Saat dia hampir menyentuh kulit Madeline, dia menarik tangannya ke belakang."Madeline, jika kau bisa hidup kembali dan mengubah namamu, aku juga bisa."Felicity terkekeh dengan suara rendah, kedua matanya semakin suram."Madeline, aku pasti tak akan mengizinkan dirimu dan Jeremy untuk bersama lagi. Dia milikku, dan kau… Tunggu saja. Suatu hari nanti aku akan membuktikan kepadamu bahwa pemenang akhirnya adalah aku!"Dia dengan keras mengumpat pada Madeline yang tertidur lelap sebelum diam-diam meninggalkan kamar.…Setelah beristirahat selama dua hari, kondisi mental Madeline telah pulih sepenuhnya.Teringat dengan apa yang terjadi di hotel malam itu, dia menelepon Jeremy.Tidak ada yang menjawab setelah sekian lama dia melakukan panggilan.Dia mencoba menelepon lagi, tetapi hasilnya tetap sama.Saat dia berpikir untuk langsung menemui Jeremy untuk mengklarifikasi, Felipe muncul di depannya. Kedua alis pria itu melembut saat bertanya dengan lembut, "Eveline, sudahkah kau memutuskan k
Madeline melihat punggung Felipe yang menghadapnya. Tubuh pria itu tinggi dan ramping, tetapi aura dingin keluar dari tubuh itu.Sebaliknya, Jeremy duduk di kursi dengan kalem. Profil samping pria itu tampak lembut dan tenang.Beberapa saat kemudian, Jeremy membuka mulutnya dan berkata dengan ringan, "Itu adalah memoriku dan Linnie. Tidak ada hubungannya denganmu.""Tidak ada hubungannya?" Felipe terkekeh dengan arogan. "Eveline adalah istriku sekarang."Kata 'istri' menembus hati Jeremy. Dia mengatupkan bibir tipisnya erat-erat dan melihat ke depan dalam diam, tidak menyangkal apapun.Melihat Jeremy diam saja, Felipe mengangkat kedua sudut bibir tipisnya dan menyeringai dalam-dalam. "Jeremy, kau adalah orang yang awalnya tidak menghargai wanita itu, jadi jangan pernah berharap untuk kembali mendapatkan Eveline hari ini. Kau sama sekali tidak pantas mendapatkan Eveline."Jangan mengharapkan apa-apa lagi dari Eveline. Dia bukan lagi milikmu. Kau harus berhenti bermuka dua dan berusaha u
Jeremy terkejut, sama sekali tidak menyadari seseorang sedang mendekatinya. Apalagi, bahkan orang itu adalah kekasihnya."Jeremy, aku bertanya padamu. Kenapa kau tidak menjawab teleponku?” Madeline bertanya lagi dengan nada acuh tak acuh.Beberapa detik berlalu sebelum Jeremy menjawab, "Aku tak tahu kalau itu kau yang menelepon, Miss Montgomery. Dan sepertinya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi di antara kita."Melihat sikap dingin dan acuh tak acuh pria di depannya yang seolah-olah ingin memutuskan semua hubungan di antara mereka, pikiran Madeline dipenuhi dengan apa yang pria itu katakan tadi.Meskipun jelas bahwa dia adalah satu-satunya hal yang memenuhi hati dan mata pria itu, pada saat ini, tidak ada satupun yang disebutkan.Madeline terkekeh, tapi matanya berubah panas saat dia berkata, "Jeremy, apa kau yakin tidak ada yang akan kau katakan padaku?"Jeremy menggeleng pelan. "Tak satu kata pun.""Baiklah, Jeremy. Kalau itu yang kau katakan..." Madeline melanjutkan dengan nada t
Madeline pergi ke kafe tempat dia akan bertemu dengan Daniel.Setelah mendapatkan informasi terkait, Madeline merasa tersesat.Mobil yang dipakai Felicity ternyata milik Felipe.Felicity dan Felipe saling kenal.Wanita yang sangat mirip dengannya itu sekarang telah menjadi pacar Jeremy?Hubungan yang rumit ini tampaknya bukan suatu kebetulan.Daniel kembali menatap Madeline, tapi dibandingkan sebelumnya, elemen nostalgia itu telah hilang. Perhatiannya sekarang murni dari sebuah persahabatan.Melihat wajahnya yang penuh konsentrasi dan serius, Daniel bertanya dengan cemas, "Madeline, apa terjadi sesuatu pada mobil Felipe sampai kau memeriksanya?"Madeline menarik dirinya kembali dari alam pikirannya, tapi dia tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dia sekarang telah melihat sisi lain Felipe, pria yang selama ini dia percayai. Sementara itu, Jeremy, pria yang selama ini dia ragukan, perlakukan dengan dingin, dan bahkan dia doakan ketidak bahagiaannya, diam-diam mengorbankan dirinya sendiri
Mata indah Madeline mendongak sedikit saat dia melirik Felicity yang sedang tersenyum. "Kau Miss Walker, ‘kan? Aku selalu berbicara seperti ini. Jika kau tidak menyukai caraku berbicara, mungkin kau bisa memilih untuk tidak mendengarkan aku. Selain itu, kau sendiri yang mengatakan bahwa aku adalah mantan istri Jeremy. Karena aku mantan istrinya, buat apa aku harus bersikap baik terhadap mantan mertuaku?”"..." Felicity tak menyangka Madeline menjadi begitu cerdas dan tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Dia hanya bisa menatap Madeline dengan ekspresi wajah tak berdaya dan terluka.Karen tak mau dipermalukan di depan Felicity dan mengangkat tangannya untuk memberi pelajaran pada Madeline.Namun, ketika dia mengulurkan tangannya, suara Jeremy terdengar, "Apa yang mau kau lakukan?"Felicity berharap Madeline ditampar dan tidak menyangka kemunculan Jeremy yang begitu tiba-tiba. "Miss Montgomery, apa kau kesini untuk menemuiku?" Dia bertanya pada Madeline.Madeline menatap pria itu.
Saat Madeline berlari, kenangan-kenangan masa lalu yang tak terkendali muncul di kepalanya.Bertahun-tahun yang lalu saat dia berjalan di jalan ini, diam-diam mengikuti di belakang Jeremy sambil melangkahkan kakinya di sepanjang jalan yang dia lalui dengan gembira.Itu juga tahun ketika dia dengan acuh tak acuh melangkah ke pintu masuk utama Universitas Glendale dan tak sengaja menabrak seorang remaja laki-laki yang cerdas, tampan, dan lembut.Dia meminta maaf dengan malu-malu dan remaja laki-laki itu menjawab, memberitahunya kalau dia tidak apa-apa.Sepasang mata lembut remaja laki-laki yang tersenyum saat itu masih jernih di benaknya.Remaja laki-laki itu adalah Jeremy.Madeline yakin bahwa itu adalah ingatan masa lalunya, tapi dia tak yakin mengapa dia tiba-tiba mengingatnya pada saat ini.Dia berlari ke depan dengan panik, kata-kata yang baru saja dia dengar masih bergema di kepalanya.Seorang pria buta ditabrak mobil. Pria itu sekarang berlumuran darah dan mungkin tidak akan selam
Raut wajah Jeremy sedikit berubah saat mendengar itu.Dia tahu yang dimaksud Madeline adalah Felicity, tapi dia tidak tahu seperti apa wajah Felicity dan lebih terkejut lagi Felicity ternyata terlihat sangat mirip dengan Madeline.‘Apa dia mengatakan yang sebenarnya?’Meski ragu, Jeremy tersenyum acuh tak acuh. "Aku baru bertemu Fel setelah aku buta. Aku bahkan tidak tahu seperti apa dia.""Fel? Itukah panggilan sayangmu untuknya? Sepertinya hubunganmu dengannya berjalan sangat baik, ya?""..." Jeremy mengerutkan bibir tipisnya dengan ringan. Dia tak tahu apa maksud Madeline, tapi dia tersenyum dan mengangguk. "Ya, hubunganku dengan Felicity sangat baik. Kami langsung cocok tepat setelah kami bertemu. Dia adalah cahaya bagiku di ujung terowongan. Dia bisa membuatku benar-benar memahami bagaimana rasanya sungguh-sungguh mencintai seseorang."’Dia mengatakan sesuatu yang tidak dia percayai dan memaksakan seulas senyum."Miss Montgomery, jika kau memintaku untuk datang ke sini hanya untu
Jeremy terkejut mendengar Madeline memanggil namanya di tengah suara klakson yang nyaring.Kata-kata yang sangat ingin dia dengar dari bibir wanita itu membuat kepahitan di hatinya terasa manis lagi.Jeremy sangat senang dan berbelok ke sumber suara itu.Saat dia berbalik, dia merasakan angin dari mobil yang melaju kencang ke arahnya.Sebuah firasat tentang apa yang bisa terjadi dalam situasi terburuk menggetarkan tubuhnya, dan tiba-tiba, kehangatan yang tak terduga mengelilinginya.Madeline dengan sekuat tenaga melompat ke arahnya dan melemparkan dirinya ke pinggir jalan saat wanita itu memeluknya erat."Linnie." Jeremy terkejut dan mempererat pelukannya.Detik berikutnya, truk-truk besar melesat melewati tubuh mereka.Aliran udara di bawah truk sangat kuat dan panas, tapi telapak tangan Madeline penuh keringat dingin.Ketika dia mendengar raungan di telinganya, itu berarti dia telah menangkap pria itu tepat pada waktunya. Dengan perasaan lega karena berhasil menyelamatkan Jeremy, dia