Wajah Jeremy tampak cemas, tapi dia masih mencari-cari sosok Madeline dalam kegelapan.Meskipun Madeline bukan lagi wanita yang lemah, dia masih tetap terkejut ketika seekor tokek tiba-tiba telah merayap ke dekatnya. Dia juga tidak menyangka Jeremy akan masuk begitu saja dengan begitu cemas."Linnie? Apa yang terjadi padamu? Di mana kamu?"Jeremy meraba-raba. Ada kegelisahan dan kekhawatiran dalam nadanya.Madeline berdiri di satu sisi kamar mandi, dan dia melihat bagaimana Jeremy sedang mencarinya dalam kebingungan saat hatinya diam-diam bergetar."Linnie, tolong jawab aku dengan cepat. Kamu di mana?” Tanya Jeremy lagi dengan gugup. Madeline tak bisa lagi berdiam diri."Aku di sini."Begitu mendengar suara Madeline, Jeremy mengikuti asal suara itu. Saat dia menyentuh tubuh Madeline, dia memeluk wanita itu dengan erat sambil berharap dia bisa melelehkannya ke dalam darahnya sendiri."Kau tidak apa-apa?” Suara rendahnya bergetar disertai sedikit ketegangan.Madeline tertegun selama dua d
Jeremy mengulurkan tangannya tapi setelah beberapa saat tidak juga berhasil menyentuh cangkir teh itu. Melihat pria itu berjuang mati-matian, Madeline merasakan kegelisahan di hatinya.Dia memegang tangan Jeremy dan meletakkan cangkir teh tepat di telapak tangan pria itu.Kontak kulit selama momen singkat ini membuat Jeremy merasa sedikit tersesat dalam pikirannya.Sesaat dia merasakan telapak tangan Madeline yang hangat dan lembut di punggung tangannya. Teh jahe yang meluncur ke kerongkongannya terasa sangat manis.Madeline menyerahkan pakaian basah mereka kepada pemilik hotel, dan ketika dia kembali, Jeremy sudah menghabiskan tehnya. Pria itu duduk dengan tenang di dekat jendela.Dia berjalan ke arah Jeremy, dan ketika dia akan berbicara, hidungnya tiba-tiba terasa gatal. Dia kemudian berbalik untuk bersin.Jeremy menoleh dan menatapnya dengan alis berkerut. "Miss Montgomery, jika kau merasa tidak enak badan, sebaiknya kau beristirahat lebih awal. Jangan khawatir, aku tidak akan per
Felipe menyipitkan mata sedingin esnya pada Jeremy. "Apa yang sedang kau lakukan?" Dia bertanya balik dengan suara dingin dan ekspresi gelap. "Eveline sudah menjadi wanitaku. Dia tidak lagi punya hubungan apapun denganmu, Jeremy. Pikirkan semua yang kau lakukan pada Eveline sebelumnya. Jika bukan karena aku, Eveline sudah menjadi segenggam abu."Kata-kata Felipe menghantam hati Jeremy dengan keras.Jika Felipe tidak menyelamatkan Madeline, wanita itu sudah pergi ke dunia lain...Felipe-lah yang memberi kesempatan pada Madeline untuk dilahirkan kembali.Jeremy seperti tiba-tiba kehilangan semua kekuatannya. Dia melepaskan cengkeramannya pada Felipe."Jeremy, ingat apa yang kau katakan. Jangan usik kedamaian Eveline lagi."Felipe meninggalkan kata-kata peringatan terakhir sebelum berbalik sambil menggendong Madeline di pelukannya.Mendengarkan langkah-langkah kaki selanjutnya, Jeremy merasa seolah-olah Madeline adalah gelombang pasang di lautan yang perlahan memudar di luar jendela. Wani
Saat dia hampir menyentuh kulit Madeline, dia menarik tangannya ke belakang."Madeline, jika kau bisa hidup kembali dan mengubah namamu, aku juga bisa."Felicity terkekeh dengan suara rendah, kedua matanya semakin suram."Madeline, aku pasti tak akan mengizinkan dirimu dan Jeremy untuk bersama lagi. Dia milikku, dan kau… Tunggu saja. Suatu hari nanti aku akan membuktikan kepadamu bahwa pemenang akhirnya adalah aku!"Dia dengan keras mengumpat pada Madeline yang tertidur lelap sebelum diam-diam meninggalkan kamar.…Setelah beristirahat selama dua hari, kondisi mental Madeline telah pulih sepenuhnya.Teringat dengan apa yang terjadi di hotel malam itu, dia menelepon Jeremy.Tidak ada yang menjawab setelah sekian lama dia melakukan panggilan.Dia mencoba menelepon lagi, tetapi hasilnya tetap sama.Saat dia berpikir untuk langsung menemui Jeremy untuk mengklarifikasi, Felipe muncul di depannya. Kedua alis pria itu melembut saat bertanya dengan lembut, "Eveline, sudahkah kau memutuskan k
Madeline melihat punggung Felipe yang menghadapnya. Tubuh pria itu tinggi dan ramping, tetapi aura dingin keluar dari tubuh itu.Sebaliknya, Jeremy duduk di kursi dengan kalem. Profil samping pria itu tampak lembut dan tenang.Beberapa saat kemudian, Jeremy membuka mulutnya dan berkata dengan ringan, "Itu adalah memoriku dan Linnie. Tidak ada hubungannya denganmu.""Tidak ada hubungannya?" Felipe terkekeh dengan arogan. "Eveline adalah istriku sekarang."Kata 'istri' menembus hati Jeremy. Dia mengatupkan bibir tipisnya erat-erat dan melihat ke depan dalam diam, tidak menyangkal apapun.Melihat Jeremy diam saja, Felipe mengangkat kedua sudut bibir tipisnya dan menyeringai dalam-dalam. "Jeremy, kau adalah orang yang awalnya tidak menghargai wanita itu, jadi jangan pernah berharap untuk kembali mendapatkan Eveline hari ini. Kau sama sekali tidak pantas mendapatkan Eveline."Jangan mengharapkan apa-apa lagi dari Eveline. Dia bukan lagi milikmu. Kau harus berhenti bermuka dua dan berusaha u
Jeremy terkejut, sama sekali tidak menyadari seseorang sedang mendekatinya. Apalagi, bahkan orang itu adalah kekasihnya."Jeremy, aku bertanya padamu. Kenapa kau tidak menjawab teleponku?” Madeline bertanya lagi dengan nada acuh tak acuh.Beberapa detik berlalu sebelum Jeremy menjawab, "Aku tak tahu kalau itu kau yang menelepon, Miss Montgomery. Dan sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi di antara kita."Melihat sikap dingin dan acuh tak acuh pria di depannya yang seolah-olah ingin memutuskan semua hubungan di antara mereka, pikiran Madeline dipenuhi dengan apa yang pria itu katakan tadi.Meskipun jelas bahwa dia adalah satu-satunya hal yang memenuhi hati dan mata pria itu, pada saat ini, tidak ada satupun yang disebutkan.Madeline terkekeh, tapi matanya berubah panas saat dia berkata, "Jeremy, apa kau yakin tidak ada yang akan kau katakan padaku?"Jeremy menggeleng pelan. "Tak satu kata pun.""Baiklah, Jeremy. Kalau itu yang kau katakan..." Madeline melanjutkan dengan nada t
Madeline pergi ke kafe tempat dia akan bertemu dengan Daniel.Setelah mendapatkan informasi terkait, Madeline merasa tersesat.Mobil yang dipakai Felicity ternyata milik Felipe.Felicity dan Felipe saling kenal.Wanita yang sangat mirip dengannya itu sekarang telah menjadi pacar Jeremy?Hubungan yang rumit ini tampaknya bukan suatu kebetulan.Daniel kembali menatap Madeline, tapi dibandingkan sebelumnya, elemen nostalgia itu telah hilang. Perhatiannya sekarang murni dari sebuah persahabatan.Melihat wajahnya yang penuh konsentrasi dan serius, Daniel bertanya dengan cemas, "Madeline, apa terjadi sesuatu pada mobil Felipe sampai kau memeriksanya?"Madeline menarik dirinya kembali dari alam pikirannya, tapi dia tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dia sekarang telah melihat sisi lain Felipe, pria yang selama ini dia percayai. Sementara itu, Jeremy, pria yang selama ini dia ragukan, perlakukan dengan dingin, dan bahkan dia doakan ketidak bahagiaannya, diam-diam mengorbankan dirinya sendiri
Mata indah Madeline mendongak sedikit saat dia melirik Felicity yang sedang tersenyum. "Kau Miss Walker, ‘kan? Aku selalu berbicara seperti ini. Jika kau tidak menyukai caraku berbicara, mungkin kau bisa memilih untuk tidak mendengarkan aku. Selain itu, kau sendiri yang mengatakan bahwa aku adalah mantan istri Jeremy. Karena aku mantan istrinya, buat apa aku harus bersikap baik terhadap mantan mertuaku?”"..." Felicity tak menyangka Madeline menjadi begitu cerdas dan tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Dia hanya bisa menatap Madeline dengan ekspresi wajah tak berdaya dan terluka.Karen tak mau dipermalukan di depan Felicity dan mengangkat tangannya untuk memberi pelajaran pada Madeline.Namun, ketika dia mengulurkan tangannya, suara Jeremy terdengar, "Apa yang mau kau lakukan?"Felicity berharap Madeline ditampar dan tidak menyangka kemunculan Jeremy yang begitu tiba-tiba. "Miss Montgomery, apa kau kesini untuk menemuiku?" Dia bertanya pada Madeline.Madeline menatap pria itu.