berjalan ke samping pria itu. Dia berbalik untuk melihat Madeline yang berdiri di gerbang villa. “Ada seorang wanita di pintu gerbang. Apa dia kesini mencarimu?”“Aku tidak kenal wanita itu." Jawaban Jeremy sangat jelas.Madeline menggandeng tangan Jackson dan berbalik. "Ayo pergi, Jack.”“Tapi Daddy…”“Jadilah anak yang baik.” Dia tersenyum dan membujuk, tapi dia tidak tahu mengapa senyumnya begitu tegang.Felicity menatap punggung Madeline dengan kebencian dan rasa jijik. Baru setelah Jeremy berjalan ke samping untuk membuat jarak di antara mereka, dia menarik pandangannya.“Mr. Whitman, wanita di gerbang tadi sebenarnya adalah seseorang yang kau kenal, bukan?”“Terima kasih atas kerja sama mu, Miss Walker.” Jeremy tidak menjawab pertanyaan Felicity dan hanya berterima kasih padanya. "Suasana hatiku sedang tidak bagus untuk melakukan perawatan apapun hari ini,
Melihat kebingungan di wajah Madeline, Eloise menggenggam tangan putrinya dengan penuh kasih. “Putriku sayang, sederhana saja alasannya. Itu karena dia mencintaimu.”‘Itu karena dia mencintaimu.’Kata-kata yang sampai ke telinganya jatuh ke hatinya seperti jarum-jarum aneh.“Tiga bulan yang lalu, pada hari sebelum dirimu bersiap meninggalkan Glendale, aku sebenarnya pergi mencari Jeremy." Eloise mengingat kembali situasi saat itu. “Aku bilang padanya kalau besok kau akan berangkat ke Negara F bersama Felipe dan berharap dia akan menghentikanmu. Tapi dia hanya mengatakan kepadaku dengan acuh tak acuh bahwa tidak merepotkan dan tidak mengganggu kamu adalah hal terakhir yang dapat dia lakukan untukmu.”Tidak merepotkan dan tidak mengganggunya...Madeline mengunyah lima kata itu seolah-olah dia secara berangsur-angsur memahami perilaku Jeremy yang menjauh darinya sekarang.Jadi dia telah melakukan itu dengan sengaja?Sengaja mengasingkannya, memperlakukannya dengan dingin, dan menarik gari
Madeline mengerutkan bibirnya dan tersenyum. “Kau ingin aku puas? Gampang saja. Aku akan puas kalau kau tutup mulut.”“Kau…” Karen terengah-engah. Ketika dia hendak mengusir Madeline, dia melihat sebuah mobil berhenti di pintu masuk.Melihat Felicity keluar dari mobil, dia tercengang. Dia menoleh dan menatap wajah Madeline lagi.Kedua wajah itu sangat mirip!Madeline juga memperhatikan Felicity. Dia menatap wajah itu dengan curiga dan tak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa aneh.‘Benarkah ada seseorang di dunia ini yang sangat mirip denganku?’“Siapa kamu?" Karen menunjuk Felicity dan bertanya, melihat dari dekat ke wajah yang sangat mirip dengan wajah Madeline itu.Felicity melirik Madeline dan menyunggingkan seulas senyum cerah. “Hai Aunty, aku pacar Jeremy, Felicity Walker.”“Apa? Pacar Jeremy?" Sepasang mata Karen membelalak karena terkejut sambil menatap wajah Felicity dengan sedikit jijik. Namun, setelah memikirkan Madeline, wajah Karen langsung berubah. “Ternyata kau adalah
Nada bicara Madeline tiba-tiba menjadi serius.Jeremy tampak terkejut, tapi kegelapan di depannya mencegahnya untuk menangkap ekspresi Madeline saat ini. Dia bahkan tidak bisa menebak mengapa Madeline mencarinya.“Mobilku ada di depan. Ayo cari tempat duduk dan ngobrol, Jeremy.”Undangan proaktif wanita itu membuat jantung Jeremy berdegup kencang.Namun, dia tersenyum dan menolak. “Tidak bisa, Miss Montgomery. Ada sesuatu yang harus kulakukan saat ini.”Madeline melirik Felicity yang sedang menunggu di samping. “Tidak apa-apa. Kamu bisa pacaran dulu dengan pacarmu. Kita akan janjian lagi.”Pacar?Jeremy lalu mengerti. Hatinya terasa sakit.‘Jeremy, kenapa kamu kecewa?’‘Bukankah kau ingin dia salah paham?’Dia mengejek dirinya sendiri dalam diam tapi masih tersenyum hangat pada Madeline. “Silakan masuk kalau mau, Miss Montgomery.”Setelah mengatakan itu dia masuk ke mobil Felicity. Dia sudah berperilaku acuh tak acuh dari awal sampai akhir, tapi hanya dia yang tahu betapa pedulinya dia
“Hei cantik, kenapa kau tidak bermain-main dengan kami bertiga saja? Kami tidak akan memperlakukanmu dengan buruk.”Preman-preman itu mengatakan hal-hal tidak senonoh sambil menatap mesum wajah dan tubuh Madeline.Madeline melirik ketiga preman itu dengan jijik. Tatapannya tajam dan dingin. "Minggir.”Pantai itu luas dan kosong. Jeremy, yang tadinya duduk diam, tiba-tiba mendengar suara Madeline.Dia memalingkan wajahnya untuk mendengarkan dengan seksama, tapi dia malah mendengar suara-suara vulgar dari beberapa laki-laki.“Galaknya!”“Kami kebetulan suka dengan cewek cantik yang galak seperti kamu!”“Ayolah, kami akan membuatmu senang!”Madeline memberikan tatapan dingin. “Jangan sentuh aku. Pergi.”Namun, semakin Madeline melawan, semakin bersemangat ketiga preman pemabuk itu.“Linnie?” Jeremy sekarang yakin kalau itu benar-benar suara Madeline.Dia tak menyangka Madeline akan berada di dekatnya dan ada tiga bajingan yang sekarang sedang melecehkan wanita itu.Tatapannya muram saat d
Bagaimana Jeremy bisa mentolerir laki-laki yang menggunakan kata-kata kasar dan kurang ajar soal tubuh Madeline? Matanya suram, dan kata-katanya dingin seperti es."Meski kalian tidak punya otak dan anggota tubuh yang tidak seberapa, kalian punya penglihatan yang bagus. Wanita ini memang istriku."Kata-katanya berakhir, dan dengan pendengarannya yang sensitif, dia menjatuhkan ketiga preman itu ke aspal dengan kekuatan yang menggelegar.“Argh, argh!” Bajingan bernama Nate berteriak, darah merembes dari sudut mulutnya.Jeremy menarik tangannya dan sekali lagi memeluk Madeline, melebarkan sayap pelindung di atas wanita itu.Hujan berangsur-angsur semakin deras, tapi Madeline merasakan sebuah arus hangat mengalir dari tubuh Jeremy ke tubuhnya. Kehangatan ini membuatnya merasa nyaman.Meski buta, kedua mata Jeremy masih tajam dan diwarnai dengan getaran yang menakjubkan."Kalau kalian tidak mau mati, segera minta maaf kepada istriku."Nada bicaranya yang memerintah membuat ketiga berandalan
Dengan gerakan itu, laki-laki itu membuang pisau lipatnya dalam kesakitan dan berguling ke aspal dengan wajah pucat."Enyah kalian!"Madeline membentak dengan agresif.Dua preman lainnya melihat pemandangan itu dan sangat takut hingga mereka berbalik dan pergi.Madeline segera menelpon polisi, tapi setelah melihat darah masih mengalir dari lengan Jeremy dan hujan yang masih turun, dia tidak cukup sabar menunggu polisi datang. Karena itu, dia membawa Jeremy ke mobil."Aku akan membawamu ke klinik dekat sini untuk membalut lukanya.""Bagaimana kau tahu kalau ada klinik di dekat sini?"Madeline juga terkejut saat Jeremy tiba-tiba menanyakan hal itu.Yeah, bagaimana dia tahu?Namun, itu adalah sebuah kebenaran dalam ingatannya.Tanpa menunda-nunda lagi, dia membawa Jeremy ke klinik berdasarkan apa yang dia ingat.Ketika mereka keluar setelah mengobati luka Jeremy, hujan turun dengan lebatnya.Saat itulah Madeline menerima telepon dari Felipe. Pria itu bertanya di mana dia.Madeline melirik
Wajah Jeremy tampak cemas, tapi dia masih mencari-cari sosok Madeline dalam kegelapan.Meskipun Madeline bukan lagi wanita yang lemah, dia masih tetap terkejut ketika seekor tokek tiba-tiba telah merayap ke dekatnya. Dia juga tidak menyangka Jeremy akan masuk begitu saja dengan begitu cemas."Linnie? Apa yang terjadi padamu? Di mana kamu?"Jeremy meraba-raba. Ada kegelisahan dan kekhawatiran dalam nadanya.Madeline berdiri di satu sisi kamar mandi, dan dia melihat bagaimana Jeremy sedang mencarinya dalam kebingungan saat hatinya diam-diam bergetar."Linnie, tolong jawab aku dengan cepat. Kamu di mana?” Tanya Jeremy lagi dengan gugup. Madeline tak bisa lagi berdiam diri."Aku di sini."Begitu mendengar suara Madeline, Jeremy mengikuti asal suara itu. Saat dia menyentuh tubuh Madeline, dia memeluk wanita itu dengan erat sambil berharap dia bisa melelehkannya ke dalam darahnya sendiri."Kau tidak apa-apa?” Suara rendahnya bergetar disertai sedikit ketegangan.Madeline tertegun selama dua d